Malam ini adalah malam tahun baru 2009. Aku kebetulan berada di Jogja setelah tadi pagi tiba dari Jakarta. Malam tahun baru 2009 ini aku hanya berada di kamar dengan tontonan film Get Married di SCTV. Film yang sudah dua tahun lebih dirilis dan baru kuliat di layar kaca malam ini.
Perasaanku pada malam ini bercampur aduk ada bahagia adapula perasaan sedih. Bahagianya karena tahun 2009 kan kusongsong dengan harapan baruku tuk memulai karir baru di Jakarta. Namun, sedihnya karena masih banyak teman-temanku yang belum mendapat pekerjaan yang diinginkan apalagi hari ini juga pengumuman akhir hasil seleksi CPNS Provinsi Jawa Tengah dan banyak diantara mereka yang tidak lolos.
Aku berusaha tuk berempati kepada mereka. Kusemangati terus mereka biar tetap optimis walaupun hanya melalui sms. Semoga tahun 2009 mereka mendapatkan pekerjaan yang baik dan membawa berkah bagi kita semua.
Pages
▼
Wednesday, December 31, 2008
Friday, December 26, 2008
Menabung
Aku dari kecil telah terbiasa untuk hidup hemat. Uang saku-ku yang cuma 50 sampai 100 rupiah selalu kusisihkan untuk kutabung di celengan tanah. Biasanya kira-kira setiap 3 bulan sekali aku bersama kakakku selalu memecah celengan untuk kuhitung jumlah rupiah di dalamnya. Uang yang terkumpul selalu kuserahkan ibuku untuk ditabung di tabungan Bank BPD, kakakku punya tabungan Bima, kalau aku lebih memilih Simpeda. Aku merasa bangga punya tabungan sendiri kala itu disaat teman-teman seusiaku selalu menghabiskan uang jajannya dan tidak punya tabungan di Bank. Ibuku selalu berpesan kalau tabunganku itu untuk biaya kuliahku kelak di Perguruan Tinggi. Aku bukanlah anak orang yang kaya raya, tapi Alhamdulillah hidupku selalu berkecukupan dari kecil hingga kini.
Krisis Ekonomi tahun 1998 jelas menggerus nilai riil dari tabunganku. Tabunganku yang kira-kira pada saat itu sejumlah 1juta rupiah yang sebelum krisis setara dengan US$500 karena anjloknya nilai rupiah sampai ke level stabil sekitar 10000 per satu dollar amerika maka nilainya hanya menjadi sekitar US$100, maka nilainya menyusut 80%. Bayangkan jika harta kalian mendadak menyusut tinggal 20% saja dari semula.
Kembali lagi ke kebiasaanku menabung, karena krisis 1998 maka tabunganku dan kakakku di BPD dipindah ibuku ke BNI untuk didepositokan karena bunga deposito saat itu tak tanggung-tanggung mencapai sekitar 50% bisa dibayangkan sendiri hasilnya walaupun tak sepadan dengan penyusutan nilai riil tabunganku, aku pun tertarik mendepositokan uang yang sedikit itu.
Kebiasaanku menabung mulai memudar saat aku duduk dibangku SMU dan hal itu diperparah dengan kebiasaanku belanja semasa kuliah. Kebiasaanku nonton di bioskop hampir tiap minggu juga menguras sakuku yang sudah kempes. Untungnya aku nggak punya kebiasaan dugem ataupun merokok. Hobiku keluyuran pakai sepeda motor juga memperparah kocekku karena harus ekstra beli bensin. Aku juga punya kebiasaan buruk yaitu jika aku kepengen suatu barang aku akan berusaha semampuku untuk membelinya, otomatis lagi2 uang tabunganku yang terkuras. Aku masih beruntung jadi jomblo sejak semester 3 jadi berkuranglah bebanku untuk menanggung anak orang, he he....... Sepertinya pengeluaranku semasa kuliah memang besar pasak daripada tiang, uang kiriman dari ibukku hampir selalu habis sebelum akhir bulan, sehingga sedikit demi sedikit aku mengambil uang tabunganku. Aku hampir saja tidak bisa mengontrol pengeluaranku, untung saja aku sedikit-sedikit masih mendapat honor sebagai co-ass praktikum dan beberapa proyek penelitian.
Tahun depan aku kan mulai babak baru kehidupanku. Aku akan mandiri dari segi finansial dan tidak lagi tergantung kiriman ibukku walaupun nggak nolak jika masih dikirimi, he he...... Apakah aku mampu mengelola sumber finansialku seperti yang kupelajari dalam kuliah manajemen keuangan? Apakah aku bisa menjadi financial advisor bagi diriku sendiri?????? Apakah pula sertifikasi manajer investasi dan wealth management yang kumiliki akan berlaku untuk kehidupanku? Ku kan melihatnya tahun depan.
Krisis Ekonomi tahun 1998 jelas menggerus nilai riil dari tabunganku. Tabunganku yang kira-kira pada saat itu sejumlah 1juta rupiah yang sebelum krisis setara dengan US$500 karena anjloknya nilai rupiah sampai ke level stabil sekitar 10000 per satu dollar amerika maka nilainya hanya menjadi sekitar US$100, maka nilainya menyusut 80%. Bayangkan jika harta kalian mendadak menyusut tinggal 20% saja dari semula.
Kembali lagi ke kebiasaanku menabung, karena krisis 1998 maka tabunganku dan kakakku di BPD dipindah ibuku ke BNI untuk didepositokan karena bunga deposito saat itu tak tanggung-tanggung mencapai sekitar 50% bisa dibayangkan sendiri hasilnya walaupun tak sepadan dengan penyusutan nilai riil tabunganku, aku pun tertarik mendepositokan uang yang sedikit itu.
Kebiasaanku menabung mulai memudar saat aku duduk dibangku SMU dan hal itu diperparah dengan kebiasaanku belanja semasa kuliah. Kebiasaanku nonton di bioskop hampir tiap minggu juga menguras sakuku yang sudah kempes. Untungnya aku nggak punya kebiasaan dugem ataupun merokok. Hobiku keluyuran pakai sepeda motor juga memperparah kocekku karena harus ekstra beli bensin. Aku juga punya kebiasaan buruk yaitu jika aku kepengen suatu barang aku akan berusaha semampuku untuk membelinya, otomatis lagi2 uang tabunganku yang terkuras. Aku masih beruntung jadi jomblo sejak semester 3 jadi berkuranglah bebanku untuk menanggung anak orang, he he....... Sepertinya pengeluaranku semasa kuliah memang besar pasak daripada tiang, uang kiriman dari ibukku hampir selalu habis sebelum akhir bulan, sehingga sedikit demi sedikit aku mengambil uang tabunganku. Aku hampir saja tidak bisa mengontrol pengeluaranku, untung saja aku sedikit-sedikit masih mendapat honor sebagai co-ass praktikum dan beberapa proyek penelitian.
Tahun depan aku kan mulai babak baru kehidupanku. Aku akan mandiri dari segi finansial dan tidak lagi tergantung kiriman ibukku walaupun nggak nolak jika masih dikirimi, he he...... Apakah aku mampu mengelola sumber finansialku seperti yang kupelajari dalam kuliah manajemen keuangan? Apakah aku bisa menjadi financial advisor bagi diriku sendiri?????? Apakah pula sertifikasi manajer investasi dan wealth management yang kumiliki akan berlaku untuk kehidupanku? Ku kan melihatnya tahun depan.
Sunday, December 14, 2008
Optimis
Menunggu dan menunggu itulah sesuatu yang membosankan apalagi bagi seorang fresh graduate pencari kerja yang sedang berharap-harap akan suatu pekerjaan.
Stress, tertekan, malu dan segala rasa pesimis bercampur aduk jadi satu jika telah berbulan-bulan seorang sarjana belum mendapatkan pekerjaan setelah diwisuda. Rasa malu terhadap keluarga, teman, tetangga bisa membuat tekanan psikis tersendiri bagi seorang pengangguran berstatus sarjana dan tekanan itu semakin besar manakala pengangguran itu bertitel S2 plus berpredikat Cumlaude lulusan terbaik.
Perasaan pesimis dan rendah diri seorang pencari kerja semakin menjadi-jadi jika orang tersebut telah melamar dan ikut tes kerja di berbagai kota yang tentu saja menghabiskan banyak biaya, tenaga maupun pikiran namun semuanya gagal. Bangkit dari kondisi gagal untuk berbalik ke kondisi lebih percaya diri tidak mudah bagi kebanyakan orang. Dalam kondisi seperti itu orang tersebut perlu support yang kuat dari orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara, juga teman-temannya niscaya akan membangkitkan semangatnya untuk berjuang berkompetisi memperebutkan lowongan kerja yang semakin langka pada masa resesi global seperti saat ini.
Khusus bagi sarjana yang cumlaude dan lulusan terbaik pasti sangat terbebani dengan predikat tersebut jika tidak segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Cibiran-cibiran dari orang-orang bahwa nggak ada gunanya lulus cepat, cumlaude yang pada akhirnya juga susah cari kerja sebaiknya dianggap angin lalu saja. Kamu yang berstatus seperti itu seharusnya bangga akan prestasimu itu. Cibiran itu berarti mereka iri kepadamu dan menunjukkan bahwa mereka itu berpikiran sempit. Persoalan kamu dapat kerja atau belum kan masalah rezeki yang sudah diatur Tuhan, yang penting Kamu terus berusaha, pantang menyerah, jangan mengeluh dan tentunya tetap berdoa, niscaya kamu dapat pekerjaan yang terbaik untukmu. Rezeki memang harus dikejar, mungkin jalan yang kamu lalui harus berliku-liku sebelum mendapatkan pekerjaan yang terbaik bagimu.
Sebenarnya cukup sederhana untuk tetap percaya diri dan tetap optimis penuh semangat untuk mencari pekerjaan. Ada baiknya tanamkan bahwa jika kita gagal adalah suatu hal yang biasa dan wajar. Tanamkan pula bahwa kegagalan berarti sinyal dari Yang Maha Kuasa bahwa pekerjaan yang kita lamar itu tidak cocok buat kita, dan yakin bahwa Allah akan memberikan yang lebih baik dan cocok suatu pekerjaan kepada kita, tapi dengan catatan kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Tidak usah dihiraukan omongan dari tetangga ataupun teman sebaya jika kita belum mendapat pekerjaan, tanamkan dalam hati bahwa suatu hari nanti kamu pasti bisa membungkam mulut ember mereka dan membuktikan bahwa kamu tidak pantas untuk diremehkan. Jika keyakinan itu kuat dalam hati, pikiran dan terealisasikan dalam sikapmu, pasti kamu akan tetap percaya diri dan tetap optimis memandang masa depan. Optimis dan bermimpilah untuk menjadi pemenang maka kelak kamu akan jadi pemenangnya!
Memanfaatkan waktu luang saat kita masih menganggur sambil menunggu panggilan kerja bisa kita lakukan daripada stress memikirkan belum dapat kerja. Kita bisa mengembangkan berbagai hobi yang sempat tertunda semasa kita disibukkan kuliah. Jika kamu senang menulis cobalah menulis apa saja, siapa tahu bisa jadi novel laris. Kamu juga bisa nge-blog sambil mencari-cari lowongan pekerjaan di internet. Bagi kamu yang suka fotografi bisa saja hunting obyek-obyek yang bagus sambil me-refresh pikiran yang kalut, siapa tahu hasil jepretanmu bisa dilombakan dan menang, who knows...? Tentunya kamu bisa mengembangkan semua hobi kamu senyampang masih positif dan tidak merugikan orang lain. Sebetulnya Hidup ini sangat indah jika kita mampu memahaminya dan memenuhi pikiran kita dengan hal-hal yang positif.
Tentunya kamu tidak mau kan hidupmu berakhir di tower sutet atau BTS mau bunuh diri karena tidak kunjung mendapat pekerjaan seperti yang marak akhir2 ini diberitakan di TV. Oleh karena itu, nikmatilah hidup ini namun jangan lupa terus berusaha dan memperbaiki diri dari kegagalan-kegagalan sebelumnya. Maknailah hidup ini jangan dari satu sisi saja, kalau perlu 'naiklah ke puncak gunung tertinggi agar bisa memandang luas segala sisi kehidupan' yang indah ini.
Stress, tertekan, malu dan segala rasa pesimis bercampur aduk jadi satu jika telah berbulan-bulan seorang sarjana belum mendapatkan pekerjaan setelah diwisuda. Rasa malu terhadap keluarga, teman, tetangga bisa membuat tekanan psikis tersendiri bagi seorang pengangguran berstatus sarjana dan tekanan itu semakin besar manakala pengangguran itu bertitel S2 plus berpredikat Cumlaude lulusan terbaik.
Perasaan pesimis dan rendah diri seorang pencari kerja semakin menjadi-jadi jika orang tersebut telah melamar dan ikut tes kerja di berbagai kota yang tentu saja menghabiskan banyak biaya, tenaga maupun pikiran namun semuanya gagal. Bangkit dari kondisi gagal untuk berbalik ke kondisi lebih percaya diri tidak mudah bagi kebanyakan orang. Dalam kondisi seperti itu orang tersebut perlu support yang kuat dari orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara, juga teman-temannya niscaya akan membangkitkan semangatnya untuk berjuang berkompetisi memperebutkan lowongan kerja yang semakin langka pada masa resesi global seperti saat ini.
Khusus bagi sarjana yang cumlaude dan lulusan terbaik pasti sangat terbebani dengan predikat tersebut jika tidak segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Cibiran-cibiran dari orang-orang bahwa nggak ada gunanya lulus cepat, cumlaude yang pada akhirnya juga susah cari kerja sebaiknya dianggap angin lalu saja. Kamu yang berstatus seperti itu seharusnya bangga akan prestasimu itu. Cibiran itu berarti mereka iri kepadamu dan menunjukkan bahwa mereka itu berpikiran sempit. Persoalan kamu dapat kerja atau belum kan masalah rezeki yang sudah diatur Tuhan, yang penting Kamu terus berusaha, pantang menyerah, jangan mengeluh dan tentunya tetap berdoa, niscaya kamu dapat pekerjaan yang terbaik untukmu. Rezeki memang harus dikejar, mungkin jalan yang kamu lalui harus berliku-liku sebelum mendapatkan pekerjaan yang terbaik bagimu.
Sebenarnya cukup sederhana untuk tetap percaya diri dan tetap optimis penuh semangat untuk mencari pekerjaan. Ada baiknya tanamkan bahwa jika kita gagal adalah suatu hal yang biasa dan wajar. Tanamkan pula bahwa kegagalan berarti sinyal dari Yang Maha Kuasa bahwa pekerjaan yang kita lamar itu tidak cocok buat kita, dan yakin bahwa Allah akan memberikan yang lebih baik dan cocok suatu pekerjaan kepada kita, tapi dengan catatan kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Tidak usah dihiraukan omongan dari tetangga ataupun teman sebaya jika kita belum mendapat pekerjaan, tanamkan dalam hati bahwa suatu hari nanti kamu pasti bisa membungkam mulut ember mereka dan membuktikan bahwa kamu tidak pantas untuk diremehkan. Jika keyakinan itu kuat dalam hati, pikiran dan terealisasikan dalam sikapmu, pasti kamu akan tetap percaya diri dan tetap optimis memandang masa depan. Optimis dan bermimpilah untuk menjadi pemenang maka kelak kamu akan jadi pemenangnya!
Memanfaatkan waktu luang saat kita masih menganggur sambil menunggu panggilan kerja bisa kita lakukan daripada stress memikirkan belum dapat kerja. Kita bisa mengembangkan berbagai hobi yang sempat tertunda semasa kita disibukkan kuliah. Jika kamu senang menulis cobalah menulis apa saja, siapa tahu bisa jadi novel laris. Kamu juga bisa nge-blog sambil mencari-cari lowongan pekerjaan di internet. Bagi kamu yang suka fotografi bisa saja hunting obyek-obyek yang bagus sambil me-refresh pikiran yang kalut, siapa tahu hasil jepretanmu bisa dilombakan dan menang, who knows...? Tentunya kamu bisa mengembangkan semua hobi kamu senyampang masih positif dan tidak merugikan orang lain. Sebetulnya Hidup ini sangat indah jika kita mampu memahaminya dan memenuhi pikiran kita dengan hal-hal yang positif.
Tentunya kamu tidak mau kan hidupmu berakhir di tower sutet atau BTS mau bunuh diri karena tidak kunjung mendapat pekerjaan seperti yang marak akhir2 ini diberitakan di TV. Oleh karena itu, nikmatilah hidup ini namun jangan lupa terus berusaha dan memperbaiki diri dari kegagalan-kegagalan sebelumnya. Maknailah hidup ini jangan dari satu sisi saja, kalau perlu 'naiklah ke puncak gunung tertinggi agar bisa memandang luas segala sisi kehidupan' yang indah ini.
Wednesday, December 3, 2008
Akhirnya..........
Kata diatas itulah yang mencerminkan suasana hatiku saat ini yang benar-benar plong! Hari ini merupakan hari bersejarah bagiku. 3 Desember 2008 kan kuingat selama hidupku. Betapa tidak....dari kemaren malam pukul 00.00 WIB aku sudah menunggu pengumuman Depkeu. Akhirnya sekitar jam 19.00 tadi penantian itu berakhir sudah. Aku dinyatakan lolos tes Depkeu, sehingga jantungku yang selalu berdegup kencang sepanjang hari itu akhirnya normal lagi.
Pengumuman final ini memang tidak seperti pengumuman 3 tahap sebelumnya. Biasanya jam 00.00 WIB pengumuman sudah bisa dilihat di website, namun kemaren malam hal itu tidak terjadi padahal aku sudah melekan menunggu tgl 2 Desember itu berlalu, tentu saja hal itu semakin membuat hatiku gelisah. Hampir setiap jam sepanjang hari ini kucek pengumuman di website depkeu, namun tak kunjung ada pengumuman baru, malahan masih tetap ada tulisan hasil tes kesehatan dan kebugaran yang sudah terpampang di website itu selama 2 minggu. Selepas Isya' saat aku tiduran di kamar, kucoba browsing akhirnya pengumuman hasil akhir tes Depkeu itu ada juga, yang terpenting namaku tercantum dalam daftar yang lolos seleksi. Senang rasanya hati ini dan kubersujud kepada-Nya.
Alhamdulillahi rabbil 'alamin!
Pengumuman final ini memang tidak seperti pengumuman 3 tahap sebelumnya. Biasanya jam 00.00 WIB pengumuman sudah bisa dilihat di website, namun kemaren malam hal itu tidak terjadi padahal aku sudah melekan menunggu tgl 2 Desember itu berlalu, tentu saja hal itu semakin membuat hatiku gelisah. Hampir setiap jam sepanjang hari ini kucek pengumuman di website depkeu, namun tak kunjung ada pengumuman baru, malahan masih tetap ada tulisan hasil tes kesehatan dan kebugaran yang sudah terpampang di website itu selama 2 minggu. Selepas Isya' saat aku tiduran di kamar, kucoba browsing akhirnya pengumuman hasil akhir tes Depkeu itu ada juga, yang terpenting namaku tercantum dalam daftar yang lolos seleksi. Senang rasanya hati ini dan kubersujud kepada-Nya.
Alhamdulillahi rabbil 'alamin!
Saturday, October 25, 2008
24 Oktober 2008
Hari ini Jum'at tanggal 24 Oktober 2008 aku mencatat beberapa kejadian:
1. Aku tiba di stasiun Tugu dari Jakarta pukul 05.45 dalam kondisi hujan gerimis setelah sehari sebelumnya tes MT di Danareksa
2. Jam 8 aku wawancara PPS di Kanwil BRI Jl. Cik Di Tiro
3. Jam 10.30 kutemui temanku si D di Hotel Novotel Jogja
4. Jam 4 sore IHSG ditutup melemah lebih dari 90 poin ke level 1200-an atau melemah lebih dari 6% dan rekor terendah sejak Juni 2006
5. Rupiah ditutup melemah menembus level psikologis menjadi Rp.10.005 per dollar AS
6. Saat lihat Kick Andy di Metro aku di telpon temanku si D kalau temannya di Bahana sedang butuh Research Assistant dan aku ditawarinya posisi itu.
7. Kutulis Blog ini dan ingin ku-publish sebelum jam 24.00
1. Aku tiba di stasiun Tugu dari Jakarta pukul 05.45 dalam kondisi hujan gerimis setelah sehari sebelumnya tes MT di Danareksa
2. Jam 8 aku wawancara PPS di Kanwil BRI Jl. Cik Di Tiro
3. Jam 10.30 kutemui temanku si D di Hotel Novotel Jogja
4. Jam 4 sore IHSG ditutup melemah lebih dari 90 poin ke level 1200-an atau melemah lebih dari 6% dan rekor terendah sejak Juni 2006
5. Rupiah ditutup melemah menembus level psikologis menjadi Rp.10.005 per dollar AS
6. Saat lihat Kick Andy di Metro aku di telpon temanku si D kalau temannya di Bahana sedang butuh Research Assistant dan aku ditawarinya posisi itu.
7. Kutulis Blog ini dan ingin ku-publish sebelum jam 24.00
Wednesday, October 8, 2008
Underweight = Gizi Kurang ?
7 Oktober 2008 menyimpan suatu cerita unik yang perlu kudokumentasikan. Baru kali ini aku terkejut dengan hasil tes fisikku di sebuah klinik ternama di Yogyakarta. Bagaimana tidak, di klinik langgananku itu aku dinyatakan underweight bahkan gizi kurang, oh...... (tega banget sih!). Aku baru melihat hasil tes-ku dikos, so aku nggak sempet protes!
Underweight, okelah itu memang bisa kuterima coz' berat badanku saat ditimbang tadi memang cuma 52,8 Kg. Berat segitu kalau dihitung dengan rumus berat badan ideal = (tinggi badan - 110)kg, memang aku tergolong underweight mengingat tinggi badanku 173 cm. Seharusnya menurut rumus itu berat idealku harusnya 63 kg. Tapi apa sih parameter underweigth, ideal ataupun overweight itu sendiri, apa hanya sebatas proposional tidaknya tubuh seseorang dan enak tidaknya seseorang dipandang penampilan fisiknya oleh orang lain? Tapi pandangan orang kan sangat subyektif.
Aku seringkali bertanya, apakah orang yang dianggap punya berat badan ideal itu juga sehat secara fisik? Kan selama ini orang dengan berat badan ideal menurut suatu rumus dianggap mewakili kondisi sehat pada fisik manusia. Kalau begitu adanya, apakah jika orang yang punya berat ideal itu, 'keidealannya' itu didapat dari banyaknya lemak ditubuhnya yang notabene memang lebih berat dari massa otot itu sendiri. Bisa-bisa justifikasi ideal ditubuhnya itu malah menjadi boomerang karena orang itu merasa berat badannya sudah ideal sehingga dia malah mengabaikan olahraga ataupun diet makanan sehat.
Hal itu yang ingin kuprotes terhadap hasil pemeriksaan fisikku di klinik itu. Apakah seorang petinju kelas terbang yang punya berat badan 45 kg juga dianggap underweigth. Kayaknya tidak pantas kan, kita sendiri tau bagaimana para petinju itu berlatih, dan otot-otot di badannya nyaris tanpa lemak sehingga badannya yang keras itu memang akan terukur lebih ringan di timbangan. Soalnya pernyataan underweight itu sendiri sudah berkonotasi bahwa orang tersebut kurang sehat, walaupun hal itu banyak disangsikan.
Kembali lagi ke berat badanku yang di-judge underweight. Soal berat badan memang aku bermasalah dengan hal yang satu ini sejak kecil. Sejak SD sampai sekarang aku sangat bermasalah dalam meningkatkan berat badan, mungkin karena karena sewaktu SD aku pernah terkena flek atau paru-paru basah. Kata orang-orang sih, anak yang pernah terkena flek memang kecenderungannya sulit gemuk. Saat duduk di SMU kelas 3 aku berusaha meningkatkan berat badanku dengan berolahraga rutin, jogging tiap pagi, stretching, dan bersepeda dan makan-makanan yang gizinya sangat tinggi seperti telur ayam kampung plus madu tiap malam dan tak lupa aku menambah porsi makanku. Hasilnya aku dapat meningkatkan berat badanku sampai 59 Kg dan hampir mencapai berat ideal. Namun sekarang berat badanku tinggal sekitar 53kg, padahal aku sudah makan teratur dan bergizi, serta berolahraga. Aku pun merasa hampir tak ada lemak di tubuhku dan badanku serasa berisi, kencang berotot, namun kok jika ditimbang berat badanku sulit beranjak dari kisaran 53 kg. Kemarin saja saat dipijat oleh dukun pijat di rumahku, sang dukun pijat berkata kalau badanku ini walaupun kecil tapi keras dan kenyal nggak lembek. Eh kok malah klinik tadi mengeluarkan pernyataan kalau aku gizi kurang, padahal aku makan semua yang bergizi dan bukan junk food. Apa kalau berat badanku ideal atau overweight tapi dari junk food, maka aku tidak akan divonis gizi kurang? Itulah yang kusesalkan. Kalau aku termasuk gizi kurang harusnya tes fisikku yang lain semacam tekanan darah, detak jantung, respirasi ataupun pemeriksaan fisik lainnya harusnya menunjukkan gejala abnormal, namun toh hal tersebut tidak terjadi. Semua hasil pemeriksaan fisikku meninjukkan normal semua. Aku juga selama ini tidak pernah mondok di rumah sakit, bakan sakit pun jarang sekali, kalaupun ada paling hanya flu.
Aku pernah mendengar info bahwa seseorang yang mempunyai massa otot lebih banyak daripada lemaknya akan mempunyai metabolisme lebih baik sehingga dengan mudah membakar kalori yang dimakannya dan jelas tidak mudah untuk gemuk. Apakah itu pula yang terjadi padaku? Aku juga pernah membaca sebuah artikel jika ada seseorang yang dilahirkan dengan gen pencegah kegemukan yang dominan. Apakah ditubuhku terdapat dominasi gen itu? Entahlah, aku sudah sangat bersyukur dengan kondisi kesehatan tubuhku saat ini.
Underweight = gizi kurang? Benarkah pernyataan itu? Aku bukan seorang dokter yang yang pantas membuat kesimpulan.
Aku kurang gizi....? Ha ha ha.....ini baru cerita seru.....!
Underweight, okelah itu memang bisa kuterima coz' berat badanku saat ditimbang tadi memang cuma 52,8 Kg. Berat segitu kalau dihitung dengan rumus berat badan ideal = (tinggi badan - 110)kg, memang aku tergolong underweight mengingat tinggi badanku 173 cm. Seharusnya menurut rumus itu berat idealku harusnya 63 kg. Tapi apa sih parameter underweigth, ideal ataupun overweight itu sendiri, apa hanya sebatas proposional tidaknya tubuh seseorang dan enak tidaknya seseorang dipandang penampilan fisiknya oleh orang lain? Tapi pandangan orang kan sangat subyektif.
Aku seringkali bertanya, apakah orang yang dianggap punya berat badan ideal itu juga sehat secara fisik? Kan selama ini orang dengan berat badan ideal menurut suatu rumus dianggap mewakili kondisi sehat pada fisik manusia. Kalau begitu adanya, apakah jika orang yang punya berat ideal itu, 'keidealannya' itu didapat dari banyaknya lemak ditubuhnya yang notabene memang lebih berat dari massa otot itu sendiri. Bisa-bisa justifikasi ideal ditubuhnya itu malah menjadi boomerang karena orang itu merasa berat badannya sudah ideal sehingga dia malah mengabaikan olahraga ataupun diet makanan sehat.
Hal itu yang ingin kuprotes terhadap hasil pemeriksaan fisikku di klinik itu. Apakah seorang petinju kelas terbang yang punya berat badan 45 kg juga dianggap underweigth. Kayaknya tidak pantas kan, kita sendiri tau bagaimana para petinju itu berlatih, dan otot-otot di badannya nyaris tanpa lemak sehingga badannya yang keras itu memang akan terukur lebih ringan di timbangan. Soalnya pernyataan underweight itu sendiri sudah berkonotasi bahwa orang tersebut kurang sehat, walaupun hal itu banyak disangsikan.
Kembali lagi ke berat badanku yang di-judge underweight. Soal berat badan memang aku bermasalah dengan hal yang satu ini sejak kecil. Sejak SD sampai sekarang aku sangat bermasalah dalam meningkatkan berat badan, mungkin karena karena sewaktu SD aku pernah terkena flek atau paru-paru basah. Kata orang-orang sih, anak yang pernah terkena flek memang kecenderungannya sulit gemuk. Saat duduk di SMU kelas 3 aku berusaha meningkatkan berat badanku dengan berolahraga rutin, jogging tiap pagi, stretching, dan bersepeda dan makan-makanan yang gizinya sangat tinggi seperti telur ayam kampung plus madu tiap malam dan tak lupa aku menambah porsi makanku. Hasilnya aku dapat meningkatkan berat badanku sampai 59 Kg dan hampir mencapai berat ideal. Namun sekarang berat badanku tinggal sekitar 53kg, padahal aku sudah makan teratur dan bergizi, serta berolahraga. Aku pun merasa hampir tak ada lemak di tubuhku dan badanku serasa berisi, kencang berotot, namun kok jika ditimbang berat badanku sulit beranjak dari kisaran 53 kg. Kemarin saja saat dipijat oleh dukun pijat di rumahku, sang dukun pijat berkata kalau badanku ini walaupun kecil tapi keras dan kenyal nggak lembek. Eh kok malah klinik tadi mengeluarkan pernyataan kalau aku gizi kurang, padahal aku makan semua yang bergizi dan bukan junk food. Apa kalau berat badanku ideal atau overweight tapi dari junk food, maka aku tidak akan divonis gizi kurang? Itulah yang kusesalkan. Kalau aku termasuk gizi kurang harusnya tes fisikku yang lain semacam tekanan darah, detak jantung, respirasi ataupun pemeriksaan fisik lainnya harusnya menunjukkan gejala abnormal, namun toh hal tersebut tidak terjadi. Semua hasil pemeriksaan fisikku meninjukkan normal semua. Aku juga selama ini tidak pernah mondok di rumah sakit, bakan sakit pun jarang sekali, kalaupun ada paling hanya flu.
Aku pernah mendengar info bahwa seseorang yang mempunyai massa otot lebih banyak daripada lemaknya akan mempunyai metabolisme lebih baik sehingga dengan mudah membakar kalori yang dimakannya dan jelas tidak mudah untuk gemuk. Apakah itu pula yang terjadi padaku? Aku juga pernah membaca sebuah artikel jika ada seseorang yang dilahirkan dengan gen pencegah kegemukan yang dominan. Apakah ditubuhku terdapat dominasi gen itu? Entahlah, aku sudah sangat bersyukur dengan kondisi kesehatan tubuhku saat ini.
Underweight = gizi kurang? Benarkah pernyataan itu? Aku bukan seorang dokter yang yang pantas membuat kesimpulan.
Aku kurang gizi....? Ha ha ha.....ini baru cerita seru.....!
Saturday, September 27, 2008
Mengasah Firasat
Kebetulan atau tidaknya beberapa peristiwa ini mungkin bisa kuanalisis. Aku memang seneng ilmu titen..........! Beberapa peristiwa ini muingkin bisa kukaitkan dengan keikutsertaanku dalam rekrutmen MT PTBA.
Pertama, saat aku pulang dari Jakarta setelah tes tahap I PTBA, aku naik bus Safari Dharma Raya bernomor kursi 13. Sebagian orang beranggapan nomor itu suatu pertanda ketidakberuntungan.
Kedua, jadwal tes PTBA tahap kedua bentrok dengan jadwal tes Bulog, dan akhirnya aku memilih tes PTBA karena teman2ku menyarankanku untuk memilih ikut tes PTBA.
Ketiga, saat aku antre tiket di stasiun Tugu, aku bertemu dengan bibiku dan akhirnya aku dibeliin tiket gratis oleh bibiku.
Keempat, aku lupa membawa kartu ujian PTBA pada tes tahap kedua.
Kelima, aku mendapat solusi dari temanku soal kartuku yang lupa kubawa.
Keenam, perjalananku pulang ke Jogja setelah tes tahap II tidak begitu lancar. Bus Kramat Jati yang kunaiki mulai datang terlambat, macet total, dan tiba terlambat di Jogja.
Ketujuh, aku diusir-usir dari dalam masjid Istiqlal.
Kedelapan, inilah firasat kegagalanku dalam tes PTBA serasa nyata. 2 hari menjelang pengumuman, aku iseng membuka situs PPM, kali aja sudah ada pengumumannya. Tapi ternyata belum ada, namun aku iseng memasukkan nomor regristrasiku beserta password. Dan ternyata keluar namaku, kalau aku belum memenuhi syarat untuk lolos tes tahap berikutnya. Aku pun tercengang seolah tak percaya, jangan2 itu hasil pengumuman yang akan diumumkan pada tgl 26. Aku pun agak shock dan berusaha ikhlas jika hal itu benar-benar terjadi. Ternyata akhirnya yang kulihat sebelum peserta lainnya melihat dua hari sebelumnya itu benar adanya. Oh.....
Kesembilan, tgl 26 September malam, pengumuman ditunda sampai pukul 24.00 WIB. Sekitar pukul 19.00 terjadi angin besar di rumahku disertai hujan yang cukup deras dan lama. Itu merupakan hujan pertama. Hujan bisa bermakna rezeki bisa pula menyimbolkan tangisan.
Kesembilan kejadian itulah yang membuat pikiranku tak menentu. Ada beberapa peristiwa yang menandakan aku akan bisa lolos tes PTBA, ada pula yang menandakan aku tidak lolos. Seperti halnya kejadian kedua, ketiga, kelima yang seolah memberi kemudahan bagiku untuk ikut tes tersebut. Namun kejadian lainnya seolah menandakan aku tidak cocok untuk melanjutkan tes itu.
Memang nggak jodohku untuk berkarya di PTBA. Mungkin saja Allah punya sesuatu yang lebih indah untukku kelak. Mungkin saja aku diberi kesempatan kerja di Jakarta kelak biar bisa deket teman2ku, bisa lebih berkembang, bertemu jodohku yang mungkin saja Dian Sastro ato Mariana Renata (he he....mimpi kali y.....), ato aku jadi orang beken di Jakarta, siapa tau hayo.....! Mungkin saja kerja di tambang nggak cocok bagiku, dan mungkin saja Allah ingin aku bekerja di kantoran aja yang ber-AC, kumpul ma orang2 kelas atas ato pejabat, who knows....iya to...!
Kita kan boleh-boleh aja berandai andai. Lebih baik berhusnuzon to tentang rencana Allah terhadap kita pada masa depan, daripada malah berburuk sangka dan menyalahkan-Nya atas kegagalan yang kita hadapi. Yakin aja kalau Allah pasti lebih tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya, asal kita mau berikhtiar dan berdoa. iya kan.....masak ya iya dong.....he he.....keep your smile :-)
Pertama, saat aku pulang dari Jakarta setelah tes tahap I PTBA, aku naik bus Safari Dharma Raya bernomor kursi 13. Sebagian orang beranggapan nomor itu suatu pertanda ketidakberuntungan.
Kedua, jadwal tes PTBA tahap kedua bentrok dengan jadwal tes Bulog, dan akhirnya aku memilih tes PTBA karena teman2ku menyarankanku untuk memilih ikut tes PTBA.
Ketiga, saat aku antre tiket di stasiun Tugu, aku bertemu dengan bibiku dan akhirnya aku dibeliin tiket gratis oleh bibiku.
Keempat, aku lupa membawa kartu ujian PTBA pada tes tahap kedua.
Kelima, aku mendapat solusi dari temanku soal kartuku yang lupa kubawa.
Keenam, perjalananku pulang ke Jogja setelah tes tahap II tidak begitu lancar. Bus Kramat Jati yang kunaiki mulai datang terlambat, macet total, dan tiba terlambat di Jogja.
Ketujuh, aku diusir-usir dari dalam masjid Istiqlal.
Kedelapan, inilah firasat kegagalanku dalam tes PTBA serasa nyata. 2 hari menjelang pengumuman, aku iseng membuka situs PPM, kali aja sudah ada pengumumannya. Tapi ternyata belum ada, namun aku iseng memasukkan nomor regristrasiku beserta password. Dan ternyata keluar namaku, kalau aku belum memenuhi syarat untuk lolos tes tahap berikutnya. Aku pun tercengang seolah tak percaya, jangan2 itu hasil pengumuman yang akan diumumkan pada tgl 26. Aku pun agak shock dan berusaha ikhlas jika hal itu benar-benar terjadi. Ternyata akhirnya yang kulihat sebelum peserta lainnya melihat dua hari sebelumnya itu benar adanya. Oh.....
Kesembilan, tgl 26 September malam, pengumuman ditunda sampai pukul 24.00 WIB. Sekitar pukul 19.00 terjadi angin besar di rumahku disertai hujan yang cukup deras dan lama. Itu merupakan hujan pertama. Hujan bisa bermakna rezeki bisa pula menyimbolkan tangisan.
Kesembilan kejadian itulah yang membuat pikiranku tak menentu. Ada beberapa peristiwa yang menandakan aku akan bisa lolos tes PTBA, ada pula yang menandakan aku tidak lolos. Seperti halnya kejadian kedua, ketiga, kelima yang seolah memberi kemudahan bagiku untuk ikut tes tersebut. Namun kejadian lainnya seolah menandakan aku tidak cocok untuk melanjutkan tes itu.
Memang nggak jodohku untuk berkarya di PTBA. Mungkin saja Allah punya sesuatu yang lebih indah untukku kelak. Mungkin saja aku diberi kesempatan kerja di Jakarta kelak biar bisa deket teman2ku, bisa lebih berkembang, bertemu jodohku yang mungkin saja Dian Sastro ato Mariana Renata (he he....mimpi kali y.....), ato aku jadi orang beken di Jakarta, siapa tau hayo.....! Mungkin saja kerja di tambang nggak cocok bagiku, dan mungkin saja Allah ingin aku bekerja di kantoran aja yang ber-AC, kumpul ma orang2 kelas atas ato pejabat, who knows....iya to...!
Kita kan boleh-boleh aja berandai andai. Lebih baik berhusnuzon to tentang rencana Allah terhadap kita pada masa depan, daripada malah berburuk sangka dan menyalahkan-Nya atas kegagalan yang kita hadapi. Yakin aja kalau Allah pasti lebih tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya, asal kita mau berikhtiar dan berdoa. iya kan.....masak ya iya dong.....he he.....keep your smile :-)
Kutunggu Sebuah Hikmah
Malam ini pukul 00.00 WIB tgl 27 September 2008 merupakan saat-saat yang tak terlupakan bagiku. Pada penghujung bulan Ramadhan yang seharusnya membuat hatiku senang justru kejadian malam ini menorehkan sesuatu yang jelas tidak kuharapkan. Namun, sebagai insan biasa, aku hanya bisa ikhlas dan mencoba sabar atas apa yang terjadi terhadapku malam ini. Kucoba untuk tetap berpikir jernih dan tak larut terus dalam keputusasaan dan kesedihan.
Bagaimana tidak aku sangat kecewa dengan apa yang kuhadapi malam ini. Malam ini, aku melihat pengumuman penerimaan MT di PTBA yang sudah kulalui prosesnya 3 kali aku bolak-balik Jakarta. Walaupun aku jujur sangat kecewa dan belum bisa menghilangkan 100 % kesedihanku, kuberusaha tuk selalu mencari hikmah dibalik semua ini. Mungkin saja Allah berkehendak lain dan ada rencana indah dari-Nya di kemudian hari untukku. Kuterus berusaha menghibur diriku yang sudah terlanjur luluh lantak rasa percaya diriku. Namun kutak mau terus dibelenggu aura negatif yang akan semakin menggerogoti aura positifku, ku harus tetap ceria, toh pekerjaan bukan hanya itu. Toh aku masih punya banyak kesempatan asal aku mau berusaha, pasti suatu saat nanti aku akan mendapatkan pekerjaan yang cocok dan terbaik untukku.
Aku ingin sedikit flash back tentang keikutsertaanku untuk ikut dalam seleksi MT di PTBA. Pada mulanya, aku tidak terlalu berminat untuk mendaftar sebagai MT di PTBA. Akhir juli 2008, secara kebetulan aku melihat lowongan MT PTBA saat aku sedang asik berseluncur di dunia maya. Spontan aku memberi tahu teman2ku alumni kuliahku dulu lewat milis yahoogroups yang aku buat. Aku lantas iseng-iseng untuk mendaftar online. Eh nggak taunya aku lolos tes administrasi. Tes pertama berlangsung tanggal 9 Agustus 2008 di Jakarta. Aku pun menginap di Jalan Jaksa yang terkenal dengan penginapan murah ala Backpackers, dan kebetulan wisma Delima yang biasanya kusinggahi saat itu penuh dan terpaksa aku ke Hostel Yusron yang letaknya agak ke dalam gang. Kebetulan saat itu sedang ada festival jalan Jaksa yang membuatku agak kesulitan mencari penginapan jarena banyak yang penuh.
Pada hari tes keesokkan harinya, ternyata aku ketemu banyak temen2 se-angkatanku dulu. Jadi kayak reuni saja suasana tes pada hari itu. Tes pertama yang berupa tes potensi akademik dan disertai tes hitung pauli berjalan lancar. Aku pun lolos tes tahap pertama itu.
Tes kedua berlangsung tanggal 30 Agustus 2008, sehari menjelang puasa ramadhan. Aku ke Jakarta naik kereta api dan tiba di Senen saat menjelang subuh. Aku pun mandi di stasiun sebelum berangkat ke lokasi tes. Di lokasi tes di PPM Menteng Raya, aku datang paling pagi bahkan pagarnya pun belu dibuka, tapi untungnya ada Pak Satpam yang mau membukakan gerbang karena ku saat itu kebetulan lagi kebelet pub, he he.....! Tes tanggal 30 tersebut meliputi tes bahasa Inggris dan tes psikologi tertulis. Sebelumnya saat perjalanan ke Jakarta, saat masih berada di stasiun Tugu tepatnya berada di atas kereta senja utama yang sudah bersiap berangkat ternyata aku salah membawa kartu ujian. Yang kubawa ternyata kartu ujian Departemen Keuangan bukannya Bukit Asam. Aku pun bingung, mau menelepon kakakku tapi kereta hampir berangkat, sehingga kuputuskan untuk tetap berangkat dengan rencana kalau besok saat tes aku harus bersilat lidah kepada panitia tes agar aku bisa ikut tes. Aku pun mengetik sms kepada temanku si D yang kebetulan bekerja di Jakarta. Dia ternyata punya ide cemerlang kalau kartu tesku mending di fax aja, tapi hal itu tak pernah terjadi karena ruang fax di kantornya sudah dikunci, kemudian dia pun berinisiatif agar aku mengontak temanku dikos agar bisa men-scan kartu ujianku. Aku pun langsung mengontak kakakku yang kebetulan sekos denganku di Jogja. Akhirnya kartuku discan dan dikirim ke alamat email temanku si D itu. Keesokkan harinya sebelum tes dimulai si D datang ke lokasi tes-ku di PPM Menteng Raya untuk memberiku kartu ujianku hasil scan, aku pun lega banget. Terima kasih banyak sobat......!
Tes kedua yang berlangsung sekitar 3 jam itu pun berakhir lancar, namun ternyata diakhir tes diberitahu kalau ada tes lanjutan berupa wawancara pendalaman sekitar tanggal 2 sampai dengan 5 september 2008. Aku pun sempat bingung karena pada saat bersamaan aku sebetulnya akan mengikuti tes penerimaan pegawai Bulog di Semarang. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk memilih mengikuti tes PTBA di Jakarta, karena sudah terlanjur ikut. Pada tanggal 30 Agustus itu aku bingung apakah mau pulang ke Jogja atau menginap di tempat temanku mengingat pelaksanaan waktu tes yang sangat berdekatan. Tapi aku ragu aku mendapat jatah tanggal 2 atau bahkan pada tanggal 5. Kuputuskan untuk pulang sore itu naik Bus Kramat Jati lewat terminal Rawamangun. Bus yang aku tunggu terlambat sekitar 2 jam dan baru sekitar jam 19.00 baru berangkat, tak sampai disitu ditengah perjalanan bus terjebak kemacetan parah di sekitar Cirebon. Akhirnya busnya sampai Jogja sekitar jam 11 siang.
Kebetulan keesokkan harinya, ibukku datang ke Jogja untuk Nyadran ke makam eyang di Bantul. Aku pun ikut nyadran. Malam harinya sudah ada penguman jadwal wawancara pendalaman, dan akhirnya aku mendapat jadwal pada hari Selasa, 2 September 2008. Aku pun bergegas untuk memesan tiket pulang pergi di stsiun Tugu. Aku naik kereta api Taksaka dari Jogja jam 8 malam dan sampai gambir sekitar pukul 04.30 WIB. Aku pun terpaksa saur di Kereta yang ternyata masakannya sangat tidak enak, yaitu nasi goreng yang ternyata sudah dingin dan rasanya agak pahit, tapi terpaksa kulahap habis daripada aku pingsan seharian puasa. Sesampainya di Gambir aku langsung sholat dan terus berjalan kaki menuju masjid istiqlal. Suasana subuh yang masih petang dan jalanan yang sangat sepi agak membuatku takut jangan2 aku nanti dirampok di tengah jalan. Namun pikiran negatifku itu tidak terjadi dan akhirnya aku pun sampai di Istiqlal walaupun agak capek karena pintu yang dibuka ternyata cuma yang menghadap gereja Katedral yang letaknya lumayan jauh dari stasiun Gambir. Aku pun langsung segera mencari kamar mandi agar aku bisa mandi sepuasnya daripada aku mandi di kamar mandi stasiun yang kotor, antre lagi...!
Sehabis mandi aku pun menuju kelantai atas untuk melihat keindahan masjid paling besar se-Indonesia itu. Baru sekitar sejam didalam masjid yang pada saat itu banyak orang yang sedang tidur, eh tiba-tiba terdengar bunyi loudspeaker (TOA) plus bunyi peluit dari petugas masjid yang membangunkan semua orang yang tidur disitu. Kami semua disuruh keluar karena masjid mau dibersihkan. Aku pun keluar masjid dan hanya jalan2 disekitar masjid sambil mengobrol sama orang yang baru kukenal di masjid itu.
Sekitar pukul 10.00 WIB aku memutuskan untuk meninggalkan Istiqlal dan kulanjutkan ke PPM dengan naik Bajaj. Di PPM aku menunggu sampai jam 4 sore karena aku dapat giliran terakhir untuk wawancara pada hari itu. Untung saja aku nggak pingsan, walaupun mataku sudah terasa sangat pedas dan ngantuk berat.
Seusai wawancara aku langsung naik Bajaj menunju Mall Atrium Senen untuk sholat maghrib dan berbuka puasa. jam 19.30 aku berangkat dari stasiun senen. Di dalam kereta itu aku ternyata satu kereta dengan temanku si T yang juga ikut tes PTBA. Di Cirebon ternyata aku bertemu dengan rombongan temanku yang usai menjalankan pra jabatan CPNS di Kadipaten. Kami pun sampai di stasiun Jogja jam 4.45 WIB.
Itulah sekelumit ceritaku yang berakhir malam ini dengan kurang menyenangkan. Mungkin kejadian malam ini baru akan kuketahui hikmahnya beberapa waktu mendatang yang merubah pikiranku kalau kejadian malam ini justru menjadi suatu awal yang indah bagiku.
Ya Allah, berilah hambamu ini keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi segala sesuatu. Amin!
Bagaimana tidak aku sangat kecewa dengan apa yang kuhadapi malam ini. Malam ini, aku melihat pengumuman penerimaan MT di PTBA yang sudah kulalui prosesnya 3 kali aku bolak-balik Jakarta. Walaupun aku jujur sangat kecewa dan belum bisa menghilangkan 100 % kesedihanku, kuberusaha tuk selalu mencari hikmah dibalik semua ini. Mungkin saja Allah berkehendak lain dan ada rencana indah dari-Nya di kemudian hari untukku. Kuterus berusaha menghibur diriku yang sudah terlanjur luluh lantak rasa percaya diriku. Namun kutak mau terus dibelenggu aura negatif yang akan semakin menggerogoti aura positifku, ku harus tetap ceria, toh pekerjaan bukan hanya itu. Toh aku masih punya banyak kesempatan asal aku mau berusaha, pasti suatu saat nanti aku akan mendapatkan pekerjaan yang cocok dan terbaik untukku.
Aku ingin sedikit flash back tentang keikutsertaanku untuk ikut dalam seleksi MT di PTBA. Pada mulanya, aku tidak terlalu berminat untuk mendaftar sebagai MT di PTBA. Akhir juli 2008, secara kebetulan aku melihat lowongan MT PTBA saat aku sedang asik berseluncur di dunia maya. Spontan aku memberi tahu teman2ku alumni kuliahku dulu lewat milis yahoogroups yang aku buat. Aku lantas iseng-iseng untuk mendaftar online. Eh nggak taunya aku lolos tes administrasi. Tes pertama berlangsung tanggal 9 Agustus 2008 di Jakarta. Aku pun menginap di Jalan Jaksa yang terkenal dengan penginapan murah ala Backpackers, dan kebetulan wisma Delima yang biasanya kusinggahi saat itu penuh dan terpaksa aku ke Hostel Yusron yang letaknya agak ke dalam gang. Kebetulan saat itu sedang ada festival jalan Jaksa yang membuatku agak kesulitan mencari penginapan jarena banyak yang penuh.
Pada hari tes keesokkan harinya, ternyata aku ketemu banyak temen2 se-angkatanku dulu. Jadi kayak reuni saja suasana tes pada hari itu. Tes pertama yang berupa tes potensi akademik dan disertai tes hitung pauli berjalan lancar. Aku pun lolos tes tahap pertama itu.
Tes kedua berlangsung tanggal 30 Agustus 2008, sehari menjelang puasa ramadhan. Aku ke Jakarta naik kereta api dan tiba di Senen saat menjelang subuh. Aku pun mandi di stasiun sebelum berangkat ke lokasi tes. Di lokasi tes di PPM Menteng Raya, aku datang paling pagi bahkan pagarnya pun belu dibuka, tapi untungnya ada Pak Satpam yang mau membukakan gerbang karena ku saat itu kebetulan lagi kebelet pub, he he.....! Tes tanggal 30 tersebut meliputi tes bahasa Inggris dan tes psikologi tertulis. Sebelumnya saat perjalanan ke Jakarta, saat masih berada di stasiun Tugu tepatnya berada di atas kereta senja utama yang sudah bersiap berangkat ternyata aku salah membawa kartu ujian. Yang kubawa ternyata kartu ujian Departemen Keuangan bukannya Bukit Asam. Aku pun bingung, mau menelepon kakakku tapi kereta hampir berangkat, sehingga kuputuskan untuk tetap berangkat dengan rencana kalau besok saat tes aku harus bersilat lidah kepada panitia tes agar aku bisa ikut tes. Aku pun mengetik sms kepada temanku si D yang kebetulan bekerja di Jakarta. Dia ternyata punya ide cemerlang kalau kartu tesku mending di fax aja, tapi hal itu tak pernah terjadi karena ruang fax di kantornya sudah dikunci, kemudian dia pun berinisiatif agar aku mengontak temanku dikos agar bisa men-scan kartu ujianku. Aku pun langsung mengontak kakakku yang kebetulan sekos denganku di Jogja. Akhirnya kartuku discan dan dikirim ke alamat email temanku si D itu. Keesokkan harinya sebelum tes dimulai si D datang ke lokasi tes-ku di PPM Menteng Raya untuk memberiku kartu ujianku hasil scan, aku pun lega banget. Terima kasih banyak sobat......!
Tes kedua yang berlangsung sekitar 3 jam itu pun berakhir lancar, namun ternyata diakhir tes diberitahu kalau ada tes lanjutan berupa wawancara pendalaman sekitar tanggal 2 sampai dengan 5 september 2008. Aku pun sempat bingung karena pada saat bersamaan aku sebetulnya akan mengikuti tes penerimaan pegawai Bulog di Semarang. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk memilih mengikuti tes PTBA di Jakarta, karena sudah terlanjur ikut. Pada tanggal 30 Agustus itu aku bingung apakah mau pulang ke Jogja atau menginap di tempat temanku mengingat pelaksanaan waktu tes yang sangat berdekatan. Tapi aku ragu aku mendapat jatah tanggal 2 atau bahkan pada tanggal 5. Kuputuskan untuk pulang sore itu naik Bus Kramat Jati lewat terminal Rawamangun. Bus yang aku tunggu terlambat sekitar 2 jam dan baru sekitar jam 19.00 baru berangkat, tak sampai disitu ditengah perjalanan bus terjebak kemacetan parah di sekitar Cirebon. Akhirnya busnya sampai Jogja sekitar jam 11 siang.
Kebetulan keesokkan harinya, ibukku datang ke Jogja untuk Nyadran ke makam eyang di Bantul. Aku pun ikut nyadran. Malam harinya sudah ada penguman jadwal wawancara pendalaman, dan akhirnya aku mendapat jadwal pada hari Selasa, 2 September 2008. Aku pun bergegas untuk memesan tiket pulang pergi di stsiun Tugu. Aku naik kereta api Taksaka dari Jogja jam 8 malam dan sampai gambir sekitar pukul 04.30 WIB. Aku pun terpaksa saur di Kereta yang ternyata masakannya sangat tidak enak, yaitu nasi goreng yang ternyata sudah dingin dan rasanya agak pahit, tapi terpaksa kulahap habis daripada aku pingsan seharian puasa. Sesampainya di Gambir aku langsung sholat dan terus berjalan kaki menuju masjid istiqlal. Suasana subuh yang masih petang dan jalanan yang sangat sepi agak membuatku takut jangan2 aku nanti dirampok di tengah jalan. Namun pikiran negatifku itu tidak terjadi dan akhirnya aku pun sampai di Istiqlal walaupun agak capek karena pintu yang dibuka ternyata cuma yang menghadap gereja Katedral yang letaknya lumayan jauh dari stasiun Gambir. Aku pun langsung segera mencari kamar mandi agar aku bisa mandi sepuasnya daripada aku mandi di kamar mandi stasiun yang kotor, antre lagi...!
Sehabis mandi aku pun menuju kelantai atas untuk melihat keindahan masjid paling besar se-Indonesia itu. Baru sekitar sejam didalam masjid yang pada saat itu banyak orang yang sedang tidur, eh tiba-tiba terdengar bunyi loudspeaker (TOA) plus bunyi peluit dari petugas masjid yang membangunkan semua orang yang tidur disitu. Kami semua disuruh keluar karena masjid mau dibersihkan. Aku pun keluar masjid dan hanya jalan2 disekitar masjid sambil mengobrol sama orang yang baru kukenal di masjid itu.
Sekitar pukul 10.00 WIB aku memutuskan untuk meninggalkan Istiqlal dan kulanjutkan ke PPM dengan naik Bajaj. Di PPM aku menunggu sampai jam 4 sore karena aku dapat giliran terakhir untuk wawancara pada hari itu. Untung saja aku nggak pingsan, walaupun mataku sudah terasa sangat pedas dan ngantuk berat.
Seusai wawancara aku langsung naik Bajaj menunju Mall Atrium Senen untuk sholat maghrib dan berbuka puasa. jam 19.30 aku berangkat dari stasiun senen. Di dalam kereta itu aku ternyata satu kereta dengan temanku si T yang juga ikut tes PTBA. Di Cirebon ternyata aku bertemu dengan rombongan temanku yang usai menjalankan pra jabatan CPNS di Kadipaten. Kami pun sampai di stasiun Jogja jam 4.45 WIB.
Itulah sekelumit ceritaku yang berakhir malam ini dengan kurang menyenangkan. Mungkin kejadian malam ini baru akan kuketahui hikmahnya beberapa waktu mendatang yang merubah pikiranku kalau kejadian malam ini justru menjadi suatu awal yang indah bagiku.
Ya Allah, berilah hambamu ini keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi segala sesuatu. Amin!
Thursday, August 14, 2008
Angka 13
Angka 13? Pasti sial! Itu kan menurut sebagian orang saja, tapi bagiku 13 mah angka yang biasa aja dan malah cenderung unik!
Pengalaman dengan nomor 13 baru saja kualami hari sabtu kemarin. Saat mau pulang ke Jogja dari Jakarta, di terminal Bus Rawamangun aku naik bus Safari Dharma Raya yang ternyata tempat duduknya hampir full, maklum akhir pekan plus banyak warga Jakarta yang mudik karena 'nyadran' ke makam leluhur di desa asal. Ternyata tiket yang tersisa adalah untuk kursi nomor 13 dan dua bangku di deretan paling belakang. Jika aku memilih bangku paling belakan jelas kursinya tidak bisa dijengkangkan ke belakang, kan sayang dah bayar mahal untuk kelas eksekutif, dan pasti plus kena bau toilet di pojok belakang yang tentunya bisa membuatku klenger. Jalan satu-satunya ya aku memilih kursi no 13, toh aku tidak percaya dengan anggapan bahwa angka itu angka sial. Seperti iklan telkomsel yang diperankan indra bekti itu lho, bukannya sial malah bejo dapat jejeran cewek2 cantik di bioskop. Tapi itu kan di TV, nah ini kan kenyataan......dalam hati pasti lah sebagai cowok normal aku ingin dijejeri cewek cantik, siapa tau bisa cinlok semalem, ha ha.......tentunya aku dah mbayangin nanti cewek itu malem-malem pas dingin2nya AC bus akan ketiduran di pundakku bahkan di pelukanku, oh......(dasar otak mesum!).
Ketika di dalam bus saat nunggu semua penumpang masuk, tiba-tiba masuklah segerombol keluarga yang nampaknya 'happy familly' lengkap dari nenek, ayah, ibu dan dua anak cewek yang centil2. Ternyata salah satu diantaranya adalah yang akan duduk di sampingku, dan impianku duduk berdampingan dengan cewek cantik pun musnah sudah. Bagaimana tidak, bukannya cewek cantik yang muda, segar dan wangi malahan nenek-nenek berusia lanjut. Wah......
Tidak terhenti begitu saja pengalamanku bersama si mbah yang satu ini. Ternyata si mbah juga melek teknologi! Wah jarang-jarang nih ada nenek2 pegang handphone. Dia pun asik dengan HP-nya yang jadul itu, kupikir dia sms tapi ternyata di kebingungan karena hp jadulnya itu sering ngedrop dan beliau pun tidak bisa nelpon. Aku pun berinisiatif untuk membantunya, untungnya dia juga membawa catatan berisi nomer2 keluarganya. Berulang kali kucoba ngedrop juga, sekali bisa nyambung dan lagi asik ngobrol, eh tiba-tiba ngedrop lagi. Kucoba pula ngetik sms, walauun sangat sulit mencari menu sms di hp jadul itu dan ketika udah mau dikirim eh malah mati lagi hp-nya. "Huh, hp gini kok dipelihara, klo aku yang punya pasti dah kubanting", pikirku agak jengkel.
Pada malam harinya saat seusai makan malam di sekitar Cikampek, aku dan penumpang lainnya sudah siap di dalam bus. Eh si Mbah malah masih duduk di luar dan berusaha masuk di bus sebelah yang sama-sama bus Safari Dharma Raya yang saat itu juga sedang transit untuk makan malam. Aku yang melihatnya dari dalam bus, kontan saja aku berlari keluar untuk menghampirinya agar dia nggak salah bus. Ya maklum lah nenek-nenek gitu loh......
Beralih ke HP lagi, ternyata beliau masih penasaran dengan HP jadulnya. Aku pun berinisiatif untuk meminjamkan HP-ku agar beliau bisa menelpon keluarganya untuk di jemput di terminal Magelang. Sesampainya di terminal Magelang beliau pamit turun, dan dari jendela kulihat segerombol keluarganya sudah menyambutnya. Aku pun lega.....!
Hah itulah pengalamanku dengan angka 13, yang ternyata cukup unik, hi hi........... :-)
Pengalaman dengan nomor 13 baru saja kualami hari sabtu kemarin. Saat mau pulang ke Jogja dari Jakarta, di terminal Bus Rawamangun aku naik bus Safari Dharma Raya yang ternyata tempat duduknya hampir full, maklum akhir pekan plus banyak warga Jakarta yang mudik karena 'nyadran' ke makam leluhur di desa asal. Ternyata tiket yang tersisa adalah untuk kursi nomor 13 dan dua bangku di deretan paling belakang. Jika aku memilih bangku paling belakan jelas kursinya tidak bisa dijengkangkan ke belakang, kan sayang dah bayar mahal untuk kelas eksekutif, dan pasti plus kena bau toilet di pojok belakang yang tentunya bisa membuatku klenger. Jalan satu-satunya ya aku memilih kursi no 13, toh aku tidak percaya dengan anggapan bahwa angka itu angka sial. Seperti iklan telkomsel yang diperankan indra bekti itu lho, bukannya sial malah bejo dapat jejeran cewek2 cantik di bioskop. Tapi itu kan di TV, nah ini kan kenyataan......dalam hati pasti lah sebagai cowok normal aku ingin dijejeri cewek cantik, siapa tau bisa cinlok semalem, ha ha.......tentunya aku dah mbayangin nanti cewek itu malem-malem pas dingin2nya AC bus akan ketiduran di pundakku bahkan di pelukanku, oh......(dasar otak mesum!).
Ketika di dalam bus saat nunggu semua penumpang masuk, tiba-tiba masuklah segerombol keluarga yang nampaknya 'happy familly' lengkap dari nenek, ayah, ibu dan dua anak cewek yang centil2. Ternyata salah satu diantaranya adalah yang akan duduk di sampingku, dan impianku duduk berdampingan dengan cewek cantik pun musnah sudah. Bagaimana tidak, bukannya cewek cantik yang muda, segar dan wangi malahan nenek-nenek berusia lanjut. Wah......
Tidak terhenti begitu saja pengalamanku bersama si mbah yang satu ini. Ternyata si mbah juga melek teknologi! Wah jarang-jarang nih ada nenek2 pegang handphone. Dia pun asik dengan HP-nya yang jadul itu, kupikir dia sms tapi ternyata di kebingungan karena hp jadulnya itu sering ngedrop dan beliau pun tidak bisa nelpon. Aku pun berinisiatif untuk membantunya, untungnya dia juga membawa catatan berisi nomer2 keluarganya. Berulang kali kucoba ngedrop juga, sekali bisa nyambung dan lagi asik ngobrol, eh tiba-tiba ngedrop lagi. Kucoba pula ngetik sms, walauun sangat sulit mencari menu sms di hp jadul itu dan ketika udah mau dikirim eh malah mati lagi hp-nya. "Huh, hp gini kok dipelihara, klo aku yang punya pasti dah kubanting", pikirku agak jengkel.
Pada malam harinya saat seusai makan malam di sekitar Cikampek, aku dan penumpang lainnya sudah siap di dalam bus. Eh si Mbah malah masih duduk di luar dan berusaha masuk di bus sebelah yang sama-sama bus Safari Dharma Raya yang saat itu juga sedang transit untuk makan malam. Aku yang melihatnya dari dalam bus, kontan saja aku berlari keluar untuk menghampirinya agar dia nggak salah bus. Ya maklum lah nenek-nenek gitu loh......
Beralih ke HP lagi, ternyata beliau masih penasaran dengan HP jadulnya. Aku pun berinisiatif untuk meminjamkan HP-ku agar beliau bisa menelpon keluarganya untuk di jemput di terminal Magelang. Sesampainya di terminal Magelang beliau pamit turun, dan dari jendela kulihat segerombol keluarganya sudah menyambutnya. Aku pun lega.....!
Hah itulah pengalamanku dengan angka 13, yang ternyata cukup unik, hi hi........... :-)
Monday, August 11, 2008
Reuni Nyambi Tes Kerja
Ini tes kerja ato reuni ya.....?
Itulah kalimat yang pertama kali terlintas di kepalaku ketika kulihat segerombol teman2ku se-angkatan kuliah dulu tiba-tiba nongol di depanku.
Sabtu, 9 Agustus 2008 aku ikut tes rekrutmen sebuah BUMN pertambangan di PPM Jakarta jalan Menteng Raya 9. Ketika aku sedang asik2nya ngobrol dengan temanku yang kebetulanku menemaniku pagi hari itu di PPM, tiba-tiba aku merasa penumpang taksi yang duduk di kursi paling depan yang sedang melintas di hadapanku seolah melihatku dengan raut muka tertawa. Aku berpikir "jangan-jangan itu teman-temanku". Namun pikiran itu tidak mengusikku, aku pun melanjutkan ngobrol dengan temanku. Selang beberapa saat ternyata segerombol temanku datang menghampiriku. Aku pun kaget bercampur gembira. Tak hanya itu, teman-temanku lainnya juga terus berdatangan, adapula kakak angkatanku." Wah ini baru reuni nyambi tes kerja", celetukku kepada seorang temanku.
Seusai tes, kami pun berpisah. Gerombolan temanku tadi memutuskan untuk pergi jalan kaki ke Monas karena dekat. Aku pun memutuskan untuk jalan-jalan bersama kedua temanku lainnya. Jalan-jalan Kami ini mengingatkan kejadian yang sama setahun yang lalu tepatnya pada bulan Agustus seusai kami ikut tes BUMN di bidang kehutanan di Gelora Bung Karno yang hasil dari tes tersebut tidak menentu sampai hari ini. Oh sial.....! Tapi mending nggak usah diinget lah. Eh kembali lagi ke topik utama, kalau dulu kami jalan2 mencoba Bus TransJakarta, kali ini kami hanya jalan kaki dan akhirnya nongkrong di sebuah Warteg sambil melepas kangen.
Itulah pengalamanku sehari semalam di Jakarta. Oiya pada malam harinya ketika aku datang ke Jakarta aku menginap di Jalan Jaksa yang kebetulan pada saat itu sedang ada festival, maklumlah Jalan Jaksa kan salah satu tempat nongkrong para turis asing di Jakarta terutama kaum Backpackers. Kebetulan malam itu aku menginap di Yusran Hostel bukan di Wisma Delima yang dulu pernah aku sambangi. Tapi tak apalah yang penting bisa tidur semalem. Aku pun check out jam 05.30 dan ternyata masih gelap di luar!!!!!! Aku sore harinya jam 5 akhirnya pulang balik ke Jogja naik Bus Safari Dharma Raya. Aku pun sampai terminal Jombor Jogja hampir pukul 06.00. Capek............!
Itulah kalimat yang pertama kali terlintas di kepalaku ketika kulihat segerombol teman2ku se-angkatan kuliah dulu tiba-tiba nongol di depanku.
Sabtu, 9 Agustus 2008 aku ikut tes rekrutmen sebuah BUMN pertambangan di PPM Jakarta jalan Menteng Raya 9. Ketika aku sedang asik2nya ngobrol dengan temanku yang kebetulanku menemaniku pagi hari itu di PPM, tiba-tiba aku merasa penumpang taksi yang duduk di kursi paling depan yang sedang melintas di hadapanku seolah melihatku dengan raut muka tertawa. Aku berpikir "jangan-jangan itu teman-temanku". Namun pikiran itu tidak mengusikku, aku pun melanjutkan ngobrol dengan temanku. Selang beberapa saat ternyata segerombol temanku datang menghampiriku. Aku pun kaget bercampur gembira. Tak hanya itu, teman-temanku lainnya juga terus berdatangan, adapula kakak angkatanku." Wah ini baru reuni nyambi tes kerja", celetukku kepada seorang temanku.
Seusai tes, kami pun berpisah. Gerombolan temanku tadi memutuskan untuk pergi jalan kaki ke Monas karena dekat. Aku pun memutuskan untuk jalan-jalan bersama kedua temanku lainnya. Jalan-jalan Kami ini mengingatkan kejadian yang sama setahun yang lalu tepatnya pada bulan Agustus seusai kami ikut tes BUMN di bidang kehutanan di Gelora Bung Karno yang hasil dari tes tersebut tidak menentu sampai hari ini. Oh sial.....! Tapi mending nggak usah diinget lah. Eh kembali lagi ke topik utama, kalau dulu kami jalan2 mencoba Bus TransJakarta, kali ini kami hanya jalan kaki dan akhirnya nongkrong di sebuah Warteg sambil melepas kangen.
Itulah pengalamanku sehari semalam di Jakarta. Oiya pada malam harinya ketika aku datang ke Jakarta aku menginap di Jalan Jaksa yang kebetulan pada saat itu sedang ada festival, maklumlah Jalan Jaksa kan salah satu tempat nongkrong para turis asing di Jakarta terutama kaum Backpackers. Kebetulan malam itu aku menginap di Yusran Hostel bukan di Wisma Delima yang dulu pernah aku sambangi. Tapi tak apalah yang penting bisa tidur semalem. Aku pun check out jam 05.30 dan ternyata masih gelap di luar!!!!!! Aku sore harinya jam 5 akhirnya pulang balik ke Jogja naik Bus Safari Dharma Raya. Aku pun sampai terminal Jombor Jogja hampir pukul 06.00. Capek............!
Monday, July 28, 2008
Tes Iseng Berhadiah Mug Lucu Plus Bikin Perut Kenyang
Senin 28 Juli 2008 merupakan hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Melelahkan karena seharian ini aku ikut tes GMAP Bank Permata, menyenangkan karena dari tes itu aku dapat Mug lucu dan makan siang gratis yang lumayan enak, ha ha.....
Kembali ke rekrutmen GMAP Bank Permata. GMAP Bank Permata sendiri diperuntukkan untuk memperoleh individu2 bertalenta tinggi untuk dipersiapkan menjadi jajaran manajemen Bank Permata. Aku sebenarnya nggak begitu berminat ikut seleksi itu, tapi aku iseng aja ikut itung2 latihan psikotes sebelum tes Depkeu besok rabu 30 Juli 2008. Yang membuatku agak kesel lagi-lagi aku ketemu tes Pauli yang ngitung angka seabrek di kertas lebar. Bener2 pegal tangan ini dibuatnya walau hanya satu setengah halaman lebih dikit yang berhasil kuselesaikan.
Selepas makan siang hasil tes tahap pertama diumumkan dan pastinya aku berharap agar tidak lolos biar bisa langsung pulang n tidur pulas. Aku dah berkoar-koar dengan temen2ku yang kebetulan juga ikut tes semoga aku tidak lolos tes berikutnya. Eh ternyata harapanku untuk sementara itu pupus. Ternyata aku lolos ke tahap berikutnya.
Pada tahap kedua itu adalah Focus Group Discussion dengan bahasa inggris tentunya. "wah mati aku, bahasa Inggrisku kan pas-pasan, pasti aku ntar cuma bengong kayak kucing bego", pikirku dengan ekspresi tidak bahagia sama sekali. Pas giliran diskusi aku pun nggak banyak bicara meskipun juga kucoba untuk sedikit berpendapat agar nggak keliatan bego-bego amat. Namun aku tak berambisi sedikitpun untuk lolos pada tahap ini, so kuputuskan untuk irit ngomong biar yang lainnya aja yang ngoceh. Begitu acara selesai, 10 menit kemudian hasilnya pun keluar dan kali ini harapanku tak pupus lagi, bahwa aku nggak lolos tahap berikutnya. He he horeeee.......<dasar wong gemblung!>
Kembali ke rekrutmen GMAP Bank Permata. GMAP Bank Permata sendiri diperuntukkan untuk memperoleh individu2 bertalenta tinggi untuk dipersiapkan menjadi jajaran manajemen Bank Permata. Aku sebenarnya nggak begitu berminat ikut seleksi itu, tapi aku iseng aja ikut itung2 latihan psikotes sebelum tes Depkeu besok rabu 30 Juli 2008. Yang membuatku agak kesel lagi-lagi aku ketemu tes Pauli yang ngitung angka seabrek di kertas lebar. Bener2 pegal tangan ini dibuatnya walau hanya satu setengah halaman lebih dikit yang berhasil kuselesaikan.
Selepas makan siang hasil tes tahap pertama diumumkan dan pastinya aku berharap agar tidak lolos biar bisa langsung pulang n tidur pulas. Aku dah berkoar-koar dengan temen2ku yang kebetulan juga ikut tes semoga aku tidak lolos tes berikutnya. Eh ternyata harapanku untuk sementara itu pupus. Ternyata aku lolos ke tahap berikutnya.
Pada tahap kedua itu adalah Focus Group Discussion dengan bahasa inggris tentunya. "wah mati aku, bahasa Inggrisku kan pas-pasan, pasti aku ntar cuma bengong kayak kucing bego", pikirku dengan ekspresi tidak bahagia sama sekali. Pas giliran diskusi aku pun nggak banyak bicara meskipun juga kucoba untuk sedikit berpendapat agar nggak keliatan bego-bego amat. Namun aku tak berambisi sedikitpun untuk lolos pada tahap ini, so kuputuskan untuk irit ngomong biar yang lainnya aja yang ngoceh. Begitu acara selesai, 10 menit kemudian hasilnya pun keluar dan kali ini harapanku tak pupus lagi, bahwa aku nggak lolos tahap berikutnya. He he horeeee.......<dasar wong gemblung!>
Monday, June 16, 2008
5 Tips Bagi Kamu yang Patah Hati
Ada tips bagi elo-elo cowok yang lagi patah hati:
1. Pergi nonton film komedi
Ajak sohib lo ato klo gk ada yang mau pergi aja sendiri, siapa tau ada cewek jomblo mampir and bisa puas lihat abg-abg kinclong di bioskop
2. Makan es krim and coklat
rasanya aneh bagi cowok 'macho' makan es krim ato coklat. Tapi kalian tau gk makan es krim n coklat bagus lho untuk kesehatan asal gk keseringan dan bisa bikin tenang hati elo yang lg hancur, plus bisa ngingetin elo ama masa kecil yang bahagia. Daripada elo mabuk bukannya bikin lega malah tambah ngancurin fisik elo!
3. Keluyuran ke obyek wisata alam
Daripada elo merenung di kamar n ngebanting perabotan, mending pergi aja ke objek wisata alam ato tracking di alam bebas. Udara segar alam bebas terutama di pegunungan bisa mengendorkan syaraf-syaraf elo yang tegang dan ngilangin stress.
4. Olahraga
Udah gk zamannya patah hati bikin stress. Mending elo olahraga so jadi fit n atletis tu badan. Siapa tahu karena badan elo yang atletis, ada cewek yang lebih cantik dari mantan elo klepek2 liat body elo.
5. Tidur
jika elo termasuk tipe pemalas, mungkin tips terakhir ini paling cocok buat elo. Sebelum tidur bayangin aja artis idola elo, klo perlu liat-liat fotonya, atau dvdnya sampai puas. Siapa tahu kamu mimpiin doi n basah, ha ha..........
Aku nulis ini cuma iseng aja kok, tapi tak ada salahnya dipraktekin, hix
1. Pergi nonton film komedi
Ajak sohib lo ato klo gk ada yang mau pergi aja sendiri, siapa tau ada cewek jomblo mampir and bisa puas lihat abg-abg kinclong di bioskop
2. Makan es krim and coklat
rasanya aneh bagi cowok 'macho' makan es krim ato coklat. Tapi kalian tau gk makan es krim n coklat bagus lho untuk kesehatan asal gk keseringan dan bisa bikin tenang hati elo yang lg hancur, plus bisa ngingetin elo ama masa kecil yang bahagia. Daripada elo mabuk bukannya bikin lega malah tambah ngancurin fisik elo!
3. Keluyuran ke obyek wisata alam
Daripada elo merenung di kamar n ngebanting perabotan, mending pergi aja ke objek wisata alam ato tracking di alam bebas. Udara segar alam bebas terutama di pegunungan bisa mengendorkan syaraf-syaraf elo yang tegang dan ngilangin stress.
4. Olahraga
Udah gk zamannya patah hati bikin stress. Mending elo olahraga so jadi fit n atletis tu badan. Siapa tahu karena badan elo yang atletis, ada cewek yang lebih cantik dari mantan elo klepek2 liat body elo.
5. Tidur
jika elo termasuk tipe pemalas, mungkin tips terakhir ini paling cocok buat elo. Sebelum tidur bayangin aja artis idola elo, klo perlu liat-liat fotonya, atau dvdnya sampai puas. Siapa tahu kamu mimpiin doi n basah, ha ha..........
Aku nulis ini cuma iseng aja kok, tapi tak ada salahnya dipraktekin, hix
Saturday, June 14, 2008
4 Tipe Pengunjung Dufan
Hari selasa 10 Juni 2008 lalu kusempatkan untuk maen ke Dufan selepas dari Bapepam. Maklum wong ndeso yang belum pernah maen ke Dufan pasti penasaran. Kulangkahkan kakiku ke arah Timur menyusuri Jl. Wahidin Raya dengan perasaan plong banget karena udah abis 'disidang' tiga orang di Bapepam. Aku bermaksud mencari halte Busway di Jl Gunung Sahari arah Ancol.
Mumpung di Jakarta dan kereta api senja utama masih lama banget berangkat, kuputuskan main ke Dufan. Jam di HP-ku menunjukkan pukul 09.30, masih banyak waktu luang. Setelah lumayan berjalan sekitar 700 meter menyusuri trotoar bertepi saluran air berbau busuk, sampai juga aku di Halte Busway Budi Utomo. Kebetulan aku dapat busway gandeng yang baru beroperasi beberapa hari yang lalu. Perjalanan sekitar 15 menit akhirnya sampai di Ancol. Sewaktu aku sampai di gerbang Dufan, sudah banyak orang yang antre nunggu loket dibuka. Menunggu sekitar 15 menit akhirnya loketnya dibuka. Harga tiket hari itu 75ribu, untunglah duit di kantong masih cukup meski mepet.
Di dufan selain main beberapa wahana, aku juga sempat mengamati beberapa tipe pengunjung Dunia Fantasi Ancol.
1. Tipe Pertama
Kelompok rombongan pelajar. Kelompok ini umumnya adalah kelompok rombongan pelajar dari luar kota yang sedang liburan. Tipe pengunjung seperti inilah yang paling banyak hari itu. Kehebohan dan kekompakan mereka menjadikan Dufan semakin semarak. Mereka biasanya main di wahana-wahana yang menantang seperti Tornado yang bikin mereka menjerit-jerit tak ada habisnya, ataupun main kora-kora dan roller coster (halilintar) yang tak kalah menegangkan.
2. Tipe Kedua
Tipe pengunjung yang kedua adalah kelompok pengunjung keluarga. Tipe ini biasanya terdiri dari anak kecil beserta orang tua mereka ataupun bersama baby sitternya. Mereka jelas tidak naik wahana yang sangat menantang. Wahana yang cocok untuk tipe pengunjung seperti ini adalah bianglala, bom-bom car, komedi putar ataupun istana boneka.
3. Tipe Ketiga
Tipe yang ketiga ini adalah anak muda yang sedang kasmaran alias pacaran. Tentu tipe pengunjung seperti ini selain mencoba berbagai wahana juga ingin hubungan mereka tambah lengket. Banyak dari pengunjung tipe ini terlihat sangat mesra tanpa canggung diantara ribuan orang. Asyiknya bagi tipe ini adalah saat antre. Antre yang sangat panjang pasti menyebalkan, namun bagi mereka yang sedang dimabuk cinta, antre yang panjang tidak terasa lama, bahkan semakin lama semakin asik kalee... buat mereka......
4. Tipe Keempat
tipe ini adalah tipe pengunjung yang memang haus akan hiburan. Ya mereka yang datang sendirianlah yang termasuk dalam tipe ini. Kayaknya cuma aku saja waktu itu yang datang sendirian kayak orang hilang. Tidak ada teman jika ingin berteriak sungguh tidak seru. Tipe ini sangat menderita jika antre sangat panjang, karena tidak ada teman yang diajak ngobrol jadi terasa sangat lama. Hal ini seperti yang kualami saat antre wahana extreme log. Antreannya lumayan panjang. Di belakangku ada sekelompok orang yang terdiri dari 3 cewek dan 1 cowok. Mereka terlihat sangat asik bercanda saat antre. Dari logat dan bahasanya mereka dapat dipastikan dari suku Jawa, sama halnya denganku. Dan nampaknya keempat orang remaja itu memang benar-benar 'wong ndeso', he he....termasuk aku.....! Namun tipe jenis ini ada kelebihannya yaitu tidak ada yang mengekangnya jika ingin bermain wahana apapun dan tentunya bebas kapan pun mau bermain atau pulang.
Itulah 4 tipe pengunjung Dufan yang sempat kuamati. Di dufan sendiri aku hanya mencoba Halilintar yang hampir membuat jantungku copot, ontang-anting yang bikin merinding, extreme log yang menawarkan kursi goyang seru, arung jeram yang bikin celanaku basah, dan bianglala yang menyuguhkan panorama indah ancol dari atas. Selain lima wahana itu aku juga menonton Police academy stuntman show di Pantai Carnaval yang sungguh memukau dengan atraksi bule-bule Italia dalam beratraksi mobil dan motor, dan tentunya dengan suguhan dancing bule-bule cewek yang aduhai......hi hi hi.....
Mumpung di Jakarta dan kereta api senja utama masih lama banget berangkat, kuputuskan main ke Dufan. Jam di HP-ku menunjukkan pukul 09.30, masih banyak waktu luang. Setelah lumayan berjalan sekitar 700 meter menyusuri trotoar bertepi saluran air berbau busuk, sampai juga aku di Halte Busway Budi Utomo. Kebetulan aku dapat busway gandeng yang baru beroperasi beberapa hari yang lalu. Perjalanan sekitar 15 menit akhirnya sampai di Ancol. Sewaktu aku sampai di gerbang Dufan, sudah banyak orang yang antre nunggu loket dibuka. Menunggu sekitar 15 menit akhirnya loketnya dibuka. Harga tiket hari itu 75ribu, untunglah duit di kantong masih cukup meski mepet.
Di dufan selain main beberapa wahana, aku juga sempat mengamati beberapa tipe pengunjung Dunia Fantasi Ancol.
1. Tipe Pertama
Kelompok rombongan pelajar. Kelompok ini umumnya adalah kelompok rombongan pelajar dari luar kota yang sedang liburan. Tipe pengunjung seperti inilah yang paling banyak hari itu. Kehebohan dan kekompakan mereka menjadikan Dufan semakin semarak. Mereka biasanya main di wahana-wahana yang menantang seperti Tornado yang bikin mereka menjerit-jerit tak ada habisnya, ataupun main kora-kora dan roller coster (halilintar) yang tak kalah menegangkan.
2. Tipe Kedua
Tipe pengunjung yang kedua adalah kelompok pengunjung keluarga. Tipe ini biasanya terdiri dari anak kecil beserta orang tua mereka ataupun bersama baby sitternya. Mereka jelas tidak naik wahana yang sangat menantang. Wahana yang cocok untuk tipe pengunjung seperti ini adalah bianglala, bom-bom car, komedi putar ataupun istana boneka.
3. Tipe Ketiga
Tipe yang ketiga ini adalah anak muda yang sedang kasmaran alias pacaran. Tentu tipe pengunjung seperti ini selain mencoba berbagai wahana juga ingin hubungan mereka tambah lengket. Banyak dari pengunjung tipe ini terlihat sangat mesra tanpa canggung diantara ribuan orang. Asyiknya bagi tipe ini adalah saat antre. Antre yang sangat panjang pasti menyebalkan, namun bagi mereka yang sedang dimabuk cinta, antre yang panjang tidak terasa lama, bahkan semakin lama semakin asik kalee... buat mereka......
4. Tipe Keempat
tipe ini adalah tipe pengunjung yang memang haus akan hiburan. Ya mereka yang datang sendirianlah yang termasuk dalam tipe ini. Kayaknya cuma aku saja waktu itu yang datang sendirian kayak orang hilang. Tidak ada teman jika ingin berteriak sungguh tidak seru. Tipe ini sangat menderita jika antre sangat panjang, karena tidak ada teman yang diajak ngobrol jadi terasa sangat lama. Hal ini seperti yang kualami saat antre wahana extreme log. Antreannya lumayan panjang. Di belakangku ada sekelompok orang yang terdiri dari 3 cewek dan 1 cowok. Mereka terlihat sangat asik bercanda saat antre. Dari logat dan bahasanya mereka dapat dipastikan dari suku Jawa, sama halnya denganku. Dan nampaknya keempat orang remaja itu memang benar-benar 'wong ndeso', he he....termasuk aku.....! Namun tipe jenis ini ada kelebihannya yaitu tidak ada yang mengekangnya jika ingin bermain wahana apapun dan tentunya bebas kapan pun mau bermain atau pulang.
Itulah 4 tipe pengunjung Dufan yang sempat kuamati. Di dufan sendiri aku hanya mencoba Halilintar yang hampir membuat jantungku copot, ontang-anting yang bikin merinding, extreme log yang menawarkan kursi goyang seru, arung jeram yang bikin celanaku basah, dan bianglala yang menyuguhkan panorama indah ancol dari atas. Selain lima wahana itu aku juga menonton Police academy stuntman show di Pantai Carnaval yang sungguh memukau dengan atraksi bule-bule Italia dalam beratraksi mobil dan motor, dan tentunya dengan suguhan dancing bule-bule cewek yang aduhai......hi hi hi.....
Thursday, June 12, 2008
Profesi di Lorong Gerbong Kereta
Selama perjalanan dari Jogja ke Jakarta dengan KA Fajar Utama aku mengamati ada 6 pekerjaan informal yang berlangsung dalam lorong sempit gerbong kereta.
1. Pedagang Asongan
Profesi inilah yang paling banyak berkeliaran di lorong kereta api bisnis ataupun ekonomi. Mulai penjual minuman, rokok, makanan, mainan, buku, alat masak sampai dengan penjaja voucher isi ulang seluler. Tak jemu-jemunya mereka menawarkan berbagai dagangan dengan sabar. Namun tak urung ada sebagian yang sedikit memaksa ataupun mengganggu penumpang yang sedang tidur. Walaupun dianggap sebagian orang menganggu, namun para penjaja ilegal itu juga memberikan solusi alternatif yang bervariasi bagi para penumpang yang merasa lapar, atau sedang butuh barang-barang yang mereka jajakan.
2. Pengamen
Pengamen di kereta api tidak sebanyak jumlahnya dengan profesi sejenis di bus. Jumlah mereka juga kalah signifikan dengan pedagang asongan di kereta. Namun ada satu pengamen yang unik karena serpertinya aku sudah pernah melihatnya di bus jurusan kebumen-jogja 2 tahun silam sewaktu aku KKN di Kebumen. Pengamen itu adalah pengamen waria yang senang menyanyika lagu wer ewer ewer ......yang terdengar lucu di telinga. Pengamen itu juga kulihat mengamen jam 4 pagi saat perjalananku naik Kereta Senja Utama Jogja dari Stasiun Pasar Senen sampai di kawasan wates Jogjakarta.
3. Pengemis
Pengemis yang kujumpai dalam kereta api juga relatif sedikit. Mungkin mereka kalah saingan dengan penjual asongan.
4. Tukang pembersih lantai
biasanya profesi ini digeluti oleh anak-anak yang membawa sapu untuk menyapu sampah bagian bawah bangku dan meminta imbalan sukarela dari penumpang.
5. Tukang semprot pewangi
mereka biasanya beraksi dengan menyemprotkan spray pewangi ruangan di kolong bangku penumpang dan mereka meminta imbalan sukarela dari penumpang. Namun serigkali bukan bau wangi yang ditimbulkannya melainkan bau menyengat yang bikin perut mual dan kepala pening.
6. Peminta Sumbangan
kebetulan yang kujumpai saat itu adalah orang yang meminta sumbangan untuk pembangunan pondok pesantren.
Profesi lainnya yang kujumpai sepanjang perjalanan adalah pengemis kecil. Mereka itu adalah anak-anak kecil yang meminta-minta uang dari balik jendela kereta saat kereta berhenti di stasiun. Mereka terlihat di Kawasan Stasiun kecil di Ketanggungan.
1. Pedagang Asongan
Profesi inilah yang paling banyak berkeliaran di lorong kereta api bisnis ataupun ekonomi. Mulai penjual minuman, rokok, makanan, mainan, buku, alat masak sampai dengan penjaja voucher isi ulang seluler. Tak jemu-jemunya mereka menawarkan berbagai dagangan dengan sabar. Namun tak urung ada sebagian yang sedikit memaksa ataupun mengganggu penumpang yang sedang tidur. Walaupun dianggap sebagian orang menganggu, namun para penjaja ilegal itu juga memberikan solusi alternatif yang bervariasi bagi para penumpang yang merasa lapar, atau sedang butuh barang-barang yang mereka jajakan.
2. Pengamen
Pengamen di kereta api tidak sebanyak jumlahnya dengan profesi sejenis di bus. Jumlah mereka juga kalah signifikan dengan pedagang asongan di kereta. Namun ada satu pengamen yang unik karena serpertinya aku sudah pernah melihatnya di bus jurusan kebumen-jogja 2 tahun silam sewaktu aku KKN di Kebumen. Pengamen itu adalah pengamen waria yang senang menyanyika lagu wer ewer ewer ......yang terdengar lucu di telinga. Pengamen itu juga kulihat mengamen jam 4 pagi saat perjalananku naik Kereta Senja Utama Jogja dari Stasiun Pasar Senen sampai di kawasan wates Jogjakarta.
3. Pengemis
Pengemis yang kujumpai dalam kereta api juga relatif sedikit. Mungkin mereka kalah saingan dengan penjual asongan.
4. Tukang pembersih lantai
biasanya profesi ini digeluti oleh anak-anak yang membawa sapu untuk menyapu sampah bagian bawah bangku dan meminta imbalan sukarela dari penumpang.
5. Tukang semprot pewangi
mereka biasanya beraksi dengan menyemprotkan spray pewangi ruangan di kolong bangku penumpang dan mereka meminta imbalan sukarela dari penumpang. Namun serigkali bukan bau wangi yang ditimbulkannya melainkan bau menyengat yang bikin perut mual dan kepala pening.
6. Peminta Sumbangan
kebetulan yang kujumpai saat itu adalah orang yang meminta sumbangan untuk pembangunan pondok pesantren.
Profesi lainnya yang kujumpai sepanjang perjalanan adalah pengemis kecil. Mereka itu adalah anak-anak kecil yang meminta-minta uang dari balik jendela kereta saat kereta berhenti di stasiun. Mereka terlihat di Kawasan Stasiun kecil di Ketanggungan.
Wisata Kuliner di Kereta Api
Ada fenomena unik yang kuamati sepanjang perjalananku naik kereta api Fajar Utama dari Jogja ke Jakarta. Membayangkan saja perjalanan kereta api bisnis itu yang bisa mencapai 8 jam lebih membuatku nggak nyaman dengan perjalanan itu. Belum lagi penjual asongan yang memenuhi lorong kereta silih berganti. Namun ada yang unik dari perjalananan hari Senin, 9 Juni 2008 itu.
Kereta api berangkat pukul 8.00 tepat, semua penumpang sudah duduk dibangku masing-masing. Kebetulan dalam gerbong yang kunaiki terdapat sekelompok remaja yang duduk di depan bangkuku. Jumlahnya sekitar 5 orang lebih. Tampaknya mereka usai berlibur di Jogja, terlihat dari bawaan mereka yang dipenuhi souvenir-souvenir. Menariknya yang kulihat dari kelompok ini adalah mereka merasa sangat enjoy naik KA bisnis itu. Di sepanjang perjalanan, tak habis-habisnya mereka makan, dari bekal mereka sampai yang dibeli dari penjaja makanan di kereta. Sampai tak terhitung barang apa saja yang mereka beli dalam kereta itu.
Pecel pincukan yang dijajakan penjual wanita separuh baya berkacamata dengan gincu merah merona di bibirnya mereka lahap habis. Si penjual pun tak kalah berpromosi sambil menyajikan lontong pecel racikannya di lorong sempit kereta. "pecelnya ini bersih terjamin kok Mas, pasti enak banget, pakai bakwan cuma 4000",katanya. Sempat juga lidah ini tergiur karena melihat remaja-remaja itu dengan lahap menyantapnya. Lalu lalang penjual asongan lainnya di lorong kereta itu, tak menyurutkan si penjual untuk melayani "kliennya". Dalam sekejap pun onggokan sampah daun pembungkus lontong teronggok di bawah bangku kereta, padahal awalnya si penjual menyelipkan sampah pembungkus itu di bakulnya dan membuatku terkesan, tapi eh ternyata.....!
Tak puas dengan pecel kelompok remaja itu juga memborong barang dagangan penjual asongan lainnya, mulai dari jeruk, rujak sampai batik pekalongan.....!" Wah ini mudik atau wisata belanja kereta" pikirku. Aku tak habis pikir kelompok remaja yang semua laki-laki itu bisa sedemikian menikmatinya perjalanan di kereta yang sangat membosankan itu, aku sempat iri melihatnya. Badan mereka yang bongsor-bongsor cenderung obesitas, nunjukkin kalau mereka memang doyan makan banget.....! Andai saja semua penumpang kereta kayak mereka, pastilah semua penjual asongan bakal ketiban rejeki nomplok!
Kereta api berangkat pukul 8.00 tepat, semua penumpang sudah duduk dibangku masing-masing. Kebetulan dalam gerbong yang kunaiki terdapat sekelompok remaja yang duduk di depan bangkuku. Jumlahnya sekitar 5 orang lebih. Tampaknya mereka usai berlibur di Jogja, terlihat dari bawaan mereka yang dipenuhi souvenir-souvenir. Menariknya yang kulihat dari kelompok ini adalah mereka merasa sangat enjoy naik KA bisnis itu. Di sepanjang perjalanan, tak habis-habisnya mereka makan, dari bekal mereka sampai yang dibeli dari penjaja makanan di kereta. Sampai tak terhitung barang apa saja yang mereka beli dalam kereta itu.
Pecel pincukan yang dijajakan penjual wanita separuh baya berkacamata dengan gincu merah merona di bibirnya mereka lahap habis. Si penjual pun tak kalah berpromosi sambil menyajikan lontong pecel racikannya di lorong sempit kereta. "pecelnya ini bersih terjamin kok Mas, pasti enak banget, pakai bakwan cuma 4000",katanya. Sempat juga lidah ini tergiur karena melihat remaja-remaja itu dengan lahap menyantapnya. Lalu lalang penjual asongan lainnya di lorong kereta itu, tak menyurutkan si penjual untuk melayani "kliennya". Dalam sekejap pun onggokan sampah daun pembungkus lontong teronggok di bawah bangku kereta, padahal awalnya si penjual menyelipkan sampah pembungkus itu di bakulnya dan membuatku terkesan, tapi eh ternyata.....!
Tak puas dengan pecel kelompok remaja itu juga memborong barang dagangan penjual asongan lainnya, mulai dari jeruk, rujak sampai batik pekalongan.....!" Wah ini mudik atau wisata belanja kereta" pikirku. Aku tak habis pikir kelompok remaja yang semua laki-laki itu bisa sedemikian menikmatinya perjalanan di kereta yang sangat membosankan itu, aku sempat iri melihatnya. Badan mereka yang bongsor-bongsor cenderung obesitas, nunjukkin kalau mereka memang doyan makan banget.....! Andai saja semua penumpang kereta kayak mereka, pastilah semua penjual asongan bakal ketiban rejeki nomplok!
Tuesday, May 27, 2008
2nd Anniversary of Bantul Earthquake
Hari ini 27 Mei 2008 tepat 2 tahun saat gempa besar melanda Yogyakarta. Sekedar flashback ke masa itu, pagi itu hari sabtu sekitar jam 6 pagi aku bangun tidur. Belum beranjak aku dari kasur, saat kukucek mataku tiba-tiba terdengar suara gemuruh di plafon kamarku. Dalam pikiranku saat itu tak terpikir kalau itu adalah gempa, aku berpikir itu suara gaduh kucing yang biasanya terdengar di plafon. Aku baru menyadarinya saat kakakku yang kebetulan saat itu menginap di kosku langsung beranjak bangun dan berusaha membuka kunci pintu kamar yang sangat sulit dibuka karena tergoncang-goncang. Perjuangan kami untuk keluar kamar tidak selesai sampai disitu. Ternyata semalam aku juga mengunci pintu ruangan di luar kamarku sehingga kamu juga kesulitan membukanya. Sesampainya di luar kamar ternyata gempa sudah selesai. Aku pun lega kamarku nggak roboh.
Sabtu itu kebetulan aku akan ke kampus Klebengan tepatnya di persemaian. Seusai gempa aku pun langsung mandi dan meluncur ke kampus klebengan. Aku pun langsung menuju persemaian tempat penelitian tanaman cendanaku. Saat aku lagi asik mencabuti rumput, tiba-tiba dari arah jalan raya terdengar raungan sepeda motor ke arah utara semua. Kala itu aku berpikir, kok sepeda motor banyak yang ke utara sih. Penasaran dengan apa yang terjadi, akui pun langsung keluar menuju jalan raya, ternyata banyak sekali sepeda motor yang ,elaju ke arah utara dengan wajah-wajah panik. Aku pun bertanya dengan penjual gorengan yang biasa mangkal di pinggir jalan itu, "Mas ada apa to, kok rame banget?". Jawab si penjual itu, "katanya ada tsunami Mas, air sudah sampai Bantul!", ujarnya dengan wajah yang panik. Aku pun setengah tak percaya, namun aku berusaha berpikir logis kalau itu cuma isu saja. Toh aku dah pernah ke Aceh yang gempanya sangat besar, tsunaminya hanya sekitar radius 5 km dari pantai. Kok ini malah isu tsunami dah sampai Bantul bahkan mendekati Yogyakarta. Jarak antara Yogya dengan Parangtritis kan sekitar 40 km dan jarak Bantul dengan Pantai Selatan sekitar 20 km. "Nggak mungkin ada tsunami!", pikirku. Aku pun tidak ikut-ikutan untuk pergi ke arah utara, untunglah aku bukan orang yang cepat panik. Tak lama pula si penjual gorengan bersama gerobaknya pun sudah menghilang dari pandangan mataku.
Saat itu kuputuskan untuk tetap di kampus Klebengan dan aku mencoba naik ke atap gedung lantai 3, melihat apa benar ada tsunami. Ternyata aku lihat dari atap ke arah selatan tidak ada apa-apa, malahan pada saat aku naik ada gempa susulan kecil yang membuat gedung tambah tergoncang. Aku pun langsung turun ke bawah dan ngobrol-ngobrol dengan penjaga persemaian. Sambil mencoba bersms dengan ibuku, aku pun sarapan di warung sekedar mengisi perut sambil ngobrol-ngobrol sama si penjualnya tentang gempa. Pada saat itu aku belum berpikir bahwa desa-desa di kawasan Bantul rata dengan tanah.
Aku pun memutuskan untuk berjalan-jalan keliling kota melihat situasi pasca gempa. Di rumah sakit PAnti Rapih banyak pasien yang berada di pelataran parkir, lampu lalu lintas pun mati di semua persimpangan. Kulanjutkan perjalananku ke Jalan Solo. Kulihat atap lobi di Saphir Square roboh dan beberapa dindingnya juga ambrol. Begitu pula di Ambarrukmo Plaza yang ambrol dindingnya dan kaca-kaca yang pecah.
Sesampainya di kos aku dan teman-teman kosku jalan-jalan melihat kerusakan kota. Kupotret berbagai gedung yang rusak dengan kamera hp-ku. Di depan hotel Novotel terlihat banyak turis yang sudah bersiap-siap check out meninggalkan hotel. Gedung Gramedia mengalami kerusakan ringan di bagian atapnya.
Malam harinya aku baru bisa melihat berita TV ternyata kerusakan di daerah Bantul begitu parah. Malam itu aku tidak tidur di kamar melainkan di ruang TV depan kamarku agar jika sewaktu-waktu ada gempa susulan, aku bisa langsung keluar. Di lingkungan sekitar kosku, orang-orang rame menggelar tikar di pinggir jalan untuk tidur karena takut ada gempa lagi.
Pada hari Senin, Ibuku datang dari Pati. Aku dan Beliau langsung meluncur ke desa Patalan, Jetis, Bantul, tempat kelahiran Ibuku. Sesampainya di sana yang kulihat hanya reruntuhan puing-puing rumah kakek nenekku. Ibuku menangis sesampainya di sana berpelukan dengan Pak Lek-ku yang Alhamdulillah selamat dari gempa itu. Aku tak habis pikir, apa jadinya jika kakakku yang tiga hari sebelumnya masih tinggal di rumah itu tidak pindah ke Wates. Syukur kakakku sepertinya sudah dapat 'wangsit' untuk pindah dari rumah itu, padahal biasanya jam 6 pagi dia seperti biasa selalu melaksanakan panggilan alam nongkrong di 'Aura', sebutan kami untuk WC di rumah nenekku itu. Kulihat Aura pun hancur lebur tertutup tembok besa setebal dua batu bata.
Saat kembali ke kosku dari desa Patalan, aku sengaja lewat jalan Imogiri untuk menghindari macet. Dengan naik motor dan memakai jas hujan, aku dan ibuku menerjang gelapnya malam diiringi hujan deras. Ternyata di jalan Imogiri Barat juga macet seperti halnya Jl. parangtritis, Ibuku hanya bisa trenyuh membayangkan apa yang terjadi pada saudara-saudaranya di desa yang kehujanan tidak punya rumah.
Sabtu itu kebetulan aku akan ke kampus Klebengan tepatnya di persemaian. Seusai gempa aku pun langsung mandi dan meluncur ke kampus klebengan. Aku pun langsung menuju persemaian tempat penelitian tanaman cendanaku. Saat aku lagi asik mencabuti rumput, tiba-tiba dari arah jalan raya terdengar raungan sepeda motor ke arah utara semua. Kala itu aku berpikir, kok sepeda motor banyak yang ke utara sih. Penasaran dengan apa yang terjadi, akui pun langsung keluar menuju jalan raya, ternyata banyak sekali sepeda motor yang ,elaju ke arah utara dengan wajah-wajah panik. Aku pun bertanya dengan penjual gorengan yang biasa mangkal di pinggir jalan itu, "Mas ada apa to, kok rame banget?". Jawab si penjual itu, "katanya ada tsunami Mas, air sudah sampai Bantul!", ujarnya dengan wajah yang panik. Aku pun setengah tak percaya, namun aku berusaha berpikir logis kalau itu cuma isu saja. Toh aku dah pernah ke Aceh yang gempanya sangat besar, tsunaminya hanya sekitar radius 5 km dari pantai. Kok ini malah isu tsunami dah sampai Bantul bahkan mendekati Yogyakarta. Jarak antara Yogya dengan Parangtritis kan sekitar 40 km dan jarak Bantul dengan Pantai Selatan sekitar 20 km. "Nggak mungkin ada tsunami!", pikirku. Aku pun tidak ikut-ikutan untuk pergi ke arah utara, untunglah aku bukan orang yang cepat panik. Tak lama pula si penjual gorengan bersama gerobaknya pun sudah menghilang dari pandangan mataku.
Saat itu kuputuskan untuk tetap di kampus Klebengan dan aku mencoba naik ke atap gedung lantai 3, melihat apa benar ada tsunami. Ternyata aku lihat dari atap ke arah selatan tidak ada apa-apa, malahan pada saat aku naik ada gempa susulan kecil yang membuat gedung tambah tergoncang. Aku pun langsung turun ke bawah dan ngobrol-ngobrol dengan penjaga persemaian. Sambil mencoba bersms dengan ibuku, aku pun sarapan di warung sekedar mengisi perut sambil ngobrol-ngobrol sama si penjualnya tentang gempa. Pada saat itu aku belum berpikir bahwa desa-desa di kawasan Bantul rata dengan tanah.
Aku pun memutuskan untuk berjalan-jalan keliling kota melihat situasi pasca gempa. Di rumah sakit PAnti Rapih banyak pasien yang berada di pelataran parkir, lampu lalu lintas pun mati di semua persimpangan. Kulanjutkan perjalananku ke Jalan Solo. Kulihat atap lobi di Saphir Square roboh dan beberapa dindingnya juga ambrol. Begitu pula di Ambarrukmo Plaza yang ambrol dindingnya dan kaca-kaca yang pecah.
Sesampainya di kos aku dan teman-teman kosku jalan-jalan melihat kerusakan kota. Kupotret berbagai gedung yang rusak dengan kamera hp-ku. Di depan hotel Novotel terlihat banyak turis yang sudah bersiap-siap check out meninggalkan hotel. Gedung Gramedia mengalami kerusakan ringan di bagian atapnya.
Malam harinya aku baru bisa melihat berita TV ternyata kerusakan di daerah Bantul begitu parah. Malam itu aku tidak tidur di kamar melainkan di ruang TV depan kamarku agar jika sewaktu-waktu ada gempa susulan, aku bisa langsung keluar. Di lingkungan sekitar kosku, orang-orang rame menggelar tikar di pinggir jalan untuk tidur karena takut ada gempa lagi.
Pada hari Senin, Ibuku datang dari Pati. Aku dan Beliau langsung meluncur ke desa Patalan, Jetis, Bantul, tempat kelahiran Ibuku. Sesampainya di sana yang kulihat hanya reruntuhan puing-puing rumah kakek nenekku. Ibuku menangis sesampainya di sana berpelukan dengan Pak Lek-ku yang Alhamdulillah selamat dari gempa itu. Aku tak habis pikir, apa jadinya jika kakakku yang tiga hari sebelumnya masih tinggal di rumah itu tidak pindah ke Wates. Syukur kakakku sepertinya sudah dapat 'wangsit' untuk pindah dari rumah itu, padahal biasanya jam 6 pagi dia seperti biasa selalu melaksanakan panggilan alam nongkrong di 'Aura', sebutan kami untuk WC di rumah nenekku itu. Kulihat Aura pun hancur lebur tertutup tembok besa setebal dua batu bata.
Saat kembali ke kosku dari desa Patalan, aku sengaja lewat jalan Imogiri untuk menghindari macet. Dengan naik motor dan memakai jas hujan, aku dan ibuku menerjang gelapnya malam diiringi hujan deras. Ternyata di jalan Imogiri Barat juga macet seperti halnya Jl. parangtritis, Ibuku hanya bisa trenyuh membayangkan apa yang terjadi pada saudara-saudaranya di desa yang kehujanan tidak punya rumah.
Friday, May 2, 2008
Moviebox
Barusan tadi siang aku nonton iron man di twenty one amplas. Ngomong-ngomong soal film nih, dulu sebelum ada 21 di amplas aku sering banget nonton di Mataram Theater (sekarang dah almarhum) dan di Moviebox (studio mini home theater).
Nah tempat yang kusebut terakhir itu yang sering kusambangin sekaligus banyak menyimpan cerita lucu dan unik....(ada baiknya cerita di Blog ini kubuat bersambung). moviebox kukenal pada bulan Mei 2003. Saat itu anak-anak IFSA bikin acara nonton bareng, dan film pertama yang kutonton di Moviebox kala itu adalah 50 First Date yang dibintangi Drew Barrymoore (salah tulis ya...?).
Mulai saat itulah aku sering ke Moviebox. Anehnya seringku ke Moviebox bukan karena aku getol banget pengen nonton, tapi karena aku dapet tiket gratis nonton......! Tidak hanya sekali dua kali aku dapet tiket nonton di moviebox, tapi puluhan kali......! Tiket itu sendiri kuperoleh dengan sedikit perjuaangan dengan ikut kuis radio-radio di Jogja. Sedikit pulsa telepon dan sms berbuah tiket gratisan, he he....! Dari tiket-tiket gratisan itulah, aku bisa ngedate, ngumpul bareng temen2 n yang penting nggak bikin kantongku kering. Berbagai kisah unik ada dibalik tiket gratisanku itu.
Pernah suatu ketika aku dapet 4 tiket gratis berarti bisa dipakai untuk 8 orang. Jadilah temen-temen sekosku kuajak. Sampai-sampai mbaknya yang jaga di Moviebox terbengong-bengong. Yang ikut heboh juga ternyata salah satu mbaknya yang jaga, ikut juga nonton dengan pacarnya duduk di bangku paling belakang sambil makan gorengan, kontan aja kuledek abis-abisan karena kami memang sudah kenal akrab gara-gara tiket gratis itu juga!(bersambung....)
Nah tempat yang kusebut terakhir itu yang sering kusambangin sekaligus banyak menyimpan cerita lucu dan unik....(ada baiknya cerita di Blog ini kubuat bersambung). moviebox kukenal pada bulan Mei 2003. Saat itu anak-anak IFSA bikin acara nonton bareng, dan film pertama yang kutonton di Moviebox kala itu adalah 50 First Date yang dibintangi Drew Barrymoore (salah tulis ya...?).
Mulai saat itulah aku sering ke Moviebox. Anehnya seringku ke Moviebox bukan karena aku getol banget pengen nonton, tapi karena aku dapet tiket gratis nonton......! Tidak hanya sekali dua kali aku dapet tiket nonton di moviebox, tapi puluhan kali......! Tiket itu sendiri kuperoleh dengan sedikit perjuaangan dengan ikut kuis radio-radio di Jogja. Sedikit pulsa telepon dan sms berbuah tiket gratisan, he he....! Dari tiket-tiket gratisan itulah, aku bisa ngedate, ngumpul bareng temen2 n yang penting nggak bikin kantongku kering. Berbagai kisah unik ada dibalik tiket gratisanku itu.
Pernah suatu ketika aku dapet 4 tiket gratis berarti bisa dipakai untuk 8 orang. Jadilah temen-temen sekosku kuajak. Sampai-sampai mbaknya yang jaga di Moviebox terbengong-bengong. Yang ikut heboh juga ternyata salah satu mbaknya yang jaga, ikut juga nonton dengan pacarnya duduk di bangku paling belakang sambil makan gorengan, kontan aja kuledek abis-abisan karena kami memang sudah kenal akrab gara-gara tiket gratis itu juga!(bersambung....)
Wednesday, April 30, 2008
Maning
Maning! kata ini kupilih jadi subjek blogku terinspirasi dari seorang temen kosku yang kupanggil 'maning' karena dia berasal dari daerah banyumasan.
Maning sudah jadi temenku hampir lima tahun sejak kos di dekansa (Dekat Kandang Sapi). Memang kos-kosanku dulu didepannya ada kandang sapi plus sapinya tentunya. Bau tai sapinya 'semerbak mewangi' sepanjang hari. Kembali lagi ke maning, dia merupakan sosok unik yang jarang kujumpai. Maning mempunyai sifat yang lugu, baik hati namun seringkali membuatku jengkel setengah mati.
Maning sekarang sudah sarjana komputer dan sekarang bekerja di perusahaan web developer di Jogja. Yang bikin aku jengkel akhir2 ini adalah kegemarannya menaruh celana dalamnya yang kotor di ember dekat sumur. Tak cuma satu ember yang dikasih 'pembungkus perkakasnya' itu, namun hampir semua ember yang ada. Mending kalau segera dicuci, tapi yang ada malahan diperam tu cd sampai berhari-hari atau seminggu lebih. Kadang saat direndam bersama pakaian yang lainnya, dia lupa mencucinya selama berhari-hari sampai baunya,uh........!
Sebagai maniak komputer dia tahan sampai berjam-jam didepan komputer, tapi anehnya dia tidak merasa capek ataupun sakit mata....aku salut padanya! Dia juga sosok yang jarang mengeluh dan tekun akan bidang yang digemarinya.
Ada lagi sifat maning yang tidak lazim. Dia kalau tidur memang tidak terjadwal dengan baik. Dia tidur semaunya aja, asal matanya sudah mengatuk dia bisa tidur saat itu juga. Tak jarang aku melihatnya tidur sambil memegang gitar dengan posisi yang aneh, ataupun saat maen ke kamar kos yang lain dia klo mencium bantal langsung aja tertidur, makanya langsung kularang dia tiduran di kamarku, kalau saat di kamarku dia pegang gulingku bisa dipastikan tidak sampai satu menit dia pasti langsung tertidur pulas.
Soal kebiasaan tidur si maning yang sembarangan dan tak tau waktu. Ini ada kejadian lucu, saat ada penyemprotan insektisida pembasmi nyamuk demam berdarah di wilayah kos-kosanku, semua penghuni kos langsung terbangun dan keluar kamar karena suara bising mesin dan bau asap yang bisa buat teler. Namun hal sebaliknya dilakukan oleh si maning, dia sempat bangun tapi hanya menutup jendelanya dan kemudian tidur lagi, tetap cuek melanjutkan mimpi indahnya. Ternyata tidak mati juga dia dikepung asap obat nyamuk.
Ini yang ekstrim lagi dari si Maning. Kebetulan tahun ini adiknya ikut kos di kos dekansa, tapi menyewa satu kamar tersendiri. Anehnya, si maning dan adiknya yang baru masuk kuliah itu hampir tidak pernah saling bicara, kayak orang asing aja. Si maning memang super cuek. Namun dibalik semua sifat anehnya itu, si maning tetap sahabat yang baik dan lucu.
maning....maning........ck ck ck......
Maning sudah jadi temenku hampir lima tahun sejak kos di dekansa (Dekat Kandang Sapi). Memang kos-kosanku dulu didepannya ada kandang sapi plus sapinya tentunya. Bau tai sapinya 'semerbak mewangi' sepanjang hari. Kembali lagi ke maning, dia merupakan sosok unik yang jarang kujumpai. Maning mempunyai sifat yang lugu, baik hati namun seringkali membuatku jengkel setengah mati.
Maning sekarang sudah sarjana komputer dan sekarang bekerja di perusahaan web developer di Jogja. Yang bikin aku jengkel akhir2 ini adalah kegemarannya menaruh celana dalamnya yang kotor di ember dekat sumur. Tak cuma satu ember yang dikasih 'pembungkus perkakasnya' itu, namun hampir semua ember yang ada. Mending kalau segera dicuci, tapi yang ada malahan diperam tu cd sampai berhari-hari atau seminggu lebih. Kadang saat direndam bersama pakaian yang lainnya, dia lupa mencucinya selama berhari-hari sampai baunya,uh........!
Sebagai maniak komputer dia tahan sampai berjam-jam didepan komputer, tapi anehnya dia tidak merasa capek ataupun sakit mata....aku salut padanya! Dia juga sosok yang jarang mengeluh dan tekun akan bidang yang digemarinya.
Ada lagi sifat maning yang tidak lazim. Dia kalau tidur memang tidak terjadwal dengan baik. Dia tidur semaunya aja, asal matanya sudah mengatuk dia bisa tidur saat itu juga. Tak jarang aku melihatnya tidur sambil memegang gitar dengan posisi yang aneh, ataupun saat maen ke kamar kos yang lain dia klo mencium bantal langsung aja tertidur, makanya langsung kularang dia tiduran di kamarku, kalau saat di kamarku dia pegang gulingku bisa dipastikan tidak sampai satu menit dia pasti langsung tertidur pulas.
Soal kebiasaan tidur si maning yang sembarangan dan tak tau waktu. Ini ada kejadian lucu, saat ada penyemprotan insektisida pembasmi nyamuk demam berdarah di wilayah kos-kosanku, semua penghuni kos langsung terbangun dan keluar kamar karena suara bising mesin dan bau asap yang bisa buat teler. Namun hal sebaliknya dilakukan oleh si maning, dia sempat bangun tapi hanya menutup jendelanya dan kemudian tidur lagi, tetap cuek melanjutkan mimpi indahnya. Ternyata tidak mati juga dia dikepung asap obat nyamuk.
Ini yang ekstrim lagi dari si Maning. Kebetulan tahun ini adiknya ikut kos di kos dekansa, tapi menyewa satu kamar tersendiri. Anehnya, si maning dan adiknya yang baru masuk kuliah itu hampir tidak pernah saling bicara, kayak orang asing aja. Si maning memang super cuek. Namun dibalik semua sifat anehnya itu, si maning tetap sahabat yang baik dan lucu.
maning....maning........ck ck ck......
Friday, April 25, 2008
Tepar......
Waduh dah hampir sebulan neh gk ngeblog.....ni malem aku sulit tidur (tapi bukan insomnia lho...). Ditemani radio hp lg dengerin acaranya dr. Boyke di Trijaya, dah tahu dong tema acaranya apa, hi hi hi.....
kembali lagi soal susah tidur. Mata ini sulit banget terpejam, soalnya lg flu, tenggorokan sakit, aduh tersiksa....! Daripada tersiksa gk abis2, mending aku searching something di dunia maya lewat hp 'kalkulator'-ku tentunya. Aku kepikiran searching idola-ku siapa lagi klo bukan si 'DPS', ternyata ada surprise.....! Aku nemuin blognya....rupanya si cantik ikut juga kecanduan ngeblog....! Awalnya aku ragu akan keaslian blognya, tapi setelah kubaca ternyata asli bok....! Wakaka....langsung aja ku-subscribe blognya lewat rss di browser opera miniku. Lagi asik-asiknya surfing, eh ibukku sms dari Jeddah, klo Beliau dah siap cek in di King Abdul Aziz, n rencana sabtu besok dah nyampai Jogja, semoga selamat. amin!
Surprise nemuin blog idolaku menambah keberuntunganku minggu ini. Ternyata hasil coba-cobaku ikut ujian WMI sekaligus dijadikan tumbal uji coba kakakku, BERHASIL. Aku lulus meski nilainya mepet.....akhirnya ada jalan yang semoga bisa melancarkan karirku di Jakarta kelak, n mimpi ketemu idolaku, he he......
Nggak terasa dah larut malem, ngeblog ternyata bisa ngurangin rasa sakitku, he he....
semoga aja besok dah mulai sembuh. Amin!
(ssssstttt.....dah mulai lagi acara dokter Boyke "SPDS", aku recommended deh buat kamu yang pengen tahu pendidikan seks yang benar...di jaringan radio Trijaya se-Indonesia setiap Jum'at malem jm 22.00 s/d 24.00)
kembali lagi soal susah tidur. Mata ini sulit banget terpejam, soalnya lg flu, tenggorokan sakit, aduh tersiksa....! Daripada tersiksa gk abis2, mending aku searching something di dunia maya lewat hp 'kalkulator'-ku tentunya. Aku kepikiran searching idola-ku siapa lagi klo bukan si 'DPS', ternyata ada surprise.....! Aku nemuin blognya....rupanya si cantik ikut juga kecanduan ngeblog....! Awalnya aku ragu akan keaslian blognya, tapi setelah kubaca ternyata asli bok....! Wakaka....langsung aja ku-subscribe blognya lewat rss di browser opera miniku. Lagi asik-asiknya surfing, eh ibukku sms dari Jeddah, klo Beliau dah siap cek in di King Abdul Aziz, n rencana sabtu besok dah nyampai Jogja, semoga selamat. amin!
Surprise nemuin blog idolaku menambah keberuntunganku minggu ini. Ternyata hasil coba-cobaku ikut ujian WMI sekaligus dijadikan tumbal uji coba kakakku, BERHASIL. Aku lulus meski nilainya mepet.....akhirnya ada jalan yang semoga bisa melancarkan karirku di Jakarta kelak, n mimpi ketemu idolaku, he he......
Nggak terasa dah larut malem, ngeblog ternyata bisa ngurangin rasa sakitku, he he....
semoga aja besok dah mulai sembuh. Amin!
(ssssstttt.....dah mulai lagi acara dokter Boyke "SPDS", aku recommended deh buat kamu yang pengen tahu pendidikan seks yang benar...di jaringan radio Trijaya se-Indonesia setiap Jum'at malem jm 22.00 s/d 24.00)
Friday, April 4, 2008
Horeee.....
Kemaren Hari Kamis Legi tgl 3 April 2008 aku bertemu dengan dosen pembimbingku yaitu Prof. Dr. Marwan Asri, M.B.A. untuk pertama kalinya. Sebelumnya, pagi hari aku sms Beliau, dan Beliau bisa menemuiku jam 13.00 di kampus MM. Langsung aja kusiapkan draft proposalku hasil presentasi pada mata kuliah Business Research Method kemaren.
Seuasai sholat Dzuhur, aku langsung ngacir ke kampus MM. Sesampainya disana kebetulan Beliau belum datang, kemudian aku bertanya di akademik tentang ciri-ciri-nya Pak Marwan (maklum selama ini aku belum pernah melihat Beliau). Sambil menunggu Beliau, aku menunggu di Lobby lantai 4, kemudian datang Pegawai Akademik yang bernama Pak Wid. Aku ditanya, "Mas sudah ketemu Pak Marwan belum?nah itu Beliau datang naik Vitara!", seru Pak Wid sampai menunjuk keluar jendela ke arah parkir mobil dosen di halaman depan. Kutunggu Beliau Keluar dari mobil lama sekali, semakin membuatku penasaran akan wajah Beliau. Sambil menunggu Beliau, Aku ngobrol sama Pak Wid. Dalam obrolan itu Pak Wid bertanya,"Lho mas sudah maju presentasi BRM kok belum menghadap dosen pembimbingnya sama sekali...?Lha nanti kalau proposalnya ditolak kan malah dua kali kerja....sayang kan! Pernyataan Pak Wid semula membuat nyaliku ciut untuk bertemu Pak Marwan....namun akhirnya Aku bisa cuek. Hampir 10 menit kami ngobrol dari lantai 4 Kami melihat Pak Marwan keluar dari mobilnya. "o...itu yang namanya Pak Marwan....!" ujarku dalam hati. Sambil menunggu Pak Marwan Naik ke lantai atas dan makan siang, Saya ,Pak Wid dan satu pegawai akademik lagi melanjutkan obrolan.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.10, kemudian Pak Wid menyarankanku untuk menemui Pak Marwan di lantai 5. Tibalah saatnya aku bertemu beliau. Kesan pertama bertemu Beliau, aku agak sedikit tegang. Ditambah pertanyaan Beliau yang agak membuatku tambah tegang! "sebentar, Kamu itu mahasiswa MM atau bukan sih, Kok cara berpakaianmu gk mencerminkan mahasiswa sini. Bukannya di depan ada aturan tata cara yang benar untuk mahasiswa MM? Tanya beliau tiba-tiba sambil memperhatikan penampilanku yyang memang agak kucel, tidak pakai dasi dan hanya bersepatu olahraga. Aku pun menjawabnya sambil tergugup-gugup'"e...itu Pak...hari ini kan gk ada kuliah, jadi saya tidak memakai dasi.....!. Kemudian beliau nggak memperpanjang masalah itu, kemudian Beliau bertanya tentang topik yang mau kuajukan. Langsung aja aku mengatakan kalau topikku tentang metoda Dollar Cost Averaging. "Apa itu...?", tanya Beliau dengan ekspresi ingin tahu yang tinggi. Aku kemudian menjelaskan sedikit tentang metoda tersebut dan langkah-langkah proposalku, sambil kusodorkan hard copy proposalku. Untungnya Beliau tertarik dan menyuruhku untuk melanjutkan mengambil data dan mensimulasikannya. Ternyata Kesan pertama yang kurang bagus di awal bertemu menjadi suatu semacam katalisator bagi kelancaran proposal thesisku dan semoga sampai akhir thesisku selesai.
Tadi Pagi pukul 06.00 tiba-tiba Beliau sms aku, agar aku hari ini Jum'at jam 11.30 mengambil draft proposalku di kantornya di fakultas FE UGM. Semoga nanti lancar-lancar saja. amin!
Seuasai sholat Dzuhur, aku langsung ngacir ke kampus MM. Sesampainya disana kebetulan Beliau belum datang, kemudian aku bertanya di akademik tentang ciri-ciri-nya Pak Marwan (maklum selama ini aku belum pernah melihat Beliau). Sambil menunggu Beliau, aku menunggu di Lobby lantai 4, kemudian datang Pegawai Akademik yang bernama Pak Wid. Aku ditanya, "Mas sudah ketemu Pak Marwan belum?nah itu Beliau datang naik Vitara!", seru Pak Wid sampai menunjuk keluar jendela ke arah parkir mobil dosen di halaman depan. Kutunggu Beliau Keluar dari mobil lama sekali, semakin membuatku penasaran akan wajah Beliau. Sambil menunggu Beliau, Aku ngobrol sama Pak Wid. Dalam obrolan itu Pak Wid bertanya,"Lho mas sudah maju presentasi BRM kok belum menghadap dosen pembimbingnya sama sekali...?Lha nanti kalau proposalnya ditolak kan malah dua kali kerja....sayang kan! Pernyataan Pak Wid semula membuat nyaliku ciut untuk bertemu Pak Marwan....namun akhirnya Aku bisa cuek. Hampir 10 menit kami ngobrol dari lantai 4 Kami melihat Pak Marwan keluar dari mobilnya. "o...itu yang namanya Pak Marwan....!" ujarku dalam hati. Sambil menunggu Pak Marwan Naik ke lantai atas dan makan siang, Saya ,Pak Wid dan satu pegawai akademik lagi melanjutkan obrolan.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.10, kemudian Pak Wid menyarankanku untuk menemui Pak Marwan di lantai 5. Tibalah saatnya aku bertemu beliau. Kesan pertama bertemu Beliau, aku agak sedikit tegang. Ditambah pertanyaan Beliau yang agak membuatku tambah tegang! "sebentar, Kamu itu mahasiswa MM atau bukan sih, Kok cara berpakaianmu gk mencerminkan mahasiswa sini. Bukannya di depan ada aturan tata cara yang benar untuk mahasiswa MM? Tanya beliau tiba-tiba sambil memperhatikan penampilanku yyang memang agak kucel, tidak pakai dasi dan hanya bersepatu olahraga. Aku pun menjawabnya sambil tergugup-gugup'"e...itu Pak...hari ini kan gk ada kuliah, jadi saya tidak memakai dasi.....!. Kemudian beliau nggak memperpanjang masalah itu, kemudian Beliau bertanya tentang topik yang mau kuajukan. Langsung aja aku mengatakan kalau topikku tentang metoda Dollar Cost Averaging. "Apa itu...?", tanya Beliau dengan ekspresi ingin tahu yang tinggi. Aku kemudian menjelaskan sedikit tentang metoda tersebut dan langkah-langkah proposalku, sambil kusodorkan hard copy proposalku. Untungnya Beliau tertarik dan menyuruhku untuk melanjutkan mengambil data dan mensimulasikannya. Ternyata Kesan pertama yang kurang bagus di awal bertemu menjadi suatu semacam katalisator bagi kelancaran proposal thesisku dan semoga sampai akhir thesisku selesai.
Tadi Pagi pukul 06.00 tiba-tiba Beliau sms aku, agar aku hari ini Jum'at jam 11.30 mengambil draft proposalku di kantornya di fakultas FE UGM. Semoga nanti lancar-lancar saja. amin!
Friday, March 21, 2008
Buku Security Analysis
Pada hari rabu, 19 Maret 2007 kemarin buku Security Analysis karangan Benjamin Graham yang aku pesan lewat toko buku Dr Bookstore telah datang setelah satu bulan lebih aku pesan. Selepas kuliah umum oleh dosen tamu dari amerika dan seusai ujian CWMA modul 02, kuputuskan untuk mampir ke toko buku itu untuk mengambilnya.
Waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB saat aku datang. Si pelayan toko mempersilahkanku duduk terlebih dahulu sambil dia menyiapkan nota. Kebetulan pada saat yang sama ada seorang ibu-ibu dari UKSW Salatiga yang memborong banyak buku, kata petugas tokonya Ibu tersebut mau membeli buku pesananku itu. Si Petugas Toko itu sempat bertanya padaku, "Mas bukunya untuk bikin tesis ya?". "Nggak buk, untuk bacaan aja", ujarku kemudian. Si Ibu itu pun menyahut, "ha...untuk bacaan aja semahal itu...?". Kemudian dia menyodorkan nota sebesar Rp1,4 juta lebih. Aku pun terbelalak, terkejut setengah mati. Aku langsung menyanggahnya dan bilang kalau dulu kata mas yang jaga toko yang kebetulan saat itu tidak masuk katanya bukunya cuma 650 ribu. Si petugas toko itu pun sibuk menelpon seseorang untuk mengkonfirmasi. Akhirnya buku itu diberikan padaku dengan harga 650 ribu. Si Ibu petugas toko itu pun nyeletuk, "jangan kapok ya mas pesan buku disini, ini sebenarnya harganya di Amazon itu US$65 dan ongkos kurirnya US$20, tapi nggak apa-apalah, kan Mas dah pesan lama". Aku pun merasa beruntung bisa dapet buku legendaris itu dengan harga relatif murah.
Waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB saat aku datang. Si pelayan toko mempersilahkanku duduk terlebih dahulu sambil dia menyiapkan nota. Kebetulan pada saat yang sama ada seorang ibu-ibu dari UKSW Salatiga yang memborong banyak buku, kata petugas tokonya Ibu tersebut mau membeli buku pesananku itu. Si Petugas Toko itu sempat bertanya padaku, "Mas bukunya untuk bikin tesis ya?". "Nggak buk, untuk bacaan aja", ujarku kemudian. Si Ibu itu pun menyahut, "ha...untuk bacaan aja semahal itu...?". Kemudian dia menyodorkan nota sebesar Rp1,4 juta lebih. Aku pun terbelalak, terkejut setengah mati. Aku langsung menyanggahnya dan bilang kalau dulu kata mas yang jaga toko yang kebetulan saat itu tidak masuk katanya bukunya cuma 650 ribu. Si petugas toko itu pun sibuk menelpon seseorang untuk mengkonfirmasi. Akhirnya buku itu diberikan padaku dengan harga 650 ribu. Si Ibu petugas toko itu pun nyeletuk, "jangan kapok ya mas pesan buku disini, ini sebenarnya harganya di Amazon itu US$65 dan ongkos kurirnya US$20, tapi nggak apa-apalah, kan Mas dah pesan lama". Aku pun merasa beruntung bisa dapet buku legendaris itu dengan harga relatif murah.
First Time
Hei Blogger!
Let's go mobile with google mobile in your hand!
Turn on your mobile phone and update your blog anywhere, anytime you want!
Let's go mobile with google mobile in your hand!
Turn on your mobile phone and update your blog anywhere, anytime you want!