Pages

Tuesday, November 9, 2010

Pekanbaru, Kota yang Mulai Bersolek (part 2)

Hari Ketiga
Rabu, 6 Oktober 2010 setelah mengamati ujian, aku dan si Julai kembali ke hotel. Di dalam kamar hotel sendirian membuatku sangat bosan, kuputuskan untuk keluar dari hotel tuk sekedar jalan-jalan menghirup udara sore Pekanbaru. Aku penasaran dengan Masjid An-Nur yang katanya megah dan punya halaman yang luas. Kebetulan setelah kucari lokasinya di google map ternyata tidak jauh dari hotelku. Aku langsung saja berjalan sendirian, kebetulan si Julai lg gk kepengen keluar. Kira-kira berjalan kaki 10 menit sampailah aku ke Masjid kebanggaan warga Pekanbaru itu. Masjid yang didominasi dengan warna hijau dengan kubah-kubahnya yang cantik memang terlihat anggun sore itu. Ternyata memang benar masjid itu punya halaman yang luas. Ketika itu banyak kutemui warga Pekanbaru terutama muda-mudinya yang sedang berolahraga sore. Ada yang joging, futsal, jalan-jalan, ataupun duduk-duduk di bawah kerindangan pohon Asem Londo ataupun cemara udang tersebar di area masjid.

Tentu aku tak lupa mengabadikan momen-momen itu, dan beberapa jepretanku ku-upload di panoramio biar bisa dilihat di google earth. Saat aku mau kembali ke hotel saat melintas di depan pintu utama masjid, aku di datangi segerombol anak muda. Mereka ada 5 orang dan kebetulan cewek semua yang masih berstatus mahasiswa. "Bang bisa minta tolong?" celetuk salah satu diantara mereka. "Mau difotoin ya?" jawabku sambil tersenyum. Aku juga diminta berfoto bareng mereka dan tak lupa mereka minta account FB-ku.

Malam harinya jam 19.00 aku ada janji dengan si Rahmad untuk nyari durian. Tak lupa si Julai kuajak sekalian, eh ternyata si Julai malah lagi asik di warnet nge-donlot Glee terbaru, serial TV yang sedang populer saat ini di Amrik sono. Tapi akhirnya si Julai bisa ikut. Malam itu pun kami bertiga naik angkot mencari durian. Julai yang memang tak suka durian kupaksa mencoba satu biji duren tapi malah tak dihabiskannya. Dia malah menghabiskan Pulut atau yang di Jawa disebut Ketan. Ternyata di Pekanbaru masyarakatnya ada kebiasaan makan durian sambil dicampur dengan makan ketan. Jadilah cuma aku dan si Rahmad yang makan duriannya. Bahkan Durian yang kedua, hampir aku semua yang makan. Kenyang banget rasanya perutku kala itu.

Tidak berhenti sampai disitu, si Rahmat langsung mengajak kami makan nasi goreng yang katanya terkenal enak di dekat hotel kami menginap. Aku yang sudah kelewat kenyang cuma pesan mie goreng, sedangkan rahmat dan julai pesan nasi goreng. Sungguh malam yang memabukkan perutku. Sampai di hotel pun perutku terasa nggak enak banget karena terlampau kenyang. Tapi aku tetap saja bisa memejamkan mataku walau perut meronta. Ha ha.....


Saturday, October 30, 2010

Pekanbaru, Kota yang Mulai Bersolek

Pekanbaru, kota yang tidak asing lagi di kepalaku. Kota ini asal dari teman dekatku semasa kuliah 8 tahun lalu di Jogja. Hari itu, senin 4 Oktober 2010 siang kujejakkan kakiku tuk pertama kalinya di Bumi Lancang Kuning. Siang itu Bandara Sultan Syarif Kasim II menyambutku dengan sangat terik. Di Bandara yang relatif kecil dan ruang kedatangannya yang ramainya kayak terminal bus itu aku telah dijemput oleh Pak Andi dan Mas Eko.

Sepanjang perjalanan dari Bandara kutak henti-hentinya melepas pandangan mataku ke luar jendela mobil melihat pesatnya pembangunan di Pekanbaru. Dua bangunan baru yang membuatku terpesona adalah Perpustakaan Daerah Riau atau yang dikenal dengan Perpustakaan Soeman HS dan Kantor Gubernur Riau yang baru. Kedua bangunan itu saling berdekatan dan tampak megah dengan desainnya yang unik. Tak lupa kuabadikan kedua bangunan itu dan ku-upload di google earth.
5 hari aku di Pekanbaru kala itu. Dalam 5 hari itu banyak pengalaman unik yang kualami.

Hari Pertama
Hari itu aku mulai menginap di Hotel Aston. Kebetulan aku ditugaskan ke Pekanbaru bersama satu temanku yaitu si Yuli yg 4 tahun lebih muda dariku. kuhabiskan malam hari pertama dengan mencari makanan dengan si Yuli di pertokoan depan hotel, pengennya cari masakan khas eh malah akhirnya ngetem di D'Cost yang juga banyak kujumpai di Jakarta.

Hari Kedua
Setelah Kami menyelesaikan tugas hari kedua dari Kantor, kami mencoba untuk masuk ke perpustakaan Soeman HS. Kami terpesona dengan perpustakaan yang gede bgt itu. Ruangannya bersih, luas, dan rapi. Namun sayangnya koleksi bukunya masih tergolong sedikit. Nah di perpustakaan itu pula aku dapet teman baru. Namanya Rahmat, mahasiswa Politeknik Caltex. Anaknya aku lihat dari sorot matanya sepertinya anak yang jujur. Dan memang dia sosoknya simpatik dan asik dijadiin teman. Pada akhirnya Si Rahmat kujadikan guide dadakan. Aku sering bertanya padanya destinasi apa yang wajib dikunjungi ataupun masakan khas apa yang patut dicoba.

Malam Hari Kedua kuhabiskan malamku tuk menyusuri jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru mencari Rumah Makan Gulai Ikan Baung yang direkomendasikan si Rahmat. Langsung saja Aku dan Yuli naik angkot menuju Simpang Harapan Raya yang katanya di situ ada Rumah Makan Khas yang menjual Gulai Ikan Baung yang enak. Setelah menyusuri dengan angkot gila yang nggak hanya kenceng nyopirnya juga kuenceng sound system musik di dalamnya sampailah Kami di Rumah makan itu yg kebetulan belum tutup malam itu. Wow....hal yang jarang banget ada di Jawa. Mungkin hanya angkot Kota Manado yang bisa menyaingi sound systemnya.

Memang lezat sekali gulai ikan baungnya yang terasa sangat lembut di lidah. Emmmm.......... Nikmat! Akhirnya malam itu aku bisa makan kenyang dengan menebus makanan kami berdua dengan harga sekitar RP.122ribu. Masih mahal tergolong bagiku. Tapi gk masalah yang penting terpuaskan, toh gk terus-terusan.
(bersambung)





Saturday, September 4, 2010

Cowok Pembelanja

Cowok kok suka belanja.......itulah kalimat yang sering terdengar akhir2 ini. Mungkin di zaman orang tua kita, mungkin terdengar aneh jika seorang cowok gemar belanja. Pusat-pusat perbelanjaan kala itu mungkin hanya dipenuhi oleh cewek-cewek ato ibu2 yang sering berebut barang obralan.

Tahun terus berganti, sekarang sudah tahun 2010, zaman dimana konsumerisme melanda dunia termasuk Indonesia. Para wanita tidak lagi menjadi satu-satunya target utama perusahaan-perusahaan multinasional, sekarang mereka mendapat pesaing yaitu LELAKI. Saat ini kita tidak sulit menjumpai pria yang menyambangi mal-mal dengan menenteng barang belanjaan dalam jumlah besar terutama barang-barang fashion. Para Pria di zaman bahuela yang terkenal sangat berhati-hati dalam mengeluarkan uangnya, di zaman sekarang sudah langka pria model seperti itu. Gempuran iklan di televisi, internet, maupun media cetak sudah mampu merubah stereotip pria yang dulunya sangat berhati-hati me-manage uang menjadi royal dalam menghamburkan uang untuk belanja. Terlebih lagi bagi pria yang menganut gaya hidup metrosexual yang harus mengerti tentang mode terbaru, wangi, rapi, dan necis tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk belanja barang-barang guna menunjang penampilannya.

Diskon besar-besaran yang digelar berbagai pusat perbelanjaan di Jakarta menjelang lebaran tahun ini juga tidak hanya menarik minat perempuan tuk menyambanginya, tapi para pria pun berjubel di pusat-pusat perbelanjaan itu. Fenomena apakah ini, apakah sekedar efek dari gencarnya iklan di media masa, atau sudah terbentuk budaya baru bahwa pria tidak boleh kalah dengan wanita dalam hal penampilan?

Petualanganku di Aceh (episode 3)

Malam pertama di Aceh kami lalui dengan tidur yang sangat nyeyak. Hari kedua kami mensurvei daerah yang akan kami lakukan penelitian yaitu di daerah Aceh Besar di sebelah Timur Banda Aceh. Kami melihat ada beberapa penanaman mangrove di lahan pasang surut dan itulah yang kami cari. Setelah melihat sekilas gambaran lokasi penelitian itu kami langsung menuju Banda Aceh untuk menjalankan Sholat Jum'at di Masjid Raya Baiturrahman. Sebelumnya kami makan siang di rumah makan kare kambing ditemani dengan es timun serut yang sangat segar di tengah cuaca Banda Aceh yang sangat terik kala itu. Akhirnya ku bisa sholat di masjid megah yang seringkali hanya kulihat di TV itu.

Usai Sholat Jum'at kami diajak Pak Syaminuddin untuk jalan2 keluar Banda Aceh, tepatnya melihat kawasan Lhok Nga. Sepanjang jalan menuju Lhok Nga ku lihat kanan kiri barak-barak ataupun tenda pengungsian, Bangunan yang luluh lantak akibat tsunami, dan kawasan yang relatif luas dan berisikan sampah tsunami. Di pinggir jalan yang kulalui ada yang membuatku takjub adalah Rumah Pahlawan Nasional Cut Nyak Dien yang masih utuh kokoh berdiri. Menurut Pak Syam , rumah tersebut masih berdiri karena berada tepat di balik bukit sehingga melindunginya dari hempasan tsunami langsung dari Samudra Hindia. Mobil Pak Syam terus melaju sambil terus kuarahkan kameraku untuk potret sana-sini dari balik jendela mobil. Akhirnya kulihat Pantai berpasir putih dan berair biru kehijauan yang di tepinya berdiri tegak bukit-bukit yang hijau, itulah Pantai Lhok Nga yang terkenal sebagai tempat wisata pantai bagi masyarakat Banda Aceh. Aku tidak bisa membayangkan pantai sebagus itu dihempas tsunami yang dahsyat. Mobil pun terus melaju tiba-tiba dari kejauhan aku melihat di kiri jalan ada sebuah pabrik besar yang kondisinya agak rusak. Pabrik itu adalah Pabrik semen Andalas yang juga tak luput dari amukan tsunami yang menewaskan banyak pekerjanya saat itu. Di dekat pabrik itu ada dua buah kapal besar yang terdampar, yang salah satunya adalah kapal tangker yang sangat besar yang terhempas karam di daratan yang berjarak kira-kira 75 meter dari bibir pantai. Wow.......sungguh dahsyat hempasan tsunami saat itu, sampai2 kapal segede itu bisa tak berdaya olehnya.

Puas berfoto ria di dekat kapal yang karam tadi, kami melanjutkan untuk melihat Masjid Lhok Nga yang tetap berdiri kokoh dan menjadi satu-satunya bangunan di Lhok Nga yang masih utuh. masjid Lhok Nga yang hanya berjarak beberapa meter dari bibir pantai dan dulunya dikelilingi pemukiman yang relatif padat, menjadi saksi bisu bagaimana tsunami menyapu habis pemukiman di sekitarnya. Jejak ketinggian tsunami bisa kita lihat dengan mengamati puncak kubah utama masjid yang ada bekas endapan air tsunami yang mengering. Saat itu yang terlihat di sekitar masjid hanya tenda-tenda pengungsian yang sangat padat. Betapa keagungan Tuhan mampu meruntuhkan logika manusia.

Hari kedua kami akhiri di rumah makan Mie Aceh yang cukup terkenal di dekat hotel kami. Makanan ini kulihat berkolesterol tinggi, tapi masyarakat Aceh mensiasati makanan2 berkolesterol tinggi dengan mengimbanginya dengan semacam acar bawang merah yang jujur secara pribadi aku tak menyukainya. Di malam kedua itu aku juga sudah tidak tinggal sekamar dengan kedua dosenku. Aku pindah ke kamar kecil di lantai 1 yang lebih sederhana bertarif 75 ribu semalam, tapi yang penting aku bisa tidur nyenyak. (bersambung)

Tuesday, August 17, 2010

17 Agustus 2010

Hari ini Selasa 17 Agustus 2010, bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-65, kuhabiskan waktuku hanya di kamar kos. Tadi pagi aku tidak ikut upacara bendera karena hari ini aku tidak mendapat giliran dari kantorku untuk ikut upacara tujuh belasan di Lapangan Banteng. Dari kamarku yang sempit aku menonton tayangan upacara 17 Agustus di Istana Merdeka yang disiarkan live oleh Metro TV. Di Metro TV juga sekilas menayangkan wawancara singkat reporter Metro TV kepada Dewi Soekarno, wanita Jepang istri mendiang Presiden Pertama RI Ir. Soekarno yang kebetulan saat itu sedang menghadiri Upacara Peringatan HUT RI di Universitas Bung Karno sekaligus peresmian Patung Bung Karno di Halaman Universitas itu. Sudah lama aku penasaran dengan sosok Dewi Soekarno yang sering terdengar dengan kontroversinya di luar negeri, terutama setelah aku membaca buku "Sakura di tengah Prahara" yang menceritakan sepotong kisah hidupnya.

Siang harinya temanku si Gendut yang juga se-kos denganku menyarankanku untuk melihat DVD bajakan "Up in The Air" yang dibintangi oleh bintang Ocean Eleven, George Clooney. Film Drama yang menyajikan tema cerita yang tidak biasa ini memang sangat menarik. Film ini berkisah tentang seseorang bernama Ryan Bingham yang mempunyai pekerjaan yang tidak biasa yaitu bekerja pada perusahaan yang spesialisasinya untuk memberikan jasa kepada perusahaan lain yang ingin mem-PHK seseorang dalam pekerjaannya. Karena banyaknya perusahaan-perusahaan yang menginginkan jasanya untuk menghadapi karyawan yang akan di-PHK, dia selalu melakukan perjalanan dari perusahaan satu ke perusahaan lain di berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Hal itu berkonsekuensi dirinya lebih sering di udara daripada di rumahnya di Omaha. Ryan juga tidak percaya akan komitmen dan manfaat dari pernikahan sehingga hingga usianya yang setengah baya dia masih melajang. Suatu saat dalam perjalanannya dia bertemu dengan seorang wanita yang membuatnya terpesona dan menganggap bahwa wanita tersebut juga mempunyai prinsip seperti dia. Terinspirasi dengan pernikahan adiknya dan kegundahan hatinya tentang arti sebuah pasangan hidup, menuntunnya untuk menemui wanita yang dikenalnya itu di rumahnya, Chicago dengan harapan membina hubungan yang lebih serius. Namun ternyata wanita yang dicintainya itu sudah mempunyai anak dan suami, dan dia dianggap hanya sebagai pelarian saja.

Film ini menyuguhkan konflik antara pekerjaan dengan perasaan. Pekerjaan untuk mem-PHK orang adalah pekerjaan yang sulit karena tentu menyakiti hati seseorang yang di-PHK itu dan jelas membutuhkan mental yang kuat untuk tetap menjalaninya. Nah, George Clooney dalam hal film ini menyuguhkan akting yang sangat memukau, dengan mencirikan keahlian bernegosiasinya dan gayanya yang flamboyan, menjadikan film ini terlihat natural dan tidak membosankan. Hal lain yang aku cermati dalam film ini adalah, sisi komersialnya. Dalam beberapa scene terlihat sang aktor menggunakan Blackberry ataupun sesuai tema film ini yang banyak menggunakan setting pesawat terbang, film ini juga mempromosikan betapa banyak benefit yang kita dapatkan jika kita tetap setia dengan maskapai penerbangan tertentu, seperti kemudahan dalam check in, reservasi di hotel pilihan, ataupun club-club yang menawarkan gaya hidup kelas atas. Yang bisa kupetik dari film ini adalah tentang conflict of interest dalam pekerjaan itu adalah hal yang biasa dan harus dilalui dengan cara yang smart, dan komitmen yang kuat terhadap pasangan harus senantiasa dipupuk untuk melanggengkan ikatan pernikahan.

Melihat film "Up in The Air", aku membayangkan bagaimana jika sosok Ryan Bingham yang ada dalam film itu adalah diriku. Ha ha ha.....ngaco ah...!

Tuesday, June 29, 2010

Selamat Datang Bapak Permana Agung

Tadi pagi seluruh pegawai kantorku dikumpulkan untuk bertemu Bapak Permana Agung selaku Pjs. Kepala Badan yang baru guna diberikan pengarahan dan sharing keadaan serta permasalahan yang ada di unit kami. Beliau yang pernah menjabat sebagai Dirjen Bea Cukai, Irjen Depkeu, dan Dirjen Kekayaan Negara, serta yang terakhir sebagai Staf Ahli Hubungan Ekonomi Internasional memberikan pengarahan yang membuat kami kagum dan terpesona atas jiwa kepemimpinannya.

Kami sebagai pelaksana sangat merindukan sosok pemimpin seperti Beliau. Dalam pengarahannya kami dibuatnya terpukau, baik itu oleh gaya bicaranya yang berapi-api dan mampu memotivasi dan menginspirasi, kedalaman materi yang Beliau ungkapkan.

Beliau tadi mengulas tentang IPM (Indeks Pembangunan Manusia), beliau menyoroti penyebab dari rendahnya IPM Indonesia (peringkat 111 tahun 2009) dikarenakan oleh;

  1. Kekurang pedulian terhadap kualitas pendidikan
  2. Pembangunan di Indonesia yang lebih fokus terhadap pertumbuhan ekonomi, bukan fokus terhadap pembangunan kualitas manusia Indonesia seperti yang diamanatkan dalam GBHN (pembangunan manusia Indonesia seutuhnya) atau dalam Renstra yang seperti sekarang ini.
  3. Permasalahan anggaran. Dulu anggaran merupakan permasalahan (anggaran kurang). Tapi sekarang merupakan pertanyaan??? (setelah anggaran mencukupi tapi kualitas pendidikan tetap buruk).

Beliau juga menyoroti tentang kepemimpinan. Menurut beliau peran seorang pemimpin sangatlah vital dalam menentukan suasana kerja yang bisa merubah perilaku (behaviour) anak buahnya. Suasana kerja yang mendukung dan sarana prasarana yang memadai sangat diperlukan untuk mewujudkan karya yang optimal dari seluruh pegawai. Bagaimana mungkin pegawai yang mempunyai kompetensi yang cukup bagus, namun tidak didukung fasilitas yang memadai untuk mencapai hasil optimal, pasti unit organisasi tidak bisa mewujudkan hasil yang maksimal pula. Pemimpin juga diharapkan tidak sekedar bisa menginspirasi pegawainya tapi harus mampu memotivasi sehingga tidak hanya mampu merubah cara berpikir (way of Thinking) melainkan juga dalam tindakannya. Pemimpin juga harus mampu memandang konflik dengan sudut positif term yang mana konflik itu bukan dianggap sebagai suatu hal yang mengancam melainkan sebagai ide-ide baru, menemukan solusi yang lebih baik dan efisien sehingga organisasi bisa lebih produktif. Pemimpin juga harus mampu memberikan ruang yang luas dan menciptakan suasana yang nyaman bagi anak buahnya untuk menyatakan pendapat dan tidak takut walaupun bertentangan dengan pendapat umum.

Bapak Permana Agung juga menyoroti tentang PNS di Indonesia dengan mengutip pernyataan Menpan Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009) yaitu Taufiq Effendi yang mengungkapkan jika Birokrasi Indonesia itu Gemuk, Rakus dan Malas. Pernyataan ini menginspirasi Beliau untuk memotivasi kami agar menjadi PNS yang berdedikasi tinggi terhadap Negara. Beliau juga mengutip beberapa ayat dari Al-Quran mengenai Tuhan Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan Maha Mengetahui. Jadi bisa dikaitkan bahwa seseorang harus 'mengetahui' dalam hal ini mempunyai kompetensi, kemudian setelah memiliki kompetensi dia harus bijaksana dalam menyalurkan kompetensinya itu, dan jika dia mampu bijaksana maka kekuasaan akan didapatkannya, sehingga dia akan menjadi Pemimpin yang bijaksana dengan mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan sebagai seorang pemimpin.

Beliau juga mengulas bahwa believe (keyakinan) adalah sesuatu yang paling sulit diubah dari seseorang. Namun sebagai seorang pemimpin setidaknya bisa merubah behaviour (perilaku) dari anak buahnya dari yang negatif menjadi positif, karena jika sarana prasana sudah memadai dan sistem telah terstruktur baik namun masih belum tercapai keadaan yang diinginkan, maka behaviour manusia yang ada didalamnya lah yang perlu diubah dengan menciptakan suasana kerja yang kondusif.

2 jam kurang lebihnya Beliau bersama kami pagi tadi. Sepanjang 2 jam itu aku tidak sempat merekamnya bahkan mencatatnya sekalipun. Jadi tulisan ini sekedar hal-hal yang kuingat dalam pertemuan tadi pagi yang tidak luput dari kealphaan. Pertemuan pagi tadi adalah kali kedua aku melihat secara langsung Beliau, sebelumnya aku pernah diwawancara langsung oleh Beliau di Banteng. Sosoknya memang tegas dan berwibawa. Maju terus Pak Permana Agung!




Sunday, June 20, 2010

Mimpi jadi Penulis Tenar

Menulis.....aku sekarang ini udah jarang lagi update blog2-ku. Rasanya ada yang menahan tanganku disaat aku ingin menulis. Untungnya beberapa tulisanku ternyata masih dihargai orang lain dengan diterbitkannya di buletin kantor.

Membayangkan betapa asiknya menjadi JK Rowling yang sukses dengan Harry Potternya. Tak usah jauh-jauh, penulis kita Andrea Hirata si penulis Laskar Pelangi dan berbagai sekuelnya yang laris manis sudah sepatutnya menjadi panutan bagi para penulis muda Indonesia untuk berkarya.

Profesi sebagai penulis memang belum begitu 'diakui' di Indonesia. Gengsinya masih kalah jauh dengan politisi, bankir ataupun pengacara. Banyak orang tua yang tidak menghendaki anaknya bercita-cita sebagai penulis karena dianggap kurang menjanjikan. Namun satu dasawarsa terakhir ini, stigma negatif tentang profesi penulis di Indonesia mulai terbantahkan. Banyak penulis-penulis muda Indonesia meraih penghasilan luar biasa dari buku-buku ataupun novel best seller yang mereka karang.

Pengen rasanya seperti penulis-penulis itu yang tidak dikekang oleh aturan-aturan formal yang kaku dalam bekerja tapi tetap mempunyai penghasilan yang jauh lebih besar dari rata-rata gaji profesional muda di Indonesia. Rasanya juga bangga sekali jika novel-novel yang dibuat diangkat ke layar lebar seperti Andrea Hirata dengan Laskar Pelangi, Raditya Dika dengan Kambing Jantannya atau Habiburahman El Shirazy dengan Ketika Cinta Bertasbihnya yang menjadi Box Office di Indonesia.

Tuesday, June 8, 2010

iPhone 4 is coming!

iPhone 4 ternyata sudah keluar...... Wah, jadi usang nih iPhone 3GS-ku....

Tapi aku nggak tergoda lah, toh fiturnya hampir mirip, nggak signifikan berubah. Meskipun sudah dilengkapi dengan retina display, dan body yang sama sekali berbeda dengan iPhone 3GS, aku nggak ngiler, cuma pengen, haha.....

iPhone 4 mempunya lebar layar masih sama dengan iPhone 3GS yaitu 3,5 inch. Bodinya tidak dari plastik melainkan dari bahan glass.

Update: kabar yang beredar kalau antena iPhone 4 bermasalah dan harus menggunakan aksesoris semacam penguat sinyal agar bisa berfungsi dengan baik.

Monday, May 31, 2010

26

26 tahun tak terasa sudah sekian lama kuinjakkan kakiku di dunia ini. Tadi malam sekitar jam 2, Bapak dan Ibukku telah mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.

Pagi ini kuawali bangun pagi jam 4 pagi karena aku harus ke STAN untuk mempersiapkan acara pembukaan diklat prajabatan. Aku hanya setengah hari di STAN, habis acara usai aku langsung menuju kantor di Purnawarman untuk menghadiri rapat.

Capek sekali rasanya hari ini, sampai2 aku agak lupa dengan HUT-ku hari ini. Kuakhiri kegiatan hari ini dengan makan Nasi Goreng langgananku di dekat Masjid Al-Anwar.

Sesampainya di kos kusempatkan chatting video call lewat YM dengan Ibuku di Pati, namun hanya singkat karena koneksinya kurang bagus dan mataku juga susah diajak kompromi.

Begitulah review HUT-ku hari ini. Ucapan selamat dari Ortu, kakak, dan sobat2 sudah cukup untuk membuat hatiku bahagia. Semoga dengan umur 26 ini aku bisa lebih bijak dan dewasa. Amin!


Sunday, April 4, 2010

Update Mobile Blog

Sudah hampir 3 tahun aku selalu meng-update blog-blogku yang jumlahnya lebih dari 10 buah melalui Nokia E61-ku. Aku merasa lebih praktis untuk meng-update blog lewat HP karena inspirasi menulisku kadang datang dengan spontan. menurutku mengupdate lewat HP menjadi sangat mudah karena cukup hanya mengirim email untuk mengupdatenya jadi tidak perlu susah- susah mengutak-atik blog lewat PC yang navigasinya agak ribet.

Selama hampir 3 tahun itu tulisan blogku yang kukirim melalui email dari E61ku tampilannya sempurna dan susunan baris dan paragrafnya tidak acak-acakan. Nah baru-baru ini aku mencoba mengupdate blogku melalui email dari iPhone 3GS-ku. Namun yang mengejutkanku tampilan postingnya jadi nggak beres terutama barisnya yang tidak rapi. Tulisan ini pun aku tulis di iPhone, dan ini adalah tulisan yang ketiga kalinya kuposting dari iPhone, apakah akan berantakan seperti 2 tulisan sebelumnya apakah cuma tahapan penulisanku yang membuatnya berantakan. Mari kita lihat bersama.

Renungan Spontan

Ku mencoba tuk menjadi pribadi yang lebih baik, tapi seringkali
semangat tuk berubah itu mengendur bahkan menghilang dengan sendirinya.

Seringkali aku merasa ku tlah menyia-nyiakan waktu yang sangat
berharga tapi sepertinya ada sesuatu yang mengganjalku tuk
memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Ku merasa bersalah
ketika waktu tersebut berlalu dengan cepat tanpa adanya usahaku yang
berarti tuk mencegahnya.

Ku menyadari tuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, hanya perlu
konsistensi niat dari dalam diriku, bukan orang lain yang akan
mengubahku melainkan diriku sendiri yang harus berjuang jika aku ingin
dikenang sebagai orang hebat.

Berburu Tiket

Minggu, 4 April 2010 kuawali hari ini dengan lari pagi keliling kompleks yang rutin kulakukan tiap hari Minggu. Aku juga hari ini berniat membeli tiket kereta api untuk ke Jogja tgl 23 April. Kuputuskan kesana naik Busway dari halte Pos Pengumben dekat kosku. Sudah lama aku tidak naik Busway. Untuk mencapai Stasiun Gambir aku harus transit 2 kali di Grogol dan Harmoni berganti bus. Selama perjalanan aku berdiri dan tanganku tentu bergelantungan di pegangan yang menggelantung di bagian atas bus. Kira-kira satu jam lamanya aku di Busway. Sempat terpikir olehku penyesalan naik Busway karena padatnya penumpang yang membuatku tidak nyaman, "tau gitu mending aku tadi naik motor aja, walaupun panas dikit cuma 15 menit udah nyampai" pikirku dengan muka masam.

Perhentian terakhirku yaitu di Halte Gambir 2. Langsung saja aku menuju pintu masuk stasiun sambil mencari ATM Mandiri. Aku di Stasiun Gambir saat itu adalah yang kedua kalinya sesudah hampir 2 tahun lalu tepatnya di hari kedua bulan Ramadan tahun 2008 aku menginjakan pertama kalinya kakiku di Stasiun itu dengan kereta api Taksaka yang mengantarkanku dari Jogja untuk tes wawancara PT Bukit Asam.

Setelah kuambil uang dari ATM, aku langsung mencari pusat reservasi dan ternyata setelah kutanyakan di bagian informasi, aku cukup ke depan loket dan langsung menuliskan reservasi tiket. Bayanganku sebelumnya reservasi tiketnya ada ruang tersendiri seperti halnya di Stasiun Tugu Jogja. Langsung saja kutulis Nama Kereta dan jadwalnya yang akan aku beli tiketnya, yang mana sebelumnya aku sudah sempat browsing di situs PT KAI tentang jadwal kereta api. Aku membeli tiket Argo Lawu seharga 300rb untuk keberangkatan tgl 23 jm 8 malam, dan tiket Taksaka Malam untuk tgl 25 jm 8 malam dari Jogja.

Sebelum aku meninggalkan Stasiun Gambir kusempatkan mengutak-atik aplikasi Foursquare dan Gowalla di iPhone-ku untuk sekedar 'check in' (update status lokasi) bahwa aku saat itu sedang di Stasiun Gambir.

Dari Gambir aku pun langsung menuju halte Busway Gambir Satu untuk menuju Harmoni. Hawa Jakarta tadi siang memang benar2 panas, membuatku semakin ingin segera sampai kos menikmati dinginnya AC. Sesampainya di Harmoni aku langsung antre di Jurusan Kalideres. Saat antre tiba2iba petugas teriak-teriak yang jurusan Grogol - Lebakbulus langsung masuk saja ke Bus yang sudah standby di seberang sisi antreanku. Langsung saja aku berlari kesitu dan untungnya aku tidak harus ganti bus di Grogol jadi lebih cepat nyampai kos walaupun aku tetap berdiri sepanjang perjalanan. Kuakhiri perjalananku hari itu dengan mampir ke Warteg karena tubuhku yang capek sekali dan tentu butuh energi. Kupesan Nasi sama oseng jamur, telur dadar dan tempe goreng. Tak lupa es jeruk dan kuakhiri dengan sebuah pisang. Sesampainya di Kos aku langsung mandi karena badanku yang penuh keringat terasa lengket dan panas.

Aku membayangkan bagaimana capeknya para kaum urban Jakarta yang setiap harinya harus berangkat dan pulang dari tempat kerja menggunakan busway yang didalamnya berdesak-desakan dengan beraneka ragam bau keringat manusia. Ditambah lagi kalau banyaknya kendaraan pribadi yang menyerobot jalur busway sehingga sering membuat kemacetan, bikin orang yang sudah capek tambah stres.

Aku sudah sangat bersyukur bisa hidup di Jakarta dengan kondisiku yang sekarang ini. Alhamdulillaahi Rabbil aalamiin.




Sunday, February 28, 2010

Setahun Yang Cepat Berlalu

Tak terasa setahun tlah berlalu saat pertama kalinya aku pindah ke
kosku ini. Setahun di kos ini menyimpan begitu banyak kenangan.

Saat pindahan kos kala itu aku dibantu sama temanku si mbah dan si
ndut. Dalam kondisi hujan gerimis yang menaungi Jakarta pagi itu, aku
pindah kos dari kosku di jalan Ciawi, Kebayoran Baru ke kos baruku di
Jalan Madrasah Kebon Jeruk. Kami bertiga memakai 2 motor. Si Mbah yang
sudah tau rutenya naik motor sendirian di depan, sedangkan aku sama Si
Ndut membuntutinya di belakang. Semakin lama laju motor Si Mbah
semakin cepat dan kami pun jadi berpisah, karena aku dan Si Ndut
kesasar sampai Pasar Kebayoran Lama. Sambil menelopon Si Mbah kami pun
mencari jalan keluar dari pasar yang kumuh, becek, dan berbau amis.
Sialnya kakinya Si Ndut kegilas roda gerobak. Dengan bawaan barang-
barang yang seabrek membuat kami kesulitan keluar dari kemacetan pasar
itu yang diakibatkan banyaknya angkot yang ngetem disamping pengguna
jalan lain yang tidak sabar saling serobot. Akhirnya Kami bertemu si
Mbah di Rumah Sakit Medika Permata Hijau.


Sesampainya di kos yang baru kami langsung menuju kamar yang kupilih
di lantai 2. Berhubung Sang Empunya rumah tidak ada, kami pun langsung
cabut ke Pameran Komputer di JCC. Akhirnya kami pun membeli modem
Axxestel Jump Smart. Aku beli yang prabayar sedangkan si Ndut beli
yang pascabayar. Kami pun jadi pelanggan setia internet broadband
Smart sampai sekarang ini. Semoga kualitas layanan internet Smart
semakin baik.


Jadi, selain sudah setahun aku kos di Kebon Jeruk, sudah setahun pula
aku berlangganan internet broadband Jump Smart.

Wednesday, February 10, 2010

Petualanganku di Aceh (Episode 2)

Dalam perjalanan menuju pusat kota Banda Aceh, kami sempatkan untuk mampir ke rumah makan khas Aceh. Ada masakan yang sangat kuingat dan unik menurutku, dan tak lupa kuabadikan dengan kamera digital baruku yang sengaja kubeli khusus untuk ke Aceh karena saat itu kamera SLR-ku lagi dipinjem teman kosku si maning buat wisuda D3-nya. Nama menu masakan itu kalau tidak salah Ayam Tangkap Daun Temurui. Masakan itu terdiri dari ayam kampung yang dipotong kecil-kecil dan digoreng garing beserta daun temurui yang digoreng kering pula. Jadi sensasi makan ayamnya sungguh unik karena diiringi daun temurui yang kriuk-kriuk ketika dimakan.

Usai makan siang, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pusat kota, sesampainya di Banda Aceh kujeprat-jepret kameraku dari dalam mobil mengabadikan pemandangan yang Aceh Pasca Tsunami. Kami langsung menuju ke Pantai Uleu Leu yang mengalami kerusakan sangat parah. Namun yang membuatku sangat takjub adalah dari sekian banyak bangunan di Uleu-leu yang tersisa adalah Masjid Uleu-Leu yang masih kokoh berdiri dengan hanya mengalami kerusakan kecil. Saat kami mampir ke masjid itu, renovasi baru dilakukan. Kami pun menyempatkan sholat di Masjid yang menjadi saksi bisu dahsyatnya tsunami tgl 26 Desember 2004 itu.

Di pantai Uleu-leu kami menyaksikan bekas perkampungan yang hanya meninggalkan pondasi ataupun bagian wc yang tersisa. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi saat tsunami terjadi disini. Kami juga menyempatkan melihat pembibitan bakau yang ada di pinggir pantai. Ketika kami sedang melihat bibit2 bakau itu, tiba2 ada seorang pria yang mendekati kami dan menawarkan bakaunya. Mungkin dikiranya kami dari pihak LSM yang siap memborong bakau2nya buat rehabilitasi pantai.

Dari Uleu-Leu kami melanjutkan perjalanan menuju ke daerah sekitar TVRI Aceh bermaksud menemui rombongan peneliti dari Fakultas Geografi UGM dan peneliti Perancis dengan maksud selama kami di Aceh, kami ingin menumpang menginap di kontrakan mereka. Tim Geografi UGM yang dipimpin oleh temannya Mr. C yaitu Pak J*n*n termasuk anggotanya yaitu mas Rino yang notabene putra salah satu dosenku di FKT UGM. Mereka ternyata menempati sebuah rumah kontrakan, dan mereka tidak semuanya tidur di kasur kamar tidur, melainkan tidur dengan beralaskan tikar. Kontan aja Mr. A sebagai dosen seniorku memberi isyarat kepada Mr. C untuk menginap di hotel saja. Setelah mengobrol sekitar setengah jam kami pun meninggalkan camp mereka sambil meminjam peta aerial dampak tsunami yang nantinya kami jadikan acuan buat penentuan lokasi penelitian kami.

Saat itu petang menjelang, kami pun mencari hotel murah di dekat pusat kota Banda Aceh. Kami pun menemukan hotel di kawasan Peunayong Banda Aceh, yaitu Hotel Aceh Barat di jalan Khairil Anwar No. 16. Kami bertiga pun bermalam pertama kali di Aceh dalam satu kamar bertarif 225 ribu per malam yang tentunya itu dengan extra bed buatku tidur di bawah.

Sebelum kami beranjak ke peraduan, kami keluar hotel untuk mencari makan malam. Kami pun mendapatkan tempat makan di lapangan Peunayong yang dikelilingi berbagai penjual makanan dari Mie Aceh, Kerang rebus, Sate Padang, sampai Sate Jawa. Namun yang menarik perhatian kami adalah Jus Terong Belanda yang belum pernah kucoba. kami pun memesan Mie Aceh dan Jus Terong Belanda yang kami nikmati di areal terbuka di pusat kota Banda Aceh yangsangat ramai. Ternyata rasa terong belanda seperti rasa jus mangga dan tentunya menyegarkan. Areal makan ini jangan dibayangkan seperti model lesehan di Jogja melainkan berupa lapangan yang ditengah-tengahnya berjajar banyak sekali meja dan kursi dari plastik yang dikelilingi berbagai penjual masakan yang siap mengantarkan makanan dimana kita duduk. Suasana hiruk pikuk disini seolah menenggelamkan kelabu duka tsunami yang telah melanda Aceh. Kata orang-orang di sini, areal makan ini buka sampai sekitar jam 2 pagi! Wow......ternyata kehidupan malam di Aceh cukup atraktif!



Monday, February 8, 2010

Pasangan Hidup?

Malam ini belum kupejamkan mata yang mulai meredup ini. Masih kutonton acara cari jodoh yang diikuti oleh selebritis Indonesia. Yang mengejutkan si maestro tari Indonesia 'Didik Nini Thowok' pun ikut acara tersebut. Dan akhirnya beliaupun mendapatkan 'Kiki Fatmala' sebagai pasangannya. Terlepas dari sekedar skenario ataupun reality show 'asli', acara ini mendapatkan rating yang cukup tinggi dan cukup menghibur.

Berbicara soal jodoh, disaat usiaku kini yang hampir beranjak ke-26 tahun, belum terpikirkan secara serius bagiku tuk menjalin hubungan dengan seorang wanita. Kalau mau, mungkin saat ini aku tidak jomblo, tapi apa daya hati ini masih pengen sendiri menikmati masa muda dan tidak pengen direngek-rengek seorang perempuan tuk menikahinya secepat mungkin. Itulah alasan yang sering kulontarkan kepada teman-teman yang bertanya kepadaku mengapa masih jomblo. Mereka pun berkilah, 'mbok ya kamu pacaran dulu aja, biar nggak luntang-lantung sendirian'! Namun aku punya alasan tersendiri buat itu. Aku termasuk bukan tipe pria yang suka gonta-ganti cewek dan menyakiti hati mereka yang rapuh. Cukup sekali aku menyakiti hati seorang perempuan yang kuanggap tulus mencintaiku tapi tlah kusia-siakan karena keegoisan dan jiwa mudaku yang tidak ingin terikat akan komitmen!

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah orang tuamu tidak menghendaki kamu lekas nikah?
Dalam keluargaku aku dibesarkan oleh orang tua yang dua-duanya bekerja dan menurutku beliau demokratis. Kakakku sendiri yang selisih hampir 2 tahun denganku belum menikah, dan orang tuaku tidak pernah menuntutnya untuk segera menikah. Kami sebagai anak laki-laki ditegaskan untuk membangun karir terlebih dahulu. Namun ibuku pernah memberikan isyarat kalau sebaiknya menikah saat usia 27 tahun seperti usia ketika Bapak menikahi Ibu 29 tahun yang lalu.

Kalau Bapakku sering bercanda kalau di desa banyak yang menginginkan Kami berdua sebagai menantu mereka. Dan jelas mereka orang-orang terpandang di desaku. Tapi barusan Bapakku menegaskan kalau aku lebih baik berkonsentrasi dengan rencana meneruskan pendidikan S-3 ku di Luar Negeri, baru prioritas yang kedua menikah.

Terlepas dari semua tulisan di atas, aku masih menikmati kesendirianku. Aku pun dalam waktu dekat ini belum ada keberanian mental untuk menikah, walaupun dalam hati kecil ini sudah merindukan akan belaian seorang wanita yang menyayangiku apa adanya.



Sunday, January 31, 2010

Maning (episode 2)

Maning lagi, maning lagi......! Ketika awal tahun 2009 aku mulai bekerja di Jakarta, si Maning teman kosku di Jogja dulu juga mulai bekerja di Jakarta. Kayaknya dia ditakdirkan selalu membuntutiku.

Lagi-lagi si maning kumintai bantuan buat install ulang windows di laptopku, karena modem smart yang kala itu baru kubeli tidak bisa diinstall. Dia juga memperbaiki beberapa laptop temanku yang terkena virus. Maning memang ahlinya kalau masalah komputer bobrok kena virus!

Selain dia unik dan menyenangkan, namun kadangkala dia sangat menjengkelkan. Sekitar 2 bulan yang lalu aku minta si maning buat nginstall windows 7 dan aku minta dianterin ke mangga dua buat beli hardisk eksternal. Nah ketika aku sudah ke kosnya di kawasan sumur batu, Cempaka Putih ternyata dia masih tidur. Kucoba membangunkannya tapi tidak berhasil juga. Lantas aku main aja internet di komputernya yang kebetulan nyala. Berkali-kali kucoba membangunkannya, tapi dia tetap aja ogah-ogahan untuk beranjak dari peraduannya. Tak terasa sekitar 1,5 jam aku menunggunya, dia tak kunjung mau bangun tidur. Langsung saja kurekam video pakai ipod nano-ku ngrekam tingkahnya yang baru tidur sambil ku bernarasi dan kutinggalkan video rekamanku itu di desktopnya buat pesan kalau aku pamit pergi dari kosnya.

Aku tak habis pikir dengan kecuekannya. Sudah jauh2 aku datang kekosnya yang jaraknya kira2 10 km dari kosku. Akhirnya aku pergi ke mangga dua mall sendirian. Dari kejadian itu kutarik kesimpulan, kalau janjian ama si maning jangan sekali-kali janjian di kosnya. Biarkan saja dia yang datang ke kosku lain kali. Dasar maning.........!

Saturday, January 30, 2010

Petualanganku di Aceh (episode 1)

Hari itu di penghujung bulan agustus 2005 aku bersama Mr. A dan Mr. C pergi ke Bandara Adi Sutjipto untuk melakukan perjalanan ke Aceh. Sekitar jam 5 pagi aku dianter tema kosku si Y ke bandara dengan bawaan yang begitu banyak termasuk bor panjang, kardus berisi peralatan penelitian dan rangsel tentunya.

Hari itulah pertama kalinya aku check in di Bandara. Dengan tiket Lion Air yang Ekonomis kami pun ke Aceh dengan transit di Jakarta dan Medan. Sewaktu transit di Cengkareng kami sempatkan bersantai di Lounge Mewah yang menempati salah satu sudut Bandara terbesar di Indonesia.

Sebelumnya di Yogya sebelum berangkat, kami juga mampir ke salah satu Lounge di pojok ruang tunggu keberangkatan untuk sarapan pagi. Relatif cukup lama kami bersantai disitu sampai aku bolak balik ke toilet yang aku rasa cukup unik karena dindingnya yang dari kaca bening menghadap ke taman bandara sehingga sambil 'menikmati hasrat alam' bisa melihat pemandangan di luar yang menyejukkan mata.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya ada pengumuman melalui speakerphone yang terpasang disetiap sudut bandara termasuk Lounge tempat kami bersantai bahwa pesawat kami akan segera berangkat menuju Banda Aceh. Kami pun bergegas untuk boarding.

2 jam perjalanan menuju Medan, tak terasa kami sudah sampai di Polonia Medan. Namun, di Medan Kami tetap berada di dalam pesawat. Kira-kira setengah jam transit di Medan, pesawat pun take off kembali menuju Banda Aceh. Setelah hampir satu jam di udara, pilot mengumumkan kalau pesawat akan segera landing di Bandara Iskandar Muda yang dahulu bernama Bandara Blang Bintang.

Menjelang landing kulihat potret Banda Aceh pasca tsunami dari udara dikelilingi oleh Pegunungan Seulawah yang berkabut. Tak lama kemudian pesawat yang kami tumpangi berhasil landing dengan lancar. Kami pun sudah dijemput Pak Syaminuddin dari Dephut Aceh yang dulu pernah kuliah di UGM menjadi mahasiswanya Mr. A pada tahun 80-an. Kami pun segera meninggalkan bandara menuju pusat kota Banda Aceh!