Kebetulan atau tidaknya beberapa peristiwa ini mungkin bisa kuanalisis. Aku memang seneng ilmu titen..........! Beberapa peristiwa ini muingkin bisa kukaitkan dengan keikutsertaanku dalam rekrutmen MT PTBA.
Pertama, saat aku pulang dari Jakarta setelah tes tahap I PTBA, aku naik bus Safari Dharma Raya bernomor kursi 13. Sebagian orang beranggapan nomor itu suatu pertanda ketidakberuntungan.
Kedua, jadwal tes PTBA tahap kedua bentrok dengan jadwal tes Bulog, dan akhirnya aku memilih tes PTBA karena teman2ku menyarankanku untuk memilih ikut tes PTBA.
Ketiga, saat aku antre tiket di stasiun Tugu, aku bertemu dengan bibiku dan akhirnya aku dibeliin tiket gratis oleh bibiku.
Keempat, aku lupa membawa kartu ujian PTBA pada tes tahap kedua.
Kelima, aku mendapat solusi dari temanku soal kartuku yang lupa kubawa.
Keenam, perjalananku pulang ke Jogja setelah tes tahap II tidak begitu lancar. Bus Kramat Jati yang kunaiki mulai datang terlambat, macet total, dan tiba terlambat di Jogja.
Ketujuh, aku diusir-usir dari dalam masjid Istiqlal.
Kedelapan, inilah firasat kegagalanku dalam tes PTBA serasa nyata. 2 hari menjelang pengumuman, aku iseng membuka situs PPM, kali aja sudah ada pengumumannya. Tapi ternyata belum ada, namun aku iseng memasukkan nomor regristrasiku beserta password. Dan ternyata keluar namaku, kalau aku belum memenuhi syarat untuk lolos tes tahap berikutnya. Aku pun tercengang seolah tak percaya, jangan2 itu hasil pengumuman yang akan diumumkan pada tgl 26. Aku pun agak shock dan berusaha ikhlas jika hal itu benar-benar terjadi. Ternyata akhirnya yang kulihat sebelum peserta lainnya melihat dua hari sebelumnya itu benar adanya. Oh.....
Kesembilan, tgl 26 September malam, pengumuman ditunda sampai pukul 24.00 WIB. Sekitar pukul 19.00 terjadi angin besar di rumahku disertai hujan yang cukup deras dan lama. Itu merupakan hujan pertama. Hujan bisa bermakna rezeki bisa pula menyimbolkan tangisan.
Kesembilan kejadian itulah yang membuat pikiranku tak menentu. Ada beberapa peristiwa yang menandakan aku akan bisa lolos tes PTBA, ada pula yang menandakan aku tidak lolos. Seperti halnya kejadian kedua, ketiga, kelima yang seolah memberi kemudahan bagiku untuk ikut tes tersebut. Namun kejadian lainnya seolah menandakan aku tidak cocok untuk melanjutkan tes itu.
Memang nggak jodohku untuk berkarya di PTBA. Mungkin saja Allah punya sesuatu yang lebih indah untukku kelak. Mungkin saja aku diberi kesempatan kerja di Jakarta kelak biar bisa deket teman2ku, bisa lebih berkembang, bertemu jodohku yang mungkin saja Dian Sastro ato Mariana Renata (he he....mimpi kali y.....), ato aku jadi orang beken di Jakarta, siapa tau hayo.....! Mungkin saja kerja di tambang nggak cocok bagiku, dan mungkin saja Allah ingin aku bekerja di kantoran aja yang ber-AC, kumpul ma orang2 kelas atas ato pejabat, who knows....iya to...!
Kita kan boleh-boleh aja berandai andai. Lebih baik berhusnuzon to tentang rencana Allah terhadap kita pada masa depan, daripada malah berburuk sangka dan menyalahkan-Nya atas kegagalan yang kita hadapi. Yakin aja kalau Allah pasti lebih tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya, asal kita mau berikhtiar dan berdoa. iya kan.....masak ya iya dong.....he he.....keep your smile :-)
:D semua sudah ada bagianya..
ReplyDeletesemangadh,, Tuhan Maha Kaya. karunia Nya meliputi apa yg ada di langit dan bumi,, gak kan pernah habis,, :) jadi jangan takut kita gak ke bagian rezeki nya,,
Terima Kasih Pak Budi
DeleteSetelah 4 tahun lebih tulisan ini saya tulis, saya membacanya kembali, jadi terharu rasanya. Memang setelah kegagalan saya masuk di PTBA, ternyata Allah mempunyai rencana lain. Saya semakin paham tentang jodoh, rezeki sudah Tuhan atur sedemikian rupa dan kita tinggal menjalaninya dengan rasa syukur dan selalu optimis.
Salam Kenal Pak Budi