Pekanbaru, kota yang tidak asing lagi di kepalaku. Kota ini asal dari teman dekatku semasa kuliah 8 tahun lalu di Jogja. Hari itu, senin 4 Oktober 2010 siang kujejakkan kakiku tuk pertama kalinya di Bumi Lancang Kuning. Siang itu Bandara Sultan Syarif Kasim II menyambutku dengan sangat terik. Di Bandara yang relatif kecil dan ruang kedatangannya yang ramainya kayak terminal bus itu aku telah dijemput oleh Pak Andi dan Mas Eko.
Sepanjang perjalanan dari Bandara kutak henti-hentinya melepas pandangan mataku ke luar jendela mobil melihat pesatnya pembangunan di Pekanbaru. Dua bangunan baru yang membuatku terpesona adalah Perpustakaan Daerah Riau atau yang dikenal dengan Perpustakaan Soeman HS dan Kantor Gubernur Riau yang baru. Kedua bangunan itu saling berdekatan dan tampak megah dengan desainnya yang unik. Tak lupa kuabadikan kedua bangunan itu dan ku-upload di google earth.
5 hari aku di Pekanbaru kala itu. Dalam 5 hari itu banyak pengalaman unik yang kualami.
Hari Pertama
Hari itu aku mulai menginap di Hotel Aston. Kebetulan aku ditugaskan ke Pekanbaru bersama satu temanku yaitu si Yuli yg 4 tahun lebih muda dariku. kuhabiskan malam hari pertama dengan mencari makanan dengan si Yuli di pertokoan depan hotel, pengennya cari masakan khas eh malah akhirnya ngetem di D'Cost yang juga banyak kujumpai di Jakarta.
Hari Kedua
Setelah Kami menyelesaikan tugas hari kedua dari Kantor, kami mencoba untuk masuk ke perpustakaan Soeman HS. Kami terpesona dengan perpustakaan yang gede bgt itu. Ruangannya bersih, luas, dan rapi. Namun sayangnya koleksi bukunya masih tergolong sedikit. Nah di perpustakaan itu pula aku dapet teman baru. Namanya Rahmat, mahasiswa Politeknik Caltex. Anaknya aku lihat dari sorot matanya sepertinya anak yang jujur. Dan memang dia sosoknya simpatik dan asik dijadiin teman. Pada akhirnya Si Rahmat kujadikan guide dadakan. Aku sering bertanya padanya destinasi apa yang wajib dikunjungi ataupun masakan khas apa yang patut dicoba.
Malam Hari Kedua kuhabiskan malamku tuk menyusuri jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru mencari Rumah Makan Gulai Ikan Baung yang direkomendasikan si Rahmat. Langsung saja Aku dan Yuli naik angkot menuju Simpang Harapan Raya yang katanya di situ ada Rumah Makan Khas yang menjual Gulai Ikan Baung yang enak. Setelah menyusuri dengan angkot gila yang nggak hanya kenceng nyopirnya juga kuenceng sound system musik di dalamnya sampailah Kami di Rumah makan itu yg kebetulan belum tutup malam itu. Wow....hal yang jarang banget ada di Jawa. Mungkin hanya angkot Kota Manado yang bisa menyaingi sound systemnya.
Memang lezat sekali gulai ikan baungnya yang terasa sangat lembut di lidah. Emmmm.......... Nikmat! Akhirnya malam itu aku bisa makan kenyang dengan menebus makanan kami berdua dengan harga sekitar RP.122ribu. Masih mahal tergolong bagiku. Tapi gk masalah yang penting terpuaskan, toh gk terus-terusan.
(bersambung)