Saat menunggu kereta, tiba2 datang seorang anak muda duduk di sebelahku. Dia nanya "Mas keretanya udah datang belum? Kujawab aja belum. Dia pun bertanya, "Mas mau kemana?" kujawab kalau aku mau ke jalan2 ke Bogor. Eh, tak kusangka malah dia 'ceramahin' aku habis2an. "Mas jalan2 tuh nggak ada gunanya, cuma ngehabisin duit aja", dan tentunya masih banyak yang laen. Aku pun cuma diam aja, senyum2 n iya-iya aja. Pikirku kala itu:
- Orang ini mungkin nggak tau tentang refreshing pikiran dan mata dengan melihat alam ciptaan Tuhan yang indah-indah,
- Jalan2 juga secara tidak langsung meningkatkan produktivitas kerja karena pikiran kembali fresh , aku berbaik sangka aja bahwa ada kemungkinan orang itu selalu fresh pikirannya jadi nggak perlu jalan2 atau benar yang dikatakannya bahwa dia bisa damai dengan berbagai aktivitas religiusnya,
- Jalan2 membuat kita melihat berbagai aktivitas masyarakat dari berbagai lapisan sehingga bisa melatih kepekaan rasa sosial kita dan apa ada yang salah dengan semua itu?
Ceritaku tadi hanya permulaan dari perjalananku hari ini ke Bogor. Saat aku masuk di kereta, ternyata sial semua kursi sudah penuh, jadilah aku berdiri di dekat pintu gerbong. Kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri bagaimana mobilitas dan aktivitas masyarakat kelas menengah ke bawah Jakarta dan sekitarnya yang sedemikian antusiasnya naik KRL ekonomi tak ber-AC yang penuh sesak dengan asongan, pengemis, dan pengamen. Sebelumnya fenomena itu hanya kusaksikan di TV, sekarang aku sendiri mengalaminya. Jujur aku sangat tidak menikmati perjalanan itu, karena sangat capek sekali kakiku berdiri sampai stasiun Cilebut dan aku sangat tidak nyaman saat banyak orang berdesakan masuk ke gerbong setiap kereta berhenti di stasiun dan aku saat itu berjanji nanti saat pulang mau nail KRL ekspress saja yang harga tiketnya 11000 biar lebih nyaman.
Ada kejadian pula disampingku seorang Bapak2 yang dimarahin oleh seorang anak muda dan ditampar berkali2 saat pemuda itu masuk berdesakkan ke atas gerbong, aku nggak tau masalahnya apa, pikirku kala itu, "kurang ajar banget nih orang berani nampar orang tua". Si pemuda dan teman2nya itu beberapa saat kemudian sudah tidak kelihatan lagi, pikiran burukku langsung bekerja menjustifikasi jangan2 tadi tu gerombolan preman atau pencopet yang sengaja membuat desak-desakan saat masuk gerbong agar si calon korban lengah. Ah semoga aja prasangkaku itu tidak benar.......
Sesampainya di stasiun Bogor, aku naik Angkot 02 menuju Kebun Raya Bogor. Itulah kali pertama kuinjakkan kakiku di kota Bogor. Kota Bogor yang terkenal dengan kota sejuta angkot ternyata benar adanya....! Kulihat angkot hijau berada dimana-mana membuat macet jalanan kota Bogor. Kukira-kira 6 dari 10 mobil yang berada di jalan kota Bogor adalah angkot! Aku tak menyangka bisa ada sebanyak itu angkot di Kota Bogor. Tak mengherankan jika angkot sebanyak itu membuat wajah kota Bogor menjadi semrawut dengan kemacetan dimana-mana. Bogor yang dulu sejuk sekarang semakin panas dan penuh polusi. Untungnya Bogor masih menyisakan Kebun Raya Bogor sebagai oase di tengah Kota yang masih membanggakan bagi Masyarakat Bogor.
Bogor memang sudah saatnya mengadopsi sistem transportasi massal yang modern dan ramah lingkungan. Izin trayek baru angkot harus dihentikan mengingat beban jalan yang sudah melebihi kapasitas. Jumlah angkot lama juga harus dievaluasi dan dilakukan uji emisi yang ketat terhadap setiap kendaraan bermotor. Pengaturan lalu-lintas di Bogor harus juga dibenahi. Kulihat ada pertigaan yang sangat ramai namun tidak dilengkapi lampu lalu lintas yang berakibat kemacetan yang parah.
Sesampainya di Kebun Raya Bogor (KRB) kubeli tiket seharga 9500 Rupiah. Kukeliling KRB berjalan kaki sendirian melintasi pohon2 tua ratusan tahun yang eksotis. Tak lupa kujumpai beberapa pasang muda-mudi yang berpacaran di bawah rindangnya pohon tua. Beberapa makam kuno juga kulewati. Tak lupa kupotret kemegahan Istana Bogor dari balik pagar berteralis besi. Jembatan gantung berwarna merah yang melintasi sungai ciliwung juga tak lupa kulewati, karena jembatan ini sangat sering digunakan sebagai lokasi syuting. Tak lupa juga kupotret Tugu titik nol Kota Bogor yang berupa monumen yang dibuat oleh Sir Thomas Stamford Raffles untuk mengenang mendiang istrinya. Kulanjutatkan untuk mencari lokasi Museum Zoology. Aku sangat terkesan dengan replika tulang paus biru yang dipamerkan di Museum ini karena ukurannya yang luar biasa besar. Beberapa koleksi kupu2nya juga sangat menarik selain satwa2 asli Indonesia lainnya.
Setelah sekitar 2 jam berkeliling KRB kuputuskan untuk kembali ke Jakarta. Aku naik lagi angkot 02 menuju stasiun, ternyata aku sampai di Pasar dan Terminal Laladon. Kata si sopir stasiun udah lewat jauh. Waduh....jadinya aku naik lagi angkot 02 lain dari terminal Laladon. Akhirnya sampai juga di stasiun sekitar pukul 14.30. Rencanaku yang semula tidak mau lagi naik KRL ekonomi akhirnya kubatalkan. Aku membeli lagi tiket KRL ekonomi Bogor-Jakarta seharga 2000 Rupiah lebih murah 500 perak daripada yang kubeli tadi pagi, ternyata ada pengumuman bahwa tarif KRL ekonomi Bogor Jakarta sudah turun menjadi 2000 rupiah mulai 16 Januari 2009 sehari setelah penurunan harga BBM oleh Pemerintah.
Untungnya kali ini aku dapat tempat duduk, perjalanan KRL pun tergolong cepat dan lancar. Sekitar pukul 15.30 aku sudah sampai di stasiun Juanda. Akhirnya kuakhiri jalan2ku hari ini dengan makan Soto Madura di ujung Jalan Pintu Air Raya dekat Stasiun Juanda. Oh, capeknya badan ini tapi mengasyikkan.....wisata murah tapi puas!