22 Februari 2011, hari yang tak pernah terlupakan olehku. Kala itu aku sedang menjadi asisten Diklat Kompetensi Khas "Kreativitas dan Inovasi" untuk pejabat eselon IV Kementerian Keuangan. Usai istirahat makan siang, sekitar jam dua saat kelas sedang berlangsung tiba-tiba saja ku ditelpon oleh Kakakku yang mengabarkan kalau Ibu kecelakaan dan tidak sadarkan diri. Kakakku ditelpon oleh orang yang menolong Ibuku dengan HP m3 ibuku. Aku disuruh kakakku tuk menelpon nomor m3 Ibuku.
Aku bagai disambar petir kala itu. Hatiku tak karuan memikirkan nasib Ibuku, mana pulsa di HP habis semua. Setelah kuminta temanku mengisi pulsa HP m3 dan simpatiku, kutelpon nomor Ibuku. Ternyata benar, yang mengangkat HP Ibuku adalah seorang pria. Dia mengaku yang menolong dan menginformasikan bahwa kondisi Ibuku cukup parah.
Mendengar kata parah, pikiranku semakin kalut, banyak pikiran negatif yang memenuhi otakku saat itu. Namun, Aku berusaha untuk tetap tenang. Aku kemudian disarankan oleh teman-temanku untuk langsung pulang dan pergi ke Semarang.
Sebenarnya Bapakku melarangku untuk pulang, namun naluriku sebagai seorang anak tak mampu kubendung. Jadilah aku ke Gambir untuk membeli tiket Sembrani. Pukul 19.30 WIB kereta berangkat dari Gambir, dalam perjalanan untuk menghilangkan rasa galauku, aku menelpon Cempluk dan sms-an sama temanku.
Jam 3 lebih, Rabu 23-02-11 kujejakkan kaki di Stasiun Tawang. bapakku sudah menjemputku pintu kedatangan penumpang. Bapakku yang saat itu ditemani Pak Lek-ku Jogja langsung membawaku ke RS Telogorejo Semarang. Sesampainya di ICU, Bapakku mengetuk-ngetuk pintu ICU, namun tetap tidak diperbolehkan masuk oleh suster2 yang menjaganya.
Jam besuk yang tertera di Pintu ICU adalah jam 10.00 s.d. 12.00 WIB dan jam 17.00 s.d. 19.00 WIB. Aku pun memutuskan untuk keluar ruangan dan bersantai di Taman depan ICU. Kulihat wajah ayahku yang kecapekan, Pak Lek-ku yang tampak lesu dan tidak segar, serta sepupuku yang tampak diam membisu. Kuputuskan untuk Sholat Tahajud di Musholla yang terletak di Pojok Rumah Sakit. Kumemohon kepada-Nya agar Ibuku lekas sembuh dan diberi kekuatan tuk menjalani cobaan ini. Di Mushola kulihat seorang Pemuda yang berdoa khusyuk sekali.... Dalam benakku kuberpikir, mungkin ada salah satu anggota keluarganya yang amat dicintainya dalam kondisi kritis.
Usai Tahajud, aku dan Bapak tetap menunggu di taman sampai Subuh tiba. Tak terasa ternyata sudah hari Rabu, 23-02-2011 (bersambung).......
No comments:
Post a Comment