Pages

Sunday, December 4, 2011

Garuda Indonesia

Garuda Indonesia, maskapai penerbangan BUMN terbaik di Indonesia. Berkantor baru di kompleks Bandara Soekarno-Hatta dan menempati terminal 2F. Warna hijau membentuk logo kepala burung adalah simbolnya.

Sekarang ini Garuda Indonesia tidak lagi menjadi BUMN sakit yang menguras pundi-pundi negara. Beberapa tahun terakhir ini Garuda Indonesia sudah mencatatkan laba yang memuaskan pemerintah. Oleh karenanya, beberapa waktu lalu Garuda sudah berani melalukan IPO sahamnya dan siap menjadi perusahaan publik yang transparan dan akuntabel sebagai konsekuensinya.

Disini aku tidak ingin mengulas lebih lanjut profil garuda, tapi kuhanya sedikit bercerita tentang pengalamanku naik Garuda.
*****

Pertama kali aku naik pesawat yaitu pada tahun 2005 saat aku mau ke Banda Aceh. Kala itu aku masih berstatus mahasiswa semester 7 di Fakultas Kehutanan UGM. Bukan Garuda, maskapai yang aku coba pertama kali, melainkan Lion Air. Senang rasanya kala itu, akhirnya aku bisa naik pesawat terbang, suatu hal yang kuidam-idamkan sejak aku kecil. Periode 2005 s.d. 2008 aku hanya berkutat dengan penerbangan-penerbangan murah yang semakin sering kulakukan semakin miris aku dengan jaminan keselamatan yang ditawarkan mereka, karena dalam periode itu juga banyak terjadi kecelakaan pesawat. Lion Air, Wings Air, Adam Air (sudah almarhum), menjadi favoritku karena tiketnya yang relatif murah. Tak terbayang dalam pikiranku untuk membeli tiket Garuda Indonesia karena harganya yang relatif mahal.

Pengalaman pertama naik Garuda Indonesia kulakukan saat penerbangan ke Medan pada Juli 2009 karena ada tugas dari kantor, dan tentunya tiketnya gratis. Perbedaan signifikan kualami membandingkan pelayanan Garuda dengan penerbangan-penerbangan low cost. Dulu saat ke Banda Aceh dari Yogyakarta naik Lion tidak dikasih makan, saat naik Garuda dari Jakarta ke Medan yang lebih dekat dikasih makan siang. Jarak ruang kaki dengan kursi di depannya dalam kabin Garuda pun lebih lebar daripada kabin maskapai low cost. Ketepatan waktu yang menjadi nilai lebih Garuda juga lebih memuaskan dibandingkan maskapai-maskapai low cost yang seringkali delay.

Perjalananku ke Manado, Pekanbaru, Makassar, Jogja, Semarang, Surabaya, Malang sekarang ini lebih banyak kutempuh dengan Garuda Indonesia baik itu yang dibayarin kantor, ataupun dari kantong sendiri. Frekuensi terbangku dengan garuda yang lumayan, mendorongku untuk membuat Garuda Frequent Flyer (GFF). Sekarang aku tak lupa meminta petugas garuda memasukkan poin setiap kali aku check in di counter Garuda. Lumayan nanti bisa ditukarkan merchandise ataupun diskon-diskon lainnya.

Makanan berat yang biasanya disediakan Garuda adalah Nasi Ayam atau Nasi Ikan. Mungkin yang ke luar negeri lebih variatif, maklum belum pernah, hix....! Sedangkan minumnya ada jus instant berbagai rasa, teh, kopi, soda, ataupun air mineral. Untuk snack yang diberikan dulu kalau nggak salah ada beberapa jenis makanan kecil dan air mineral kemasan gelas kecil yang didesain khusus untuk garuda. Namun, aku agak terkejut dengan snack yang diberikan garuda saat penerbanganku november kemarin ke Jogja dan Malang yang hanya ada satu buah roti dan satu botol air mineral 'Nes***' ukuran 330 ml dengan kardus snack yang terkesan eksklusif. Tapi masih mending lah daripada tanpa snack dan makanan berat di low cost flight.

Karena selama ini aku sering terbang dengan Garuda, ketika aku dibelikan tiket dari kantor dengan penerbangan Lion Air dari Jogja ke Jakarta dengan jadwal pukul 18.50 WIB aku langsung gelisah. Yang ada dipikiranku saat itu pasti nanti delay beberapa jam, apalagi itu minggu malam saat orang-orang yang mudik akhir pekan kembali lagi ke ibukota, wah bisa tengah malam aku nyampai Jakarta. Aku pun langsung menelpon call center Lion Air untuk memajukan jadwalku lebih awal, namun jadwalku hanya berhasil dimajukan menjadi pukul 17.40 WIB, karena penerbangan-penerbangan sebelumnya sudah sold out. Aku pun harus membayar sejumlah 91 ribu untuk mengubah jadwalku itu.

Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata Lion Air yang kutumpangi saat itu tepat waktu. Di luar ekspektasiku, ON TIME! Nah Gitu dong, jangan sampai di media massa hanya ada berita delay. Salut buat Lion Air kala itu. Di tengah stigma negatif dari masyarakat tentang Lion Air, tapi maskapai ini membuat langkah fenomenal dengan melakukan perjanjian pembelian ratusan pesawat dari Boeing dengan nilai ratusan triliun rupiah, yang mana perjanjian itu disaksikan sendiri oleh Presiden Obama saat menghadiri ASEAN Summit di Bali November silam.

Pengalamanku naik Garuda Indonesia selama ini lumayan memuaskan, walaupun pernah juga terkena delay tapi tidak terlalu lama. Garuda Indonesia sebagai pemain tunggal yang fokus di full service flight tanpa kompetitor dalam negeri akankah ditumbangkan oleh maskapai dalam negeri lainnya?







No comments:

Post a Comment