Malam ini adalah malam tahun baru 2009. Aku kebetulan berada di Jogja setelah tadi pagi tiba dari Jakarta. Malam tahun baru 2009 ini aku hanya berada di kamar dengan tontonan film Get Married di SCTV. Film yang sudah dua tahun lebih dirilis dan baru kuliat di layar kaca malam ini.
Perasaanku pada malam ini bercampur aduk ada bahagia adapula perasaan sedih. Bahagianya karena tahun 2009 kan kusongsong dengan harapan baruku tuk memulai karir baru di Jakarta. Namun, sedihnya karena masih banyak teman-temanku yang belum mendapat pekerjaan yang diinginkan apalagi hari ini juga pengumuman akhir hasil seleksi CPNS Provinsi Jawa Tengah dan banyak diantara mereka yang tidak lolos.
Aku berusaha tuk berempati kepada mereka. Kusemangati terus mereka biar tetap optimis walaupun hanya melalui sms. Semoga tahun 2009 mereka mendapatkan pekerjaan yang baik dan membawa berkah bagi kita semua.
Wednesday, December 31, 2008
Friday, December 26, 2008
Menabung
Aku dari kecil telah terbiasa untuk hidup hemat. Uang saku-ku yang cuma 50 sampai 100 rupiah selalu kusisihkan untuk kutabung di celengan tanah. Biasanya kira-kira setiap 3 bulan sekali aku bersama kakakku selalu memecah celengan untuk kuhitung jumlah rupiah di dalamnya. Uang yang terkumpul selalu kuserahkan ibuku untuk ditabung di tabungan Bank BPD, kakakku punya tabungan Bima, kalau aku lebih memilih Simpeda. Aku merasa bangga punya tabungan sendiri kala itu disaat teman-teman seusiaku selalu menghabiskan uang jajannya dan tidak punya tabungan di Bank. Ibuku selalu berpesan kalau tabunganku itu untuk biaya kuliahku kelak di Perguruan Tinggi. Aku bukanlah anak orang yang kaya raya, tapi Alhamdulillah hidupku selalu berkecukupan dari kecil hingga kini.
Krisis Ekonomi tahun 1998 jelas menggerus nilai riil dari tabunganku. Tabunganku yang kira-kira pada saat itu sejumlah 1juta rupiah yang sebelum krisis setara dengan US$500 karena anjloknya nilai rupiah sampai ke level stabil sekitar 10000 per satu dollar amerika maka nilainya hanya menjadi sekitar US$100, maka nilainya menyusut 80%. Bayangkan jika harta kalian mendadak menyusut tinggal 20% saja dari semula.
Kembali lagi ke kebiasaanku menabung, karena krisis 1998 maka tabunganku dan kakakku di BPD dipindah ibuku ke BNI untuk didepositokan karena bunga deposito saat itu tak tanggung-tanggung mencapai sekitar 50% bisa dibayangkan sendiri hasilnya walaupun tak sepadan dengan penyusutan nilai riil tabunganku, aku pun tertarik mendepositokan uang yang sedikit itu.
Kebiasaanku menabung mulai memudar saat aku duduk dibangku SMU dan hal itu diperparah dengan kebiasaanku belanja semasa kuliah. Kebiasaanku nonton di bioskop hampir tiap minggu juga menguras sakuku yang sudah kempes. Untungnya aku nggak punya kebiasaan dugem ataupun merokok. Hobiku keluyuran pakai sepeda motor juga memperparah kocekku karena harus ekstra beli bensin. Aku juga punya kebiasaan buruk yaitu jika aku kepengen suatu barang aku akan berusaha semampuku untuk membelinya, otomatis lagi2 uang tabunganku yang terkuras. Aku masih beruntung jadi jomblo sejak semester 3 jadi berkuranglah bebanku untuk menanggung anak orang, he he....... Sepertinya pengeluaranku semasa kuliah memang besar pasak daripada tiang, uang kiriman dari ibukku hampir selalu habis sebelum akhir bulan, sehingga sedikit demi sedikit aku mengambil uang tabunganku. Aku hampir saja tidak bisa mengontrol pengeluaranku, untung saja aku sedikit-sedikit masih mendapat honor sebagai co-ass praktikum dan beberapa proyek penelitian.
Tahun depan aku kan mulai babak baru kehidupanku. Aku akan mandiri dari segi finansial dan tidak lagi tergantung kiriman ibukku walaupun nggak nolak jika masih dikirimi, he he...... Apakah aku mampu mengelola sumber finansialku seperti yang kupelajari dalam kuliah manajemen keuangan? Apakah aku bisa menjadi financial advisor bagi diriku sendiri?????? Apakah pula sertifikasi manajer investasi dan wealth management yang kumiliki akan berlaku untuk kehidupanku? Ku kan melihatnya tahun depan.
Krisis Ekonomi tahun 1998 jelas menggerus nilai riil dari tabunganku. Tabunganku yang kira-kira pada saat itu sejumlah 1juta rupiah yang sebelum krisis setara dengan US$500 karena anjloknya nilai rupiah sampai ke level stabil sekitar 10000 per satu dollar amerika maka nilainya hanya menjadi sekitar US$100, maka nilainya menyusut 80%. Bayangkan jika harta kalian mendadak menyusut tinggal 20% saja dari semula.
Kembali lagi ke kebiasaanku menabung, karena krisis 1998 maka tabunganku dan kakakku di BPD dipindah ibuku ke BNI untuk didepositokan karena bunga deposito saat itu tak tanggung-tanggung mencapai sekitar 50% bisa dibayangkan sendiri hasilnya walaupun tak sepadan dengan penyusutan nilai riil tabunganku, aku pun tertarik mendepositokan uang yang sedikit itu.
Kebiasaanku menabung mulai memudar saat aku duduk dibangku SMU dan hal itu diperparah dengan kebiasaanku belanja semasa kuliah. Kebiasaanku nonton di bioskop hampir tiap minggu juga menguras sakuku yang sudah kempes. Untungnya aku nggak punya kebiasaan dugem ataupun merokok. Hobiku keluyuran pakai sepeda motor juga memperparah kocekku karena harus ekstra beli bensin. Aku juga punya kebiasaan buruk yaitu jika aku kepengen suatu barang aku akan berusaha semampuku untuk membelinya, otomatis lagi2 uang tabunganku yang terkuras. Aku masih beruntung jadi jomblo sejak semester 3 jadi berkuranglah bebanku untuk menanggung anak orang, he he....... Sepertinya pengeluaranku semasa kuliah memang besar pasak daripada tiang, uang kiriman dari ibukku hampir selalu habis sebelum akhir bulan, sehingga sedikit demi sedikit aku mengambil uang tabunganku. Aku hampir saja tidak bisa mengontrol pengeluaranku, untung saja aku sedikit-sedikit masih mendapat honor sebagai co-ass praktikum dan beberapa proyek penelitian.
Tahun depan aku kan mulai babak baru kehidupanku. Aku akan mandiri dari segi finansial dan tidak lagi tergantung kiriman ibukku walaupun nggak nolak jika masih dikirimi, he he...... Apakah aku mampu mengelola sumber finansialku seperti yang kupelajari dalam kuliah manajemen keuangan? Apakah aku bisa menjadi financial advisor bagi diriku sendiri?????? Apakah pula sertifikasi manajer investasi dan wealth management yang kumiliki akan berlaku untuk kehidupanku? Ku kan melihatnya tahun depan.
Sunday, December 14, 2008
Optimis
Menunggu dan menunggu itulah sesuatu yang membosankan apalagi bagi seorang fresh graduate pencari kerja yang sedang berharap-harap akan suatu pekerjaan.
Stress, tertekan, malu dan segala rasa pesimis bercampur aduk jadi satu jika telah berbulan-bulan seorang sarjana belum mendapatkan pekerjaan setelah diwisuda. Rasa malu terhadap keluarga, teman, tetangga bisa membuat tekanan psikis tersendiri bagi seorang pengangguran berstatus sarjana dan tekanan itu semakin besar manakala pengangguran itu bertitel S2 plus berpredikat Cumlaude lulusan terbaik.
Perasaan pesimis dan rendah diri seorang pencari kerja semakin menjadi-jadi jika orang tersebut telah melamar dan ikut tes kerja di berbagai kota yang tentu saja menghabiskan banyak biaya, tenaga maupun pikiran namun semuanya gagal. Bangkit dari kondisi gagal untuk berbalik ke kondisi lebih percaya diri tidak mudah bagi kebanyakan orang. Dalam kondisi seperti itu orang tersebut perlu support yang kuat dari orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara, juga teman-temannya niscaya akan membangkitkan semangatnya untuk berjuang berkompetisi memperebutkan lowongan kerja yang semakin langka pada masa resesi global seperti saat ini.
Khusus bagi sarjana yang cumlaude dan lulusan terbaik pasti sangat terbebani dengan predikat tersebut jika tidak segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Cibiran-cibiran dari orang-orang bahwa nggak ada gunanya lulus cepat, cumlaude yang pada akhirnya juga susah cari kerja sebaiknya dianggap angin lalu saja. Kamu yang berstatus seperti itu seharusnya bangga akan prestasimu itu. Cibiran itu berarti mereka iri kepadamu dan menunjukkan bahwa mereka itu berpikiran sempit. Persoalan kamu dapat kerja atau belum kan masalah rezeki yang sudah diatur Tuhan, yang penting Kamu terus berusaha, pantang menyerah, jangan mengeluh dan tentunya tetap berdoa, niscaya kamu dapat pekerjaan yang terbaik untukmu. Rezeki memang harus dikejar, mungkin jalan yang kamu lalui harus berliku-liku sebelum mendapatkan pekerjaan yang terbaik bagimu.
Sebenarnya cukup sederhana untuk tetap percaya diri dan tetap optimis penuh semangat untuk mencari pekerjaan. Ada baiknya tanamkan bahwa jika kita gagal adalah suatu hal yang biasa dan wajar. Tanamkan pula bahwa kegagalan berarti sinyal dari Yang Maha Kuasa bahwa pekerjaan yang kita lamar itu tidak cocok buat kita, dan yakin bahwa Allah akan memberikan yang lebih baik dan cocok suatu pekerjaan kepada kita, tapi dengan catatan kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Tidak usah dihiraukan omongan dari tetangga ataupun teman sebaya jika kita belum mendapat pekerjaan, tanamkan dalam hati bahwa suatu hari nanti kamu pasti bisa membungkam mulut ember mereka dan membuktikan bahwa kamu tidak pantas untuk diremehkan. Jika keyakinan itu kuat dalam hati, pikiran dan terealisasikan dalam sikapmu, pasti kamu akan tetap percaya diri dan tetap optimis memandang masa depan. Optimis dan bermimpilah untuk menjadi pemenang maka kelak kamu akan jadi pemenangnya!
Memanfaatkan waktu luang saat kita masih menganggur sambil menunggu panggilan kerja bisa kita lakukan daripada stress memikirkan belum dapat kerja. Kita bisa mengembangkan berbagai hobi yang sempat tertunda semasa kita disibukkan kuliah. Jika kamu senang menulis cobalah menulis apa saja, siapa tahu bisa jadi novel laris. Kamu juga bisa nge-blog sambil mencari-cari lowongan pekerjaan di internet. Bagi kamu yang suka fotografi bisa saja hunting obyek-obyek yang bagus sambil me-refresh pikiran yang kalut, siapa tahu hasil jepretanmu bisa dilombakan dan menang, who knows...? Tentunya kamu bisa mengembangkan semua hobi kamu senyampang masih positif dan tidak merugikan orang lain. Sebetulnya Hidup ini sangat indah jika kita mampu memahaminya dan memenuhi pikiran kita dengan hal-hal yang positif.
Tentunya kamu tidak mau kan hidupmu berakhir di tower sutet atau BTS mau bunuh diri karena tidak kunjung mendapat pekerjaan seperti yang marak akhir2 ini diberitakan di TV. Oleh karena itu, nikmatilah hidup ini namun jangan lupa terus berusaha dan memperbaiki diri dari kegagalan-kegagalan sebelumnya. Maknailah hidup ini jangan dari satu sisi saja, kalau perlu 'naiklah ke puncak gunung tertinggi agar bisa memandang luas segala sisi kehidupan' yang indah ini.
Stress, tertekan, malu dan segala rasa pesimis bercampur aduk jadi satu jika telah berbulan-bulan seorang sarjana belum mendapatkan pekerjaan setelah diwisuda. Rasa malu terhadap keluarga, teman, tetangga bisa membuat tekanan psikis tersendiri bagi seorang pengangguran berstatus sarjana dan tekanan itu semakin besar manakala pengangguran itu bertitel S2 plus berpredikat Cumlaude lulusan terbaik.
Perasaan pesimis dan rendah diri seorang pencari kerja semakin menjadi-jadi jika orang tersebut telah melamar dan ikut tes kerja di berbagai kota yang tentu saja menghabiskan banyak biaya, tenaga maupun pikiran namun semuanya gagal. Bangkit dari kondisi gagal untuk berbalik ke kondisi lebih percaya diri tidak mudah bagi kebanyakan orang. Dalam kondisi seperti itu orang tersebut perlu support yang kuat dari orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara, juga teman-temannya niscaya akan membangkitkan semangatnya untuk berjuang berkompetisi memperebutkan lowongan kerja yang semakin langka pada masa resesi global seperti saat ini.
Khusus bagi sarjana yang cumlaude dan lulusan terbaik pasti sangat terbebani dengan predikat tersebut jika tidak segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Cibiran-cibiran dari orang-orang bahwa nggak ada gunanya lulus cepat, cumlaude yang pada akhirnya juga susah cari kerja sebaiknya dianggap angin lalu saja. Kamu yang berstatus seperti itu seharusnya bangga akan prestasimu itu. Cibiran itu berarti mereka iri kepadamu dan menunjukkan bahwa mereka itu berpikiran sempit. Persoalan kamu dapat kerja atau belum kan masalah rezeki yang sudah diatur Tuhan, yang penting Kamu terus berusaha, pantang menyerah, jangan mengeluh dan tentunya tetap berdoa, niscaya kamu dapat pekerjaan yang terbaik untukmu. Rezeki memang harus dikejar, mungkin jalan yang kamu lalui harus berliku-liku sebelum mendapatkan pekerjaan yang terbaik bagimu.
Sebenarnya cukup sederhana untuk tetap percaya diri dan tetap optimis penuh semangat untuk mencari pekerjaan. Ada baiknya tanamkan bahwa jika kita gagal adalah suatu hal yang biasa dan wajar. Tanamkan pula bahwa kegagalan berarti sinyal dari Yang Maha Kuasa bahwa pekerjaan yang kita lamar itu tidak cocok buat kita, dan yakin bahwa Allah akan memberikan yang lebih baik dan cocok suatu pekerjaan kepada kita, tapi dengan catatan kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Tidak usah dihiraukan omongan dari tetangga ataupun teman sebaya jika kita belum mendapat pekerjaan, tanamkan dalam hati bahwa suatu hari nanti kamu pasti bisa membungkam mulut ember mereka dan membuktikan bahwa kamu tidak pantas untuk diremehkan. Jika keyakinan itu kuat dalam hati, pikiran dan terealisasikan dalam sikapmu, pasti kamu akan tetap percaya diri dan tetap optimis memandang masa depan. Optimis dan bermimpilah untuk menjadi pemenang maka kelak kamu akan jadi pemenangnya!
Memanfaatkan waktu luang saat kita masih menganggur sambil menunggu panggilan kerja bisa kita lakukan daripada stress memikirkan belum dapat kerja. Kita bisa mengembangkan berbagai hobi yang sempat tertunda semasa kita disibukkan kuliah. Jika kamu senang menulis cobalah menulis apa saja, siapa tahu bisa jadi novel laris. Kamu juga bisa nge-blog sambil mencari-cari lowongan pekerjaan di internet. Bagi kamu yang suka fotografi bisa saja hunting obyek-obyek yang bagus sambil me-refresh pikiran yang kalut, siapa tahu hasil jepretanmu bisa dilombakan dan menang, who knows...? Tentunya kamu bisa mengembangkan semua hobi kamu senyampang masih positif dan tidak merugikan orang lain. Sebetulnya Hidup ini sangat indah jika kita mampu memahaminya dan memenuhi pikiran kita dengan hal-hal yang positif.
Tentunya kamu tidak mau kan hidupmu berakhir di tower sutet atau BTS mau bunuh diri karena tidak kunjung mendapat pekerjaan seperti yang marak akhir2 ini diberitakan di TV. Oleh karena itu, nikmatilah hidup ini namun jangan lupa terus berusaha dan memperbaiki diri dari kegagalan-kegagalan sebelumnya. Maknailah hidup ini jangan dari satu sisi saja, kalau perlu 'naiklah ke puncak gunung tertinggi agar bisa memandang luas segala sisi kehidupan' yang indah ini.
Wednesday, December 3, 2008
Akhirnya..........
Kata diatas itulah yang mencerminkan suasana hatiku saat ini yang benar-benar plong! Hari ini merupakan hari bersejarah bagiku. 3 Desember 2008 kan kuingat selama hidupku. Betapa tidak....dari kemaren malam pukul 00.00 WIB aku sudah menunggu pengumuman Depkeu. Akhirnya sekitar jam 19.00 tadi penantian itu berakhir sudah. Aku dinyatakan lolos tes Depkeu, sehingga jantungku yang selalu berdegup kencang sepanjang hari itu akhirnya normal lagi.
Pengumuman final ini memang tidak seperti pengumuman 3 tahap sebelumnya. Biasanya jam 00.00 WIB pengumuman sudah bisa dilihat di website, namun kemaren malam hal itu tidak terjadi padahal aku sudah melekan menunggu tgl 2 Desember itu berlalu, tentu saja hal itu semakin membuat hatiku gelisah. Hampir setiap jam sepanjang hari ini kucek pengumuman di website depkeu, namun tak kunjung ada pengumuman baru, malahan masih tetap ada tulisan hasil tes kesehatan dan kebugaran yang sudah terpampang di website itu selama 2 minggu. Selepas Isya' saat aku tiduran di kamar, kucoba browsing akhirnya pengumuman hasil akhir tes Depkeu itu ada juga, yang terpenting namaku tercantum dalam daftar yang lolos seleksi. Senang rasanya hati ini dan kubersujud kepada-Nya.
Alhamdulillahi rabbil 'alamin!
Pengumuman final ini memang tidak seperti pengumuman 3 tahap sebelumnya. Biasanya jam 00.00 WIB pengumuman sudah bisa dilihat di website, namun kemaren malam hal itu tidak terjadi padahal aku sudah melekan menunggu tgl 2 Desember itu berlalu, tentu saja hal itu semakin membuat hatiku gelisah. Hampir setiap jam sepanjang hari ini kucek pengumuman di website depkeu, namun tak kunjung ada pengumuman baru, malahan masih tetap ada tulisan hasil tes kesehatan dan kebugaran yang sudah terpampang di website itu selama 2 minggu. Selepas Isya' saat aku tiduran di kamar, kucoba browsing akhirnya pengumuman hasil akhir tes Depkeu itu ada juga, yang terpenting namaku tercantum dalam daftar yang lolos seleksi. Senang rasanya hati ini dan kubersujud kepada-Nya.
Alhamdulillahi rabbil 'alamin!
Subscribe to:
Posts (Atom)