Sudah hampir 3 tahun aku selalu meng-update blog-blogku yang jumlahnya lebih dari 10 buah melalui Nokia E61-ku. Aku merasa lebih praktis untuk meng-update blog lewat HP karena inspirasi menulisku kadang datang dengan spontan. menurutku mengupdate lewat HP menjadi sangat mudah karena cukup hanya mengirim email untuk mengupdatenya jadi tidak perlu susah- susah mengutak-atik blog lewat PC yang navigasinya agak ribet.
Selama hampir 3 tahun itu tulisan blogku yang kukirim melalui email dari E61ku tampilannya sempurna dan susunan baris dan paragrafnya tidak acak-acakan. Nah baru-baru ini aku mencoba mengupdate blogku melalui email dari iPhone 3GS-ku. Namun yang mengejutkanku tampilan postingnya jadi nggak beres terutama barisnya yang tidak rapi. Tulisan ini pun aku tulis di iPhone, dan ini adalah tulisan yang ketiga kalinya kuposting dari iPhone, apakah akan berantakan seperti 2 tulisan sebelumnya apakah cuma tahapan penulisanku yang membuatnya berantakan. Mari kita lihat bersama.
Sunday, April 4, 2010
Renungan Spontan
Ku mencoba tuk menjadi pribadi yang lebih baik, tapi seringkali
semangat tuk berubah itu mengendur bahkan menghilang dengan sendirinya.
Seringkali aku merasa ku tlah menyia-nyiakan waktu yang sangat
berharga tapi sepertinya ada sesuatu yang mengganjalku tuk
memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Ku merasa bersalah
ketika waktu tersebut berlalu dengan cepat tanpa adanya usahaku yang
berarti tuk mencegahnya.
Ku menyadari tuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, hanya perlu
konsistensi niat dari dalam diriku, bukan orang lain yang akan
mengubahku melainkan diriku sendiri yang harus berjuang jika aku ingin
dikenang sebagai orang hebat.
semangat tuk berubah itu mengendur bahkan menghilang dengan sendirinya.
Seringkali aku merasa ku tlah menyia-nyiakan waktu yang sangat
berharga tapi sepertinya ada sesuatu yang mengganjalku tuk
memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Ku merasa bersalah
ketika waktu tersebut berlalu dengan cepat tanpa adanya usahaku yang
berarti tuk mencegahnya.
Ku menyadari tuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, hanya perlu
konsistensi niat dari dalam diriku, bukan orang lain yang akan
mengubahku melainkan diriku sendiri yang harus berjuang jika aku ingin
dikenang sebagai orang hebat.
Berburu Tiket
Minggu, 4 April 2010 kuawali hari ini dengan lari pagi keliling kompleks yang rutin kulakukan tiap hari Minggu. Aku juga hari ini berniat membeli tiket kereta api untuk ke Jogja tgl 23 April. Kuputuskan kesana naik Busway dari halte Pos Pengumben dekat kosku. Sudah lama aku tidak naik Busway. Untuk mencapai Stasiun Gambir aku harus transit 2 kali di Grogol dan Harmoni berganti bus. Selama perjalanan aku berdiri dan tanganku tentu bergelantungan di pegangan yang menggelantung di bagian atas bus. Kira-kira satu jam lamanya aku di Busway. Sempat terpikir olehku penyesalan naik Busway karena padatnya penumpang yang membuatku tidak nyaman, "tau gitu mending aku tadi naik motor aja, walaupun panas dikit cuma 15 menit udah nyampai" pikirku dengan muka masam.
Perhentian terakhirku yaitu di Halte Gambir 2. Langsung saja aku menuju pintu masuk stasiun sambil mencari ATM Mandiri. Aku di Stasiun Gambir saat itu adalah yang kedua kalinya sesudah hampir 2 tahun lalu tepatnya di hari kedua bulan Ramadan tahun 2008 aku menginjakan pertama kalinya kakiku di Stasiun itu dengan kereta api Taksaka yang mengantarkanku dari Jogja untuk tes wawancara PT Bukit Asam.
Setelah kuambil uang dari ATM, aku langsung mencari pusat reservasi dan ternyata setelah kutanyakan di bagian informasi, aku cukup ke depan loket dan langsung menuliskan reservasi tiket. Bayanganku sebelumnya reservasi tiketnya ada ruang tersendiri seperti halnya di Stasiun Tugu Jogja. Langsung saja kutulis Nama Kereta dan jadwalnya yang akan aku beli tiketnya, yang mana sebelumnya aku sudah sempat browsing di situs PT KAI tentang jadwal kereta api. Aku membeli tiket Argo Lawu seharga 300rb untuk keberangkatan tgl 23 jm 8 malam, dan tiket Taksaka Malam untuk tgl 25 jm 8 malam dari Jogja.
Sebelum aku meninggalkan Stasiun Gambir kusempatkan mengutak-atik aplikasi Foursquare dan Gowalla di iPhone-ku untuk sekedar 'check in' (update status lokasi) bahwa aku saat itu sedang di Stasiun Gambir.
Dari Gambir aku pun langsung menuju halte Busway Gambir Satu untuk menuju Harmoni. Hawa Jakarta tadi siang memang benar2 panas, membuatku semakin ingin segera sampai kos menikmati dinginnya AC. Sesampainya di Harmoni aku langsung antre di Jurusan Kalideres. Saat antre tiba2iba petugas teriak-teriak yang jurusan Grogol - Lebakbulus langsung masuk saja ke Bus yang sudah standby di seberang sisi antreanku. Langsung saja aku berlari kesitu dan untungnya aku tidak harus ganti bus di Grogol jadi lebih cepat nyampai kos walaupun aku tetap berdiri sepanjang perjalanan. Kuakhiri perjalananku hari itu dengan mampir ke Warteg karena tubuhku yang capek sekali dan tentu butuh energi. Kupesan Nasi sama oseng jamur, telur dadar dan tempe goreng. Tak lupa es jeruk dan kuakhiri dengan sebuah pisang. Sesampainya di Kos aku langsung mandi karena badanku yang penuh keringat terasa lengket dan panas.
Aku membayangkan bagaimana capeknya para kaum urban Jakarta yang setiap harinya harus berangkat dan pulang dari tempat kerja menggunakan busway yang didalamnya berdesak-desakan dengan beraneka ragam bau keringat manusia. Ditambah lagi kalau banyaknya kendaraan pribadi yang menyerobot jalur busway sehingga sering membuat kemacetan, bikin orang yang sudah capek tambah stres.
Aku sudah sangat bersyukur bisa hidup di Jakarta dengan kondisiku yang sekarang ini. Alhamdulillaahi Rabbil aalamiin.
Perhentian terakhirku yaitu di Halte Gambir 2. Langsung saja aku menuju pintu masuk stasiun sambil mencari ATM Mandiri. Aku di Stasiun Gambir saat itu adalah yang kedua kalinya sesudah hampir 2 tahun lalu tepatnya di hari kedua bulan Ramadan tahun 2008 aku menginjakan pertama kalinya kakiku di Stasiun itu dengan kereta api Taksaka yang mengantarkanku dari Jogja untuk tes wawancara PT Bukit Asam.
Setelah kuambil uang dari ATM, aku langsung mencari pusat reservasi dan ternyata setelah kutanyakan di bagian informasi, aku cukup ke depan loket dan langsung menuliskan reservasi tiket. Bayanganku sebelumnya reservasi tiketnya ada ruang tersendiri seperti halnya di Stasiun Tugu Jogja. Langsung saja kutulis Nama Kereta dan jadwalnya yang akan aku beli tiketnya, yang mana sebelumnya aku sudah sempat browsing di situs PT KAI tentang jadwal kereta api. Aku membeli tiket Argo Lawu seharga 300rb untuk keberangkatan tgl 23 jm 8 malam, dan tiket Taksaka Malam untuk tgl 25 jm 8 malam dari Jogja.
Sebelum aku meninggalkan Stasiun Gambir kusempatkan mengutak-atik aplikasi Foursquare dan Gowalla di iPhone-ku untuk sekedar 'check in' (update status lokasi) bahwa aku saat itu sedang di Stasiun Gambir.
Dari Gambir aku pun langsung menuju halte Busway Gambir Satu untuk menuju Harmoni. Hawa Jakarta tadi siang memang benar2 panas, membuatku semakin ingin segera sampai kos menikmati dinginnya AC. Sesampainya di Harmoni aku langsung antre di Jurusan Kalideres. Saat antre tiba2iba petugas teriak-teriak yang jurusan Grogol - Lebakbulus langsung masuk saja ke Bus yang sudah standby di seberang sisi antreanku. Langsung saja aku berlari kesitu dan untungnya aku tidak harus ganti bus di Grogol jadi lebih cepat nyampai kos walaupun aku tetap berdiri sepanjang perjalanan. Kuakhiri perjalananku hari itu dengan mampir ke Warteg karena tubuhku yang capek sekali dan tentu butuh energi. Kupesan Nasi sama oseng jamur, telur dadar dan tempe goreng. Tak lupa es jeruk dan kuakhiri dengan sebuah pisang. Sesampainya di Kos aku langsung mandi karena badanku yang penuh keringat terasa lengket dan panas.
Aku membayangkan bagaimana capeknya para kaum urban Jakarta yang setiap harinya harus berangkat dan pulang dari tempat kerja menggunakan busway yang didalamnya berdesak-desakan dengan beraneka ragam bau keringat manusia. Ditambah lagi kalau banyaknya kendaraan pribadi yang menyerobot jalur busway sehingga sering membuat kemacetan, bikin orang yang sudah capek tambah stres.
Aku sudah sangat bersyukur bisa hidup di Jakarta dengan kondisiku yang sekarang ini. Alhamdulillaahi Rabbil aalamiin.
Subscribe to:
Posts (Atom)