Hari ini Ibuku berulang tahun ke-56, tepat usainya tugas Beliau sebagai abdi negara. Kondisi Ibu saat ini sudah cukup sehat, Beliau sudah bisa berjalan tanpa bantuan kruk walaupun masih sedikit tertatih-tatih hasil dari optimisme Beliau untuk sembuh pasca kecelakaan fatal yang hampir saja merenggut Beliau.
Ibu, InsyaAllah tahun depan engkau akan memiliki cucu pertama, seperti yang sudah lama Ibu idam-idamkan selama ini. Ibu kasihmu padaku tak bisa kubayar dengan apapun. Perjuanganmu selama ini sungguh membuatku bangga kepadamu Ibu....
Ibu ku senantiasa berdoa agar Ibu selalu diberi kesehatan dan umur panjang oleh-Nya. Semoga tahun depan Ibu bisa menunaikan ibadah haji dengan lancar dan dalam keadaan sehat walafiat.
Happy Birthday Mom....
Thursday, December 29, 2011
Monday, December 12, 2011
Rumah Impian
Sabtu, 10 Desember 2011 seperti biasanya hari libur bagi PNS pusat sepertiku. Sudah kurencanakan sebelumnya hari itu aku akan menengok rumah indenku di kawasan Jl. Ciater Raya Tangerang Selatan.
Pagi itu, aku tak langsung pergi ke Tangsel, melainkan aku pergi dulu ke Stasiun Gambir beli tiket KA Malabar Jurusan Bandung-Malang untuk tanggal 23 Desember 2011. Kebetulan rencananya pada tanggal 23 Desember aku masih di Bandung, jadi sekalian aja aku pesen tiket untuk menjenguk istriku di kampung. Lumayan kan ada cuti bersama Natal....
Usai dari Gambir langsung kugeber motorku ke Tangerang Selatan. 30 Km lebih kutempuh perjalanan menuju rumah impianku itu. Sekitar pukul 9 pagi, aku sudah sampai di kompleks perumahan itu. Betapa terkejutnya diriku, mendapati calon rumahku yang sudah berdiri hampir separo, padahal seminggu sebelumnya masih membuat pondasi. Tak lupa aku juga membawakan 10 bungkus rokok Jarum Super yang sengaja kubeli di indomaret untuk para tukang dan mandornya.
Di Lokasi calon rumahku itu yang kebetulan berada di posisi hook dengan tanah seluas 135 meter persegi plus sisi depan dan kanan rumah yang dikelilingi jalan kompleks perumahan yang lumayan lebar sekitar 7-8 m saat itu hanya kujumpai 2 tukang bernama si Agus dan si Rahmat. Tak lupa mereka kuberi rokok masing-masing satu bungkus. Sebelumnya memang aku dipesen oleh Bapakku agar aku setiap kali nengok pembangunan rumah agar membawa rokok buat para tukangnya agar mereka ngerjain rumahnya tidak asal-asalan.
Kupotret dari segala sisi rumahku yang sedang dibangun. Rencananya setiap rekam jejak pembangunan rumahku akan kuabadikan, biar kelak anak cucuku tahu gimana perjuangan ayah kakeknya tuk mempunyai sebuah rumah yang walaupun mungil tapi milik sendiri.
Membangun rumah sendiri jika dibandingkan dengan membeli rumah dari developer pasti banyak sekali perbedaannya. Aku sendiri melihat, bagaimana pembangunan pondasi rumah yang terlihat tidak begitu dalam, dan saat kutanyakan ke mandornya ternyata memang segitu standar dari pengembangnya. Kemudian batu batanya yang kecil-kecil serta besi tulangan untuk cor yang kecil-kecil yang membuatku semakin khawatir dengan kualitas rumah itu. Namun, yang sedikit membuat hatiku agak tenang, contoh beberapa rumah yang sudah jadi ternyata finishingnya nampak luar tidak begitu mengecewakan dan relatif rapi. Beberapa titik pondasi, tepatnya 9 titik yang kupesan untuk di pondasi cakar ayam untuk mengantisipasi rencana penambahan lantai bangunan rumahku pada masa mendatang. Aku juga sedikit ragu dengan kualitas pondasi cakar ayamnya seharga 450 ribu per titiknya, walaupun besinya sudah menggunakan ukuran 12mm. Berpikir positif sajalah, semoga pondasinya benar-benar kuat.
Kira-kira setengah jam lamanya aku berada di proyek perumahan itu. Aku kemudian menuju perumahan tetangga tepatnya di Serp*** Est*** untuk berkunjung di rumah temanku semasa kuliah.
*********
Perumahan dimana tempat tinggal teman kuliahku itu terletak kira-kira sekitar 1,5 km ke arah barat dari perumahanku. Perumahan ini mempunyai model yang kesemuanya rumah 2 lantai. Kebetulan temanku mengambil rumah 2 lantai dengan luas bangunan 75 meter persegi dan luas tanah 90 meter persegi. Ku lihat kualitas bangunannya bagus, setting ruang per ruangnya juga bagus. Ada dua kamar tidur, satu di lantai satu, dan satu lagi yang lebih luas dan dilengkapi kamar mandi dalam di lantai dua. Yang membuatku kurang sreg hanya lokasinya yang tidak di hook melainkan diapit rumah dengan tipe yang sama di kanan kirinya. Letak perumahannya yang nyempil masuk ke suatu gang dari jalan Ciater Raya juga membuatku kurang sreg. Menurutku walaupun perumahannya cukup mentereng kalau sudah mblesek ke suatu gang akan mengurangi gengsinya, he he....
Temanku itu juga menawariku untuk dikenalkan ke marketing perumahannya, kalau aku berminat mempunyai rumah di kawasan itu. Saat itu aku memang tidak memberitahunya jika aku sudah inden rumah di perumahan tetangga. Aku besok ingin membuat surprise kepadanya mengundang ke rumahku jika sudah jadi dan sudah ada isinya tentunya, he he...... (mau pamer ceritanya, hix...).
Sewaktu aku kecil kutak pernah bercita-cita untuk mempunyai rumah mungil di perumahan. Dulu aku selalu bercita-cita mempunyai rumah besar dengan halaman luas yang kudesain sendiri. Dulu aku sering sekali menggambar denah-denah rumah dengan berbagai model layaknya seorang arsitek. Aku yang dibesarkan di desa dengan rumah dan halaman yang luas dengan hamparan sawah menghijau luas, sekarang harus hidup di kota megapolitan dengan keterbatasan lahan yangh membuat harga tanah selangit dan kuhanya mampu membeli di pinggiran Jalarta dan itupun dengan harga yang sudah sangat merongrong tabunganku dan tidak terelakkan untuk pinjam uang ke Ibuku untuk melunasi uang mukanya yang hampir seratus juta,
Semoga rumah yang sudah menjadi pilihanku dan istriku itu akan membuat keluarga kami nyaman tinggal di dalamnya. Amin!
Pagi itu, aku tak langsung pergi ke Tangsel, melainkan aku pergi dulu ke Stasiun Gambir beli tiket KA Malabar Jurusan Bandung-Malang untuk tanggal 23 Desember 2011. Kebetulan rencananya pada tanggal 23 Desember aku masih di Bandung, jadi sekalian aja aku pesen tiket untuk menjenguk istriku di kampung. Lumayan kan ada cuti bersama Natal....
Usai dari Gambir langsung kugeber motorku ke Tangerang Selatan. 30 Km lebih kutempuh perjalanan menuju rumah impianku itu. Sekitar pukul 9 pagi, aku sudah sampai di kompleks perumahan itu. Betapa terkejutnya diriku, mendapati calon rumahku yang sudah berdiri hampir separo, padahal seminggu sebelumnya masih membuat pondasi. Tak lupa aku juga membawakan 10 bungkus rokok Jarum Super yang sengaja kubeli di indomaret untuk para tukang dan mandornya.
Di Lokasi calon rumahku itu yang kebetulan berada di posisi hook dengan tanah seluas 135 meter persegi plus sisi depan dan kanan rumah yang dikelilingi jalan kompleks perumahan yang lumayan lebar sekitar 7-8 m saat itu hanya kujumpai 2 tukang bernama si Agus dan si Rahmat. Tak lupa mereka kuberi rokok masing-masing satu bungkus. Sebelumnya memang aku dipesen oleh Bapakku agar aku setiap kali nengok pembangunan rumah agar membawa rokok buat para tukangnya agar mereka ngerjain rumahnya tidak asal-asalan.
Kupotret dari segala sisi rumahku yang sedang dibangun. Rencananya setiap rekam jejak pembangunan rumahku akan kuabadikan, biar kelak anak cucuku tahu gimana perjuangan ayah kakeknya tuk mempunyai sebuah rumah yang walaupun mungil tapi milik sendiri.
Membangun rumah sendiri jika dibandingkan dengan membeli rumah dari developer pasti banyak sekali perbedaannya. Aku sendiri melihat, bagaimana pembangunan pondasi rumah yang terlihat tidak begitu dalam, dan saat kutanyakan ke mandornya ternyata memang segitu standar dari pengembangnya. Kemudian batu batanya yang kecil-kecil serta besi tulangan untuk cor yang kecil-kecil yang membuatku semakin khawatir dengan kualitas rumah itu. Namun, yang sedikit membuat hatiku agak tenang, contoh beberapa rumah yang sudah jadi ternyata finishingnya nampak luar tidak begitu mengecewakan dan relatif rapi. Beberapa titik pondasi, tepatnya 9 titik yang kupesan untuk di pondasi cakar ayam untuk mengantisipasi rencana penambahan lantai bangunan rumahku pada masa mendatang. Aku juga sedikit ragu dengan kualitas pondasi cakar ayamnya seharga 450 ribu per titiknya, walaupun besinya sudah menggunakan ukuran 12mm. Berpikir positif sajalah, semoga pondasinya benar-benar kuat.
Kira-kira setengah jam lamanya aku berada di proyek perumahan itu. Aku kemudian menuju perumahan tetangga tepatnya di Serp*** Est*** untuk berkunjung di rumah temanku semasa kuliah.
*********
Perumahan dimana tempat tinggal teman kuliahku itu terletak kira-kira sekitar 1,5 km ke arah barat dari perumahanku. Perumahan ini mempunyai model yang kesemuanya rumah 2 lantai. Kebetulan temanku mengambil rumah 2 lantai dengan luas bangunan 75 meter persegi dan luas tanah 90 meter persegi. Ku lihat kualitas bangunannya bagus, setting ruang per ruangnya juga bagus. Ada dua kamar tidur, satu di lantai satu, dan satu lagi yang lebih luas dan dilengkapi kamar mandi dalam di lantai dua. Yang membuatku kurang sreg hanya lokasinya yang tidak di hook melainkan diapit rumah dengan tipe yang sama di kanan kirinya. Letak perumahannya yang nyempil masuk ke suatu gang dari jalan Ciater Raya juga membuatku kurang sreg. Menurutku walaupun perumahannya cukup mentereng kalau sudah mblesek ke suatu gang akan mengurangi gengsinya, he he....
Temanku itu juga menawariku untuk dikenalkan ke marketing perumahannya, kalau aku berminat mempunyai rumah di kawasan itu. Saat itu aku memang tidak memberitahunya jika aku sudah inden rumah di perumahan tetangga. Aku besok ingin membuat surprise kepadanya mengundang ke rumahku jika sudah jadi dan sudah ada isinya tentunya, he he...... (mau pamer ceritanya, hix...).
Sewaktu aku kecil kutak pernah bercita-cita untuk mempunyai rumah mungil di perumahan. Dulu aku selalu bercita-cita mempunyai rumah besar dengan halaman luas yang kudesain sendiri. Dulu aku sering sekali menggambar denah-denah rumah dengan berbagai model layaknya seorang arsitek. Aku yang dibesarkan di desa dengan rumah dan halaman yang luas dengan hamparan sawah menghijau luas, sekarang harus hidup di kota megapolitan dengan keterbatasan lahan yangh membuat harga tanah selangit dan kuhanya mampu membeli di pinggiran Jalarta dan itupun dengan harga yang sudah sangat merongrong tabunganku dan tidak terelakkan untuk pinjam uang ke Ibuku untuk melunasi uang mukanya yang hampir seratus juta,
Semoga rumah yang sudah menjadi pilihanku dan istriku itu akan membuat keluarga kami nyaman tinggal di dalamnya. Amin!
Wednesday, December 7, 2011
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2011
Saat kubuka website Lembaga Transparency International siang tadi, aku sedikit mendapat surprise, ternyata Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2011 Negara-negara di Dunia telah dilansir awal Desember 2011. Indonesia mengalami sedikit kemajuan dalam hal ini. Indonesia berhasil naik posisinya menjadi ranking 100 dari 182 negara yang disurvei. Lumayan, naik 10 peringkat dari tahun lalu yang bertengger di posisi 110 dari 178 negara.
Posisi Indonesia yang dinilai IPK-nya oleh lembaga independen semacam Transparency International tak bisa dilepaskan dari 'budaya' korupsi yang sudah begitu mendarah daging dan mengena ke hampir semua lapisan masyarakat. Bahkan berita minggu ini di televisi yang hangat membahas PNS muda dengan tabungan, deposito, ataupun asuransi bernilai milyaran rupiah yang jelas kekayaan sebesar itu tidak bisa mereka raih tanpa korupsi, kecuali mereka mendapat warisan dari orang tuanya yang kaya. Hal ini menepis anggapan bahwa korupsi hanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah berumur ataupun senior-senior yang sudah berpengalaman.
Keberadaan KPK sebagai benteng terakhir yang masih dipercaya masyarakat untuk memerangi korupsi sangat-sangat harus dijaga independensinya. Terpilihnya Abraham Samad sebagai pemimpin baru KPK yang mempunyai track record bersih dan tidak terkait dengan partai manapun memberikan harapan yang besar bagi bangsa ini dalam memberantas korupsi yang sudah merusak segala sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Maju Terus KPK!
Posisi Indonesia yang dinilai IPK-nya oleh lembaga independen semacam Transparency International tak bisa dilepaskan dari 'budaya' korupsi yang sudah begitu mendarah daging dan mengena ke hampir semua lapisan masyarakat. Bahkan berita minggu ini di televisi yang hangat membahas PNS muda dengan tabungan, deposito, ataupun asuransi bernilai milyaran rupiah yang jelas kekayaan sebesar itu tidak bisa mereka raih tanpa korupsi, kecuali mereka mendapat warisan dari orang tuanya yang kaya. Hal ini menepis anggapan bahwa korupsi hanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah berumur ataupun senior-senior yang sudah berpengalaman.
Keberadaan KPK sebagai benteng terakhir yang masih dipercaya masyarakat untuk memerangi korupsi sangat-sangat harus dijaga independensinya. Terpilihnya Abraham Samad sebagai pemimpin baru KPK yang mempunyai track record bersih dan tidak terkait dengan partai manapun memberikan harapan yang besar bagi bangsa ini dalam memberantas korupsi yang sudah merusak segala sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Maju Terus KPK!
Sunday, December 4, 2011
Garuda Indonesia
Garuda Indonesia, maskapai penerbangan BUMN terbaik di Indonesia. Berkantor baru di kompleks Bandara Soekarno-Hatta dan menempati terminal 2F. Warna hijau membentuk logo kepala burung adalah simbolnya.
Sekarang ini Garuda Indonesia tidak lagi menjadi BUMN sakit yang menguras pundi-pundi negara. Beberapa tahun terakhir ini Garuda Indonesia sudah mencatatkan laba yang memuaskan pemerintah. Oleh karenanya, beberapa waktu lalu Garuda sudah berani melalukan IPO sahamnya dan siap menjadi perusahaan publik yang transparan dan akuntabel sebagai konsekuensinya.
Disini aku tidak ingin mengulas lebih lanjut profil garuda, tapi kuhanya sedikit bercerita tentang pengalamanku naik Garuda.
*****
Pertama kali aku naik pesawat yaitu pada tahun 2005 saat aku mau ke Banda Aceh. Kala itu aku masih berstatus mahasiswa semester 7 di Fakultas Kehutanan UGM. Bukan Garuda, maskapai yang aku coba pertama kali, melainkan Lion Air. Senang rasanya kala itu, akhirnya aku bisa naik pesawat terbang, suatu hal yang kuidam-idamkan sejak aku kecil. Periode 2005 s.d. 2008 aku hanya berkutat dengan penerbangan-penerbangan murah yang semakin sering kulakukan semakin miris aku dengan jaminan keselamatan yang ditawarkan mereka, karena dalam periode itu juga banyak terjadi kecelakaan pesawat. Lion Air, Wings Air, Adam Air (sudah almarhum), menjadi favoritku karena tiketnya yang relatif murah. Tak terbayang dalam pikiranku untuk membeli tiket Garuda Indonesia karena harganya yang relatif mahal.
Pengalaman pertama naik Garuda Indonesia kulakukan saat penerbangan ke Medan pada Juli 2009 karena ada tugas dari kantor, dan tentunya tiketnya gratis. Perbedaan signifikan kualami membandingkan pelayanan Garuda dengan penerbangan-penerbangan low cost. Dulu saat ke Banda Aceh dari Yogyakarta naik Lion tidak dikasih makan, saat naik Garuda dari Jakarta ke Medan yang lebih dekat dikasih makan siang. Jarak ruang kaki dengan kursi di depannya dalam kabin Garuda pun lebih lebar daripada kabin maskapai low cost. Ketepatan waktu yang menjadi nilai lebih Garuda juga lebih memuaskan dibandingkan maskapai-maskapai low cost yang seringkali delay.
Perjalananku ke Manado, Pekanbaru, Makassar, Jogja, Semarang, Surabaya, Malang sekarang ini lebih banyak kutempuh dengan Garuda Indonesia baik itu yang dibayarin kantor, ataupun dari kantong sendiri. Frekuensi terbangku dengan garuda yang lumayan, mendorongku untuk membuat Garuda Frequent Flyer (GFF). Sekarang aku tak lupa meminta petugas garuda memasukkan poin setiap kali aku check in di counter Garuda. Lumayan nanti bisa ditukarkan merchandise ataupun diskon-diskon lainnya.
Makanan berat yang biasanya disediakan Garuda adalah Nasi Ayam atau Nasi Ikan. Mungkin yang ke luar negeri lebih variatif, maklum belum pernah, hix....! Sedangkan minumnya ada jus instant berbagai rasa, teh, kopi, soda, ataupun air mineral. Untuk snack yang diberikan dulu kalau nggak salah ada beberapa jenis makanan kecil dan air mineral kemasan gelas kecil yang didesain khusus untuk garuda. Namun, aku agak terkejut dengan snack yang diberikan garuda saat penerbanganku november kemarin ke Jogja dan Malang yang hanya ada satu buah roti dan satu botol air mineral 'Nes***' ukuran 330 ml dengan kardus snack yang terkesan eksklusif. Tapi masih mending lah daripada tanpa snack dan makanan berat di low cost flight.
Karena selama ini aku sering terbang dengan Garuda, ketika aku dibelikan tiket dari kantor dengan penerbangan Lion Air dari Jogja ke Jakarta dengan jadwal pukul 18.50 WIB aku langsung gelisah. Yang ada dipikiranku saat itu pasti nanti delay beberapa jam, apalagi itu minggu malam saat orang-orang yang mudik akhir pekan kembali lagi ke ibukota, wah bisa tengah malam aku nyampai Jakarta. Aku pun langsung menelpon call center Lion Air untuk memajukan jadwalku lebih awal, namun jadwalku hanya berhasil dimajukan menjadi pukul 17.40 WIB, karena penerbangan-penerbangan sebelumnya sudah sold out. Aku pun harus membayar sejumlah 91 ribu untuk mengubah jadwalku itu.
Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata Lion Air yang kutumpangi saat itu tepat waktu. Di luar ekspektasiku, ON TIME! Nah Gitu dong, jangan sampai di media massa hanya ada berita delay. Salut buat Lion Air kala itu. Di tengah stigma negatif dari masyarakat tentang Lion Air, tapi maskapai ini membuat langkah fenomenal dengan melakukan perjanjian pembelian ratusan pesawat dari Boeing dengan nilai ratusan triliun rupiah, yang mana perjanjian itu disaksikan sendiri oleh Presiden Obama saat menghadiri ASEAN Summit di Bali November silam.
Pengalamanku naik Garuda Indonesia selama ini lumayan memuaskan, walaupun pernah juga terkena delay tapi tidak terlalu lama. Garuda Indonesia sebagai pemain tunggal yang fokus di full service flight tanpa kompetitor dalam negeri akankah ditumbangkan oleh maskapai dalam negeri lainnya?
Sekarang ini Garuda Indonesia tidak lagi menjadi BUMN sakit yang menguras pundi-pundi negara. Beberapa tahun terakhir ini Garuda Indonesia sudah mencatatkan laba yang memuaskan pemerintah. Oleh karenanya, beberapa waktu lalu Garuda sudah berani melalukan IPO sahamnya dan siap menjadi perusahaan publik yang transparan dan akuntabel sebagai konsekuensinya.
Disini aku tidak ingin mengulas lebih lanjut profil garuda, tapi kuhanya sedikit bercerita tentang pengalamanku naik Garuda.
*****
Pertama kali aku naik pesawat yaitu pada tahun 2005 saat aku mau ke Banda Aceh. Kala itu aku masih berstatus mahasiswa semester 7 di Fakultas Kehutanan UGM. Bukan Garuda, maskapai yang aku coba pertama kali, melainkan Lion Air. Senang rasanya kala itu, akhirnya aku bisa naik pesawat terbang, suatu hal yang kuidam-idamkan sejak aku kecil. Periode 2005 s.d. 2008 aku hanya berkutat dengan penerbangan-penerbangan murah yang semakin sering kulakukan semakin miris aku dengan jaminan keselamatan yang ditawarkan mereka, karena dalam periode itu juga banyak terjadi kecelakaan pesawat. Lion Air, Wings Air, Adam Air (sudah almarhum), menjadi favoritku karena tiketnya yang relatif murah. Tak terbayang dalam pikiranku untuk membeli tiket Garuda Indonesia karena harganya yang relatif mahal.
Pengalaman pertama naik Garuda Indonesia kulakukan saat penerbangan ke Medan pada Juli 2009 karena ada tugas dari kantor, dan tentunya tiketnya gratis. Perbedaan signifikan kualami membandingkan pelayanan Garuda dengan penerbangan-penerbangan low cost. Dulu saat ke Banda Aceh dari Yogyakarta naik Lion tidak dikasih makan, saat naik Garuda dari Jakarta ke Medan yang lebih dekat dikasih makan siang. Jarak ruang kaki dengan kursi di depannya dalam kabin Garuda pun lebih lebar daripada kabin maskapai low cost. Ketepatan waktu yang menjadi nilai lebih Garuda juga lebih memuaskan dibandingkan maskapai-maskapai low cost yang seringkali delay.
Perjalananku ke Manado, Pekanbaru, Makassar, Jogja, Semarang, Surabaya, Malang sekarang ini lebih banyak kutempuh dengan Garuda Indonesia baik itu yang dibayarin kantor, ataupun dari kantong sendiri. Frekuensi terbangku dengan garuda yang lumayan, mendorongku untuk membuat Garuda Frequent Flyer (GFF). Sekarang aku tak lupa meminta petugas garuda memasukkan poin setiap kali aku check in di counter Garuda. Lumayan nanti bisa ditukarkan merchandise ataupun diskon-diskon lainnya.
Makanan berat yang biasanya disediakan Garuda adalah Nasi Ayam atau Nasi Ikan. Mungkin yang ke luar negeri lebih variatif, maklum belum pernah, hix....! Sedangkan minumnya ada jus instant berbagai rasa, teh, kopi, soda, ataupun air mineral. Untuk snack yang diberikan dulu kalau nggak salah ada beberapa jenis makanan kecil dan air mineral kemasan gelas kecil yang didesain khusus untuk garuda. Namun, aku agak terkejut dengan snack yang diberikan garuda saat penerbanganku november kemarin ke Jogja dan Malang yang hanya ada satu buah roti dan satu botol air mineral 'Nes***' ukuran 330 ml dengan kardus snack yang terkesan eksklusif. Tapi masih mending lah daripada tanpa snack dan makanan berat di low cost flight.
Karena selama ini aku sering terbang dengan Garuda, ketika aku dibelikan tiket dari kantor dengan penerbangan Lion Air dari Jogja ke Jakarta dengan jadwal pukul 18.50 WIB aku langsung gelisah. Yang ada dipikiranku saat itu pasti nanti delay beberapa jam, apalagi itu minggu malam saat orang-orang yang mudik akhir pekan kembali lagi ke ibukota, wah bisa tengah malam aku nyampai Jakarta. Aku pun langsung menelpon call center Lion Air untuk memajukan jadwalku lebih awal, namun jadwalku hanya berhasil dimajukan menjadi pukul 17.40 WIB, karena penerbangan-penerbangan sebelumnya sudah sold out. Aku pun harus membayar sejumlah 91 ribu untuk mengubah jadwalku itu.
Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata Lion Air yang kutumpangi saat itu tepat waktu. Di luar ekspektasiku, ON TIME! Nah Gitu dong, jangan sampai di media massa hanya ada berita delay. Salut buat Lion Air kala itu. Di tengah stigma negatif dari masyarakat tentang Lion Air, tapi maskapai ini membuat langkah fenomenal dengan melakukan perjanjian pembelian ratusan pesawat dari Boeing dengan nilai ratusan triliun rupiah, yang mana perjanjian itu disaksikan sendiri oleh Presiden Obama saat menghadiri ASEAN Summit di Bali November silam.
Pengalamanku naik Garuda Indonesia selama ini lumayan memuaskan, walaupun pernah juga terkena delay tapi tidak terlalu lama. Garuda Indonesia sebagai pemain tunggal yang fokus di full service flight tanpa kompetitor dalam negeri akankah ditumbangkan oleh maskapai dalam negeri lainnya?
Wednesday, September 21, 2011
Malam Pertamaku
Malam ini, 21 September 2011 adalah malam pertamaku sebagai seorang suami. Malam ini cempluk resmi kupersunting dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang Rp2.292.011 dibayar tunai.
Rasa deg-degan dan gemetar saat mengucap akad sirna sudah saat ini. Buku nikah sudah di tangan, cincin emas putih bertahtakan berlian sudah tersemat di jari manis tanganku maupun cempluk.
Malam ini ku masih tidur sendiri di kamar rumahnya Cempluk sendirian, karena dia mau melewatkan malam ini dengan tidur bersama adik-adiknya toh dia tadi pagi baru 'kedatangan tamu'.
Status yang ku-upload di FB membuat banyak temanku terkejut seolah tak percaya aku berani nikah.
Alhamdulillah tadi akadnya lancar tanpa sepatah kata pun keseleo dari lidahku.
Semoga lancarnya akad tadi, menjadi pertanda yang baik bagi mahligai rumah tangga kami ke depan. Amin!
Rasa deg-degan dan gemetar saat mengucap akad sirna sudah saat ini. Buku nikah sudah di tangan, cincin emas putih bertahtakan berlian sudah tersemat di jari manis tanganku maupun cempluk.
Malam ini ku masih tidur sendiri di kamar rumahnya Cempluk sendirian, karena dia mau melewatkan malam ini dengan tidur bersama adik-adiknya toh dia tadi pagi baru 'kedatangan tamu'.
Status yang ku-upload di FB membuat banyak temanku terkejut seolah tak percaya aku berani nikah.
Alhamdulillah tadi akadnya lancar tanpa sepatah kata pun keseleo dari lidahku.
Semoga lancarnya akad tadi, menjadi pertanda yang baik bagi mahligai rumah tangga kami ke depan. Amin!
Sunday, September 4, 2011
Tokopedia
Toko online ini kutemukan tidak sengaja saat surfing di dunia maya. Toko online ini merupakan 'rumah' dari berbagai macam penjual. Tokopedia disini bertindak sebagai perantara antara penjual yang sesungguhnya dengan pembeli. Jadi penjual dan pembeli dijembatani dengan website Tokopedia. Tokopedia hanya menyediakan sistem transaksi, administrasinya, dan sebagai etalase produk dari berbagai penjual. Menurut pengamatanku, sistem transaksi yang disediakan oleh Tokopedia sangat bagus, aman, dan memudahkan interaksi antara penjual dan pembeli.
Untuk bisa membeli barang di Tokopedia kita harus mendaftar sebagai anggota. Kita akan diminta mengisikan biodata, alamat rumah, nomor rekening bank (kusarankan lebih baik kita mencantumkan rekening Bank Mandiri atau BCA untuk memudahkan transaksi).
Tipsnya, Jika kita mencari suatu produk yang branded pastikan jangan hanya melihat di satu toko saja, tapi lebih jelilah melihat di etalase toko-toko lainnya yang ada di Tokopedia karena seringkali harganya selisih jauh meski barang yang dijual sama persis.
Ada beberapa pengalamanku yang menurutku perlu ku-share. Saat aku memesan sebuah micro sim cutter, sudah kutransfer sejumlah 130-an ribu rupiah, ternyata penjualnya sudah tidak eksis lagi. Nah, diemailku langsung mendapat konfirmasi kalau uangku sudah dipindahkan di deposit account-ku di Tokopedia. Kemudian, dari depositku di Tokopedia aku melakukan withdrawal untuk mentransfer uangku kembali ke rekening mandiri. Jadi, dengan kejadian ini aku semakin yakin kalau sistem transaksi di Tokopedia menjamin pembelinya untuk tidak tertipu dengan penjual abal-abal dan tetap aman uang yang telah ditransfer, karena uang yang ditransfer tidak langsung masuk ke rekening penjual melainkan ke rekening Tokopedia terlebih dahulu.
Dalam bertransaksi di Tokopedia, aku menggunakan internet banking Mandiri, jadi transaksi yang kulakukan bisa lebih cepat di-approve pihak Tokopedia.
Nah soal cerita pembelian micro sim cutter-ku yang gagal ternyata ada hikmahnya. Setelah aku cari2 lagi penjual di Tokopedia ternyata ada penjual yang lebih murah menawarkan micro sim cutter dan dengan merek yang sama pula seharga 69 ribu dan jadi 75 ribu termasuk ongkos kirim. Wah untung yang pertama itu gagal, jadi dapet yang lebih murah, dan lebih bagusnya, penjualnya mengirimkan barangnya sangat cepat hanya satu hari sejak transaksi sudah sampai di rumah. Penjualnya juga memberikan informasi lewat sms mengenai pengiriman barang pesanananku jadinya tidak khawatir akan kepastian pengirimannya.
Oiya kita bisa memilih kurir pengirimannya, memakai JNE atau TiKi. Saat transaksi itu pula kita diminta memasukkan alamat pengiriman, bisa tidak sama dengan alamat rumah, nanti secara otomatis akan dikalkulasi oleh sistem berapa ongkos kirim yang harus kita tambahkan dalam transfer.
Aku sangat merekomendasikan Tokopedia untuk berbelanja online, tapi kita perlu jeli memilih penjual yang benar-benar menjual barang berkualitas dengan harga terbaik.
Cerita di Balik Arus Balik 2011
Daripada bengong ngeliat macet dan bete nggak nyampai2 mending aku nulis aja di blog cengeng ini.
Nusantara dengan kode NS 04, kelas Super Eksekutif Jurusan Kudus-Lebakbulus membawaku dari Pool Kudus pukul 5 sore lebih dikit kemarin. Pagi ini sampai pukul 7 lebih, bus ini belum sampai juga Tol Cikampek, apalagi Jakarta, masih Jauh..........!
Kayaknya Pamanukan sebentar lagi di depan mata. Oh arus balik hari ini sangat padat sekali. Sejak dari alas roban di Batang sampai di Subang ini, Bus-bus, Mobil2 pribadi, bahkan sepeda motor, beradu menjadi yang paling cepat. Bus yang kutumpangi ini pun tak jarang mengambil jalur di kanan separator arah yang berlawanan karena tak tahan dengan macet yang menggila.
Sepanjang jalan pun kulihat antrean sepeda motor yang mengular di SPBU-SPBU. Masjid-masjid di pinggir jalan yang menjadi pasar dadakan menyambut para pemudik yang mampir tuk mengingat Yang Kuasa. Penjual-penjual dadakan pun banyak dijumpai di sepanjang Pantura ini dengan jualan 'khas'nya yaitu mie instan siap saji.
Tak lupa di sepanjang perjalanan yang membosankan dan membuat pantatku panas dan pegal, kuamati gerak-gerik penumpang di sekitarku.
1. Di bus ini tempat duduknya 2 - 1 dengan bangku yang relatif lebar dan jarak yang lebar pula. Biasanya aku dipesankan ibuku, yang bangku satu tidak ada jejerannya, namun karena habis jadilah aku di bangku nomor 6B , satu-satunya bangku tersisa yang berjejeran dengan bangku 6C yang ditempati seorang wanita. Ku hanya berbicara sekali dengan wanita itu saat aku mau duduk masuk ke dalam Bus, "Permisi Mbak!", sapaku. Kulihat dia lagi asik mendengarkan musik dengan headsetnya. Hal itu yang membuatku sungkan untuk bertanya maupun mengobrol dengannya. Di sepanjang perjalanan pun dia tak mencoba mengobrol denganku, sangat dingin, aku pun cuek padanya.
2. Perempuan gendut yang sudah bisa kupastikan BMI-nya > 30 itu pagi ini gelisah sekali. Dari tadi malam saat naik di Agen Semarang, aku udah bisa menebak karakternya, pasti gendut aktif atau hiperaktif? He he..... Sesaat setelah duduk di bus-pun dia sudah usreg, kayak nggak tenang. Kulihat di sering asik dengan facebook di iPhonenya ataupun telpon dengan keluarganya. Tengah malam di saat yang lain tidur, sempat-sempatnya dia ke toilet, aku pun segera berburuk sangka "APA MUAT YA TOILET SEKECIL ITU BAGINYA, JANGAN-JANGAN NANTI DIA NGGAK BISA KELUAR DAN TERJEBAK DI DALAMNYA". Kelmbali ke gelisahnya dia pagi ini, pukul 4 lebih ketika aku bangun dari tidurku, dia gelisah dan sempat ngomong ke Kru Bus, "Waduh Pak, ketinggalan pesawat nih!". Pikirku ngapain dia naik bus ke Jakarta terus ganti naik pesawat, kan tau sendiri situasi mudik kayak gini nggak bisa ditebak situasi jalanan, dan pastinya lebih sering macetnya. Kalau mau agak aman ya milih kereta, atau Garuda aja yang lebih praktis dan on time. Memang untuk mudik lebaran perlu perencanaan yang matang soal pilihan sarana transportasi.
Si gendut berusaha menghubungi call service Lion Air, pesawat yang seharusnya ditumpanginya pagi ini, namun lagi-lagi malah pulsanya abis. Kudengar dia menghubungi seseorang tuk mengisikan pulsanya. Ternyata call service Lion Air yang kudengar darinya bukanya pukul 8 pagi. Orang gendut memang biasanya lucu tingkahnya.....
3. Seorang pemuda berperawakan tidak lebih tinggi dariku yang duduk di depan si Gendut punya cerita lain. Kuamati semalaman ini sampai pagi ini mungkin udah 5 kali dia ke toilet, padahal aku hanya sekali dan itu pun sangat tersiksa karena pipisku jadi tersendat-sendat kena goncangan bus yang kadang cepat kadang berhenti mendadak dan aku pun butuh waktu paling tidak 5 menit lebih untuk menyelesaikan hajat kecilku itu seusai subuh. Anehnya dia kok kayaknya menikmati sering ke toilet. Bagusnya dia memang sering minum dan tidak takut kebelet seperti diriku.
Dia juga sering banget bertelepon ria sepanjang malam dan pagi ini. Bahkan, tadi malam saat turun untuk makan malam, telepon genggam tak sedetik pun lepas dari kupingnya. Malam saat yang lain sudah terbuai mimpi, dia masih asik bertelepon ria, kudengarkan sepintas bukan bertelpon sama pacar atau istrinya melainkan koleganya menurutku. Padahal aku yang bertelpon dengan calon istriku saja nggak kuat lama-lama, soalnya panas di kuping.
4. Pasangan Muda mudi yang duduk di depanku terlihat sangat tenang. Saat mereka naik di Agen Semarang Barat, aku tertarik derngan bantal leher yang dikalungkan di leher si perempuan. Semacam bantal melengkung berisikan udara sepertinya yang bisa untuk sandaran tidur yang lebih nyaman daripada bantal yang tersedia di masing-masing kursi. Si Pemuda tak kalah necis, walaupun berkulit hitam dan bongsor, dia cukup necis dengan rambutnya yang penuh jel dengan gaya mohawk berjaket merah dengan tulisan tim sepakbola Inggris favoritnya mungkin 'ARSENAL'. Pasangan ini tak banyak tingkah seperti halnya sebelahku yang saat kutulis blog ini pun dia sedang tidur.
Oiya saat berhenti di Agen Nusantara Semarang yang pertama, aku membeli 2 buah lumpia, padahal sebelumnya aku menolaknya. Karena penumpang di belakangku membeli empat buah seharga 12 ribu dan sudah dari dulu aku penasaran dengan rasa lumpia yang ditawarkan setiap kali bus berhenti di agen itu. Kubeli 2 buah seharga 6000 rupiah. Aku semula berniat menawari sebelahku tapi karena aku sungkan dan sudah kutebak pasti jika dalam perjalanan ini seringkali penumpang sebelah kita menolak makanan yang kita tawarkan untuk mewaspadai pembiusan, karena modus semacam itu sering terjadi. Apa aku ada modal tampang pembius ya, he he......
Berita kecelakaan pedangdut Saiful Jamil sabtu kemarin di tol padalarang yang menewaskan istri kesayangannya juga mewarnai arus balik tahun ini. Arus balik tahun ini kayaknya memang terkonsentrasi di hari sabtu dan minggu ini. Semua berita di portal online menyiarkan kemacetan di mana-mana, nggak hanya di Pantura, di Jalur Selatan pun terjadi kemacetan parah terutama di Nagrek.
Waduh jam 8.19 kok belum sampai tol cikampek juga ya, padahal udah lebih dari setengah jam kutulis blog ini. Jam berapa ini ntar nyampai kos........??????
(update) aku mendengar telepon si gendut sebelum koposting tulisan ini, kalau pesawatnya pukul 12.30 dan mungkin nggak kekejar, dan dia minta diundurin flight-nya dengan konsekuensi nambah 800 ribu katanya. Aku memang pandai mencuri dengar, hix....
Nusantara dengan kode NS 04, kelas Super Eksekutif Jurusan Kudus-Lebakbulus membawaku dari Pool Kudus pukul 5 sore lebih dikit kemarin. Pagi ini sampai pukul 7 lebih, bus ini belum sampai juga Tol Cikampek, apalagi Jakarta, masih Jauh..........!
Kayaknya Pamanukan sebentar lagi di depan mata. Oh arus balik hari ini sangat padat sekali. Sejak dari alas roban di Batang sampai di Subang ini, Bus-bus, Mobil2 pribadi, bahkan sepeda motor, beradu menjadi yang paling cepat. Bus yang kutumpangi ini pun tak jarang mengambil jalur di kanan separator arah yang berlawanan karena tak tahan dengan macet yang menggila.
Sepanjang jalan pun kulihat antrean sepeda motor yang mengular di SPBU-SPBU. Masjid-masjid di pinggir jalan yang menjadi pasar dadakan menyambut para pemudik yang mampir tuk mengingat Yang Kuasa. Penjual-penjual dadakan pun banyak dijumpai di sepanjang Pantura ini dengan jualan 'khas'nya yaitu mie instan siap saji.
Tak lupa di sepanjang perjalanan yang membosankan dan membuat pantatku panas dan pegal, kuamati gerak-gerik penumpang di sekitarku.
1. Di bus ini tempat duduknya 2 - 1 dengan bangku yang relatif lebar dan jarak yang lebar pula. Biasanya aku dipesankan ibuku, yang bangku satu tidak ada jejerannya, namun karena habis jadilah aku di bangku nomor 6B , satu-satunya bangku tersisa yang berjejeran dengan bangku 6C yang ditempati seorang wanita. Ku hanya berbicara sekali dengan wanita itu saat aku mau duduk masuk ke dalam Bus, "Permisi Mbak!", sapaku. Kulihat dia lagi asik mendengarkan musik dengan headsetnya. Hal itu yang membuatku sungkan untuk bertanya maupun mengobrol dengannya. Di sepanjang perjalanan pun dia tak mencoba mengobrol denganku, sangat dingin, aku pun cuek padanya.
2. Perempuan gendut yang sudah bisa kupastikan BMI-nya > 30 itu pagi ini gelisah sekali. Dari tadi malam saat naik di Agen Semarang, aku udah bisa menebak karakternya, pasti gendut aktif atau hiperaktif? He he..... Sesaat setelah duduk di bus-pun dia sudah usreg, kayak nggak tenang. Kulihat di sering asik dengan facebook di iPhonenya ataupun telpon dengan keluarganya. Tengah malam di saat yang lain tidur, sempat-sempatnya dia ke toilet, aku pun segera berburuk sangka "APA MUAT YA TOILET SEKECIL ITU BAGINYA, JANGAN-JANGAN NANTI DIA NGGAK BISA KELUAR DAN TERJEBAK DI DALAMNYA". Kelmbali ke gelisahnya dia pagi ini, pukul 4 lebih ketika aku bangun dari tidurku, dia gelisah dan sempat ngomong ke Kru Bus, "Waduh Pak, ketinggalan pesawat nih!". Pikirku ngapain dia naik bus ke Jakarta terus ganti naik pesawat, kan tau sendiri situasi mudik kayak gini nggak bisa ditebak situasi jalanan, dan pastinya lebih sering macetnya. Kalau mau agak aman ya milih kereta, atau Garuda aja yang lebih praktis dan on time. Memang untuk mudik lebaran perlu perencanaan yang matang soal pilihan sarana transportasi.
Si gendut berusaha menghubungi call service Lion Air, pesawat yang seharusnya ditumpanginya pagi ini, namun lagi-lagi malah pulsanya abis. Kudengar dia menghubungi seseorang tuk mengisikan pulsanya. Ternyata call service Lion Air yang kudengar darinya bukanya pukul 8 pagi. Orang gendut memang biasanya lucu tingkahnya.....
3. Seorang pemuda berperawakan tidak lebih tinggi dariku yang duduk di depan si Gendut punya cerita lain. Kuamati semalaman ini sampai pagi ini mungkin udah 5 kali dia ke toilet, padahal aku hanya sekali dan itu pun sangat tersiksa karena pipisku jadi tersendat-sendat kena goncangan bus yang kadang cepat kadang berhenti mendadak dan aku pun butuh waktu paling tidak 5 menit lebih untuk menyelesaikan hajat kecilku itu seusai subuh. Anehnya dia kok kayaknya menikmati sering ke toilet. Bagusnya dia memang sering minum dan tidak takut kebelet seperti diriku.
Dia juga sering banget bertelepon ria sepanjang malam dan pagi ini. Bahkan, tadi malam saat turun untuk makan malam, telepon genggam tak sedetik pun lepas dari kupingnya. Malam saat yang lain sudah terbuai mimpi, dia masih asik bertelepon ria, kudengarkan sepintas bukan bertelpon sama pacar atau istrinya melainkan koleganya menurutku. Padahal aku yang bertelpon dengan calon istriku saja nggak kuat lama-lama, soalnya panas di kuping.
4. Pasangan Muda mudi yang duduk di depanku terlihat sangat tenang. Saat mereka naik di Agen Semarang Barat, aku tertarik derngan bantal leher yang dikalungkan di leher si perempuan. Semacam bantal melengkung berisikan udara sepertinya yang bisa untuk sandaran tidur yang lebih nyaman daripada bantal yang tersedia di masing-masing kursi. Si Pemuda tak kalah necis, walaupun berkulit hitam dan bongsor, dia cukup necis dengan rambutnya yang penuh jel dengan gaya mohawk berjaket merah dengan tulisan tim sepakbola Inggris favoritnya mungkin 'ARSENAL'. Pasangan ini tak banyak tingkah seperti halnya sebelahku yang saat kutulis blog ini pun dia sedang tidur.
Oiya saat berhenti di Agen Nusantara Semarang yang pertama, aku membeli 2 buah lumpia, padahal sebelumnya aku menolaknya. Karena penumpang di belakangku membeli empat buah seharga 12 ribu dan sudah dari dulu aku penasaran dengan rasa lumpia yang ditawarkan setiap kali bus berhenti di agen itu. Kubeli 2 buah seharga 6000 rupiah. Aku semula berniat menawari sebelahku tapi karena aku sungkan dan sudah kutebak pasti jika dalam perjalanan ini seringkali penumpang sebelah kita menolak makanan yang kita tawarkan untuk mewaspadai pembiusan, karena modus semacam itu sering terjadi. Apa aku ada modal tampang pembius ya, he he......
Berita kecelakaan pedangdut Saiful Jamil sabtu kemarin di tol padalarang yang menewaskan istri kesayangannya juga mewarnai arus balik tahun ini. Arus balik tahun ini kayaknya memang terkonsentrasi di hari sabtu dan minggu ini. Semua berita di portal online menyiarkan kemacetan di mana-mana, nggak hanya di Pantura, di Jalur Selatan pun terjadi kemacetan parah terutama di Nagrek.
Waduh jam 8.19 kok belum sampai tol cikampek juga ya, padahal udah lebih dari setengah jam kutulis blog ini. Jam berapa ini ntar nyampai kos........??????
(update) aku mendengar telepon si gendut sebelum koposting tulisan ini, kalau pesawatnya pukul 12.30 dan mungkin nggak kekejar, dan dia minta diundurin flight-nya dengan konsekuensi nambah 800 ribu katanya. Aku memang pandai mencuri dengar, hix....
Tuesday, August 30, 2011
Malam Takbiran Pamungkas Masa Bujang
Takbir di luar berkumandang bersahut-sahutan. Hari Raya Idul Fitri 1432 H kan tiba esok hari. Setelah kemarin malam terjadi 'kemelut' penentuan hari raya Idul Fitri oleh Pemerintah, malam ini takbir keliling di penjuru Indonesia berlangsung dengan meriah.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kemelut penentuan hari raya Idul Fitri tahun ini begitu ramai. Muhammadiyah bersikukuh, Idul Fitri jatuh pada Selasa, 30 Agustus 2011, seperti halnya di Arab Saudi, Malaysia, Thailand, Mesir, ataupun sebagian besar negara timur tengah lainnya. Mungkin hanya Indonesia yang secara resmi akan berhari raya Idul Fitri esok hari. Mengapa ada kemelut, soalnya di kalender sudah jelas terpampang tanggal merah adalah 30 dan 31 Agustus 2011, sedangkan pemerintah juga sudah mengedarkan surat keputusan cuti bersama tanggal 29 Agustus, 1 dan 2 September 2011, yang secara eksplisit sebelumnya menyebut Hari Raya Idul Fitri tanggal 30 dan 31 Agustus 2011.
Kericuhan juga terjadi di berbagai daerah, masyarakat yang sudah siap dengan karnaval takbiran pada senin malam 29 Agustus ternyata kecele, karena dibatalkan oleh pemerintah daerah setempat yang harus manut dengan keputusan pemerintah pusat melalui KEMENTERIAN AGAMA yang secara resmi dalam sidang isbat kemarin malam menyatakan Idul Fitri jatuh pada hari Rabu, 31 Agustus 2011. Seperti halnya tadi di berita salah satu stasiun tv swasta bahwa di Kabupaten Lombok Barat, para warga berdemo karena pawai takbiran pada tanggal 29 Agustus dibatalkan sepihak oleh Pemda Setempat, padahal mereka sudah keluar banyak uang untuk mempersiapkannya.
Terlepas dari semua itu, Takbiran malam ini adalah malam takbiran terakhirku sebagai seorang bujangan. Tahun depan aku sudah mempunyai pendamping hidup yang akan kupersunting tanggal 21 September 2011 pukul 20.00 WIB di Tulungagung. Semoga Lebaran tahun depan, kami sudah dikaruniai seorang putra yang sehat, lucu, tampan dan menggemaskan yang akan menjadi cucu pertama bagi kedua keluarga kami. Amin!
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kemelut penentuan hari raya Idul Fitri tahun ini begitu ramai. Muhammadiyah bersikukuh, Idul Fitri jatuh pada Selasa, 30 Agustus 2011, seperti halnya di Arab Saudi, Malaysia, Thailand, Mesir, ataupun sebagian besar negara timur tengah lainnya. Mungkin hanya Indonesia yang secara resmi akan berhari raya Idul Fitri esok hari. Mengapa ada kemelut, soalnya di kalender sudah jelas terpampang tanggal merah adalah 30 dan 31 Agustus 2011, sedangkan pemerintah juga sudah mengedarkan surat keputusan cuti bersama tanggal 29 Agustus, 1 dan 2 September 2011, yang secara eksplisit sebelumnya menyebut Hari Raya Idul Fitri tanggal 30 dan 31 Agustus 2011.
Kericuhan juga terjadi di berbagai daerah, masyarakat yang sudah siap dengan karnaval takbiran pada senin malam 29 Agustus ternyata kecele, karena dibatalkan oleh pemerintah daerah setempat yang harus manut dengan keputusan pemerintah pusat melalui KEMENTERIAN AGAMA yang secara resmi dalam sidang isbat kemarin malam menyatakan Idul Fitri jatuh pada hari Rabu, 31 Agustus 2011. Seperti halnya tadi di berita salah satu stasiun tv swasta bahwa di Kabupaten Lombok Barat, para warga berdemo karena pawai takbiran pada tanggal 29 Agustus dibatalkan sepihak oleh Pemda Setempat, padahal mereka sudah keluar banyak uang untuk mempersiapkannya.
Terlepas dari semua itu, Takbiran malam ini adalah malam takbiran terakhirku sebagai seorang bujangan. Tahun depan aku sudah mempunyai pendamping hidup yang akan kupersunting tanggal 21 September 2011 pukul 20.00 WIB di Tulungagung. Semoga Lebaran tahun depan, kami sudah dikaruniai seorang putra yang sehat, lucu, tampan dan menggemaskan yang akan menjadi cucu pertama bagi kedua keluarga kami. Amin!
Wednesday, August 24, 2011
Terkilir
24 Agustus 2011, tepat 29 tahun usia Kakak kandungku. Hari ini kuawali dengan sahur di hotel di kawasan Kemang. Sekitar pukul 8 lebih aku check out dari hotel itu. Usai Check Out aku tidak langsung pulang ke kos melainkan berniat menukarkan uang di Bank Mandiri Iskandarsyah buat persiapan angpao hari raya.
Aku parkir motorku di halaman depan Bank Syariah Mandiri yang juga kebetulan berada di Jalan Iskandarsyah berdekatan dengan Bank Mandiri (umum). Karena aku membawa dua tas, maka aku berniat menitipkan tasku yang satu ke pos satpam. Setelah kuletakkan tasku di dalam pos satpam, aku keluar dari pos, saat aku baru berpikir mau jalan ke kanan atau kekiri, tiba tiba karena aku teledor nggak memperhatikan selisih ketinggian lantai pos satpam dengan halaman parkir, jadilah aku keseleo pergelangan kaki kananku sampai terdengar bunyi krek..... Jatuhlah aku tersungkur di depan pos satpam.
Aku pun langsung duduk dan masih nggak percaya, mengapa bisa hal sebodoh itu kulakukan. Kubuka kaos kakiku, kupijat-pijat ringan punggung telapak kakiku untuk mengurangi rasa nyeri yang teramat sangat sakit. Mendadak kuteringat di dalam tasku ada balsem minyak tawon, tak ambil pusing kubuka tasku dan kuoleskan balsem itu di punggung telapak kakiku. Lumayan hangat rasanya dan sedikit mengurangi rasa nyeri.
Kuputuskan aku tidak jadi ke Bank Mandiri untuk menukarkan uang karena asumsiku, aku pasti akan merasakan kesakitan jika memaksa berjalan kaki ke Bank Mandiri yang jaraknya kurang lebih 50 meter dari situ. Aku pun pulang tanpa hasil. Sesampainya di kos, aku teringat kalau masih punya salep Counterpain di laci meja belajarku. Kuobrak-abrik isi laciku dan kutemukan salepnya langsung aja kuoles ke kaki.
Sore harinya setelah aku bangun tidur, aku merenung sejenak, kok bisa begini ya.... Mana mau mudik lebaran, dan pastinya jika belum sembuh nanti akan mengganggu jalanku. Tiba-tiba terlintas di pikiranku, jangan-jangan ini peringatan dari Tuhan karena tadi pagi di hotel aku sempat sedikit ngomel2 kepada staf hotel karena pelayananannya yang sangat lambat sehingga membuatku sangat jengkel, padahal waktu itu aku sedang puasa. Ternyata aku tidak mampu menahan amarah emosiku.
Ya Tuhan, rasa sakit di kakiku ini memang tidak sebanding dengan apa-apa yang telah Kau karuniakan kepada hambamu ini. Tak sepantasnya hamba ini mengeluh dan menyalahkan-Mu. Ya Allah ampunilah hamba ini yang kurang pandai bersyukur atas nikmatmu. Seringkali hamba hanya mengingat-Mu disaat tubuh ini kesakitan seperti saat ini, namun jika kunikmati kesenangan kusering lalai akan perintah-perintah-Mu.
Ya Allah, ampunilah kekhilafanku.
Aku parkir motorku di halaman depan Bank Syariah Mandiri yang juga kebetulan berada di Jalan Iskandarsyah berdekatan dengan Bank Mandiri (umum). Karena aku membawa dua tas, maka aku berniat menitipkan tasku yang satu ke pos satpam. Setelah kuletakkan tasku di dalam pos satpam, aku keluar dari pos, saat aku baru berpikir mau jalan ke kanan atau kekiri, tiba tiba karena aku teledor nggak memperhatikan selisih ketinggian lantai pos satpam dengan halaman parkir, jadilah aku keseleo pergelangan kaki kananku sampai terdengar bunyi krek..... Jatuhlah aku tersungkur di depan pos satpam.
Aku pun langsung duduk dan masih nggak percaya, mengapa bisa hal sebodoh itu kulakukan. Kubuka kaos kakiku, kupijat-pijat ringan punggung telapak kakiku untuk mengurangi rasa nyeri yang teramat sangat sakit. Mendadak kuteringat di dalam tasku ada balsem minyak tawon, tak ambil pusing kubuka tasku dan kuoleskan balsem itu di punggung telapak kakiku. Lumayan hangat rasanya dan sedikit mengurangi rasa nyeri.
Kuputuskan aku tidak jadi ke Bank Mandiri untuk menukarkan uang karena asumsiku, aku pasti akan merasakan kesakitan jika memaksa berjalan kaki ke Bank Mandiri yang jaraknya kurang lebih 50 meter dari situ. Aku pun pulang tanpa hasil. Sesampainya di kos, aku teringat kalau masih punya salep Counterpain di laci meja belajarku. Kuobrak-abrik isi laciku dan kutemukan salepnya langsung aja kuoles ke kaki.
Sore harinya setelah aku bangun tidur, aku merenung sejenak, kok bisa begini ya.... Mana mau mudik lebaran, dan pastinya jika belum sembuh nanti akan mengganggu jalanku. Tiba-tiba terlintas di pikiranku, jangan-jangan ini peringatan dari Tuhan karena tadi pagi di hotel aku sempat sedikit ngomel2 kepada staf hotel karena pelayananannya yang sangat lambat sehingga membuatku sangat jengkel, padahal waktu itu aku sedang puasa. Ternyata aku tidak mampu menahan amarah emosiku.
Ya Tuhan, rasa sakit di kakiku ini memang tidak sebanding dengan apa-apa yang telah Kau karuniakan kepada hambamu ini. Tak sepantasnya hamba ini mengeluh dan menyalahkan-Mu. Ya Allah ampunilah hamba ini yang kurang pandai bersyukur atas nikmatmu. Seringkali hamba hanya mengingat-Mu disaat tubuh ini kesakitan seperti saat ini, namun jika kunikmati kesenangan kusering lalai akan perintah-perintah-Mu.
Ya Allah, ampunilah kekhilafanku.
Monday, August 22, 2011
Sebulan Lagi!
Hari ini tanggal 22 Agustus 2011, tak terasa sebulan lagi aku akan naik ke pelaminan. seolah tak percaya, aku yang menurutku sendiri masih manja dan kekanak-kanakan udah mau menikah dengan sosok seorang wanita dewasa yang sudah matang.
Cincin Kawin sudah ada dan terpatri nama kami berdua disitu. sepasang cincin emas putih bertahtakan berlian kecil akan menghiasi jari manis kami saat hari bahagia itu tiba.
Sebulan lagi kukan 'resmi' menjadi seorang pria dewasa yang harus bertanggung jawab akan seorang gadis yang sudah diikhlaskan orang tuanya untukku. ku harus mampu menjaga amanat kedua orang tuanya tuk senantiasa menjaga dan melindunginya, tuk selalu menyayang dan mencintainya, tuk selalu setia dan menghargainya.
Sebulan lagi, aku akan berikrar, sebuah ikrar suci dan sakral yang bernama akad nikah!
Saturday, August 20, 2011
Plong
Lega......... Plong........ Itulah yang kurasakan saat ini. Akhirnya pengumuman yang sudah kutunggu-tunggu selama seminggu ini tanpa kejelasan, keluar sudah.
Hasil Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat (UPKP) VI Periode I Kementerian Keuangan, hari ini 20 Agustus 2011 secara resmi diumumkan melalui website Pusdiklat PSDM. Alhamdulillah aku termasuk dalam daftar peserta yang dinyatakan lulus. Kelulusan itu paling tidak mengobati kekecewaanku karena tidak bisa ikut seleksi S2 Luar Negeri dikarenakan aku sudah mempunyai ijazah S2 ataupun kegagalanku mengikuti talent challenge Kemenkeu tahun kemarin.
Nilai 77,98 tidak tinggi memang, namun sudah cukup membuatku lulus UPKP VI. Saat kuunduh pengumumannya di website PSDM, aku seolah-olah tak percaya, mengapa yang lulus hanya 5 orang dari 23 orang peserta. Aku kira ini adalah prosentase kelulusan UPKP VI yang terburuk dari tahun-tahun sebelumnya. Entah apa penyebabnya, tapi aku yakin nilai yang terpampang di pengumuman itu adalah nilai murni tanpa memandang subyektifitas.
UPKP yang di sebagian besar Kementerian di negeri ini hanya sekedar formalitas, tapi di Kementerian Keuangan benar-benar diuji dan sangat ketat proses penilaiannya walaupun ada orang dalam sekalipun yang mengikuti ujian. Faktor kerahasian menjadi harga mati dalam ujian ini, dan aku membuktikan itu semua.
Aku yang notabene sebagai panitia penyelenggara sekaligus peserta UPKP tidak secuil pun mendapakan bocoran soalnya. Aku salut sama teman-temanku di bidang evaluasi yang memegang teguh integritasnya. Aku juga tidak mau turut campur dalam penyelenggaraan ujian ataupun koreksinya. Untuk ujian karya tulis pun aku tidak meminta penguji yang kuanggap 'enak' dalam memberikan nilai, namun semua kuserahkan kepada temanku tanpa sedikitpun interverensi dariku.
Selama tutorialnya selama seminggu sebelum ujian, aku sudah cukup diribetkan dengan meng-arrange jadwal UPKP 4,5, dan 6 dengan ditambah lagi jadwal diklat prajabatan yang jika ditotal ada 15 kelas bersamaan penyelenggaraannya, dan semua jadwal harus ku-handle dengan ketat walaupun ada sedikit protes dari para pengajar dan peserta, namun semua harus kulakukan demi lancarnya penyelenggaraan diklat-diklat yang bertumpuk-tumpukan. Begitu pula saat ujian aku masih terbebani tanggung jawab untuk kelancaran jadwal pengajar UPKP 4 dan 5 ataupun prajab 2 yang masih berlangsung dengan jumlah kelas yang hampir sama sebanyak 14 kelas. Alhamdulillah semua bisa berjalan lancar.
Kembali lagi soal kelulusanku, sebenarnya aku sudah mendengar kasak-kusuk kalau aku lulus bahkan dengan nilai tertinggi, tapi aku belum yakin dengan hal itu sebelum aku melihat sendiri pengumumannya. Aku takut kelulusanku ini membuat diriku bertambah sombong, karena jujur saja aku mudah sekali terlena dengan kesombongan. Semoga tulisan ini senantiasa bisa mengingatkan aku tuk tidak besar kepala, seperti halnya pesan Kepala Pusat baru kami yang berasal dari Ditjen Bea dan Cukai agar kami semua meninggalkan sifat sombong karena kesombongan akan menghancurkan kita semua. Terima kasih Pak atas wejangannya.
Ya Allah terima kasih atas nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku selama ini.
Hasil Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat (UPKP) VI Periode I Kementerian Keuangan, hari ini 20 Agustus 2011 secara resmi diumumkan melalui website Pusdiklat PSDM. Alhamdulillah aku termasuk dalam daftar peserta yang dinyatakan lulus. Kelulusan itu paling tidak mengobati kekecewaanku karena tidak bisa ikut seleksi S2 Luar Negeri dikarenakan aku sudah mempunyai ijazah S2 ataupun kegagalanku mengikuti talent challenge Kemenkeu tahun kemarin.
Nilai 77,98 tidak tinggi memang, namun sudah cukup membuatku lulus UPKP VI. Saat kuunduh pengumumannya di website PSDM, aku seolah-olah tak percaya, mengapa yang lulus hanya 5 orang dari 23 orang peserta. Aku kira ini adalah prosentase kelulusan UPKP VI yang terburuk dari tahun-tahun sebelumnya. Entah apa penyebabnya, tapi aku yakin nilai yang terpampang di pengumuman itu adalah nilai murni tanpa memandang subyektifitas.
UPKP yang di sebagian besar Kementerian di negeri ini hanya sekedar formalitas, tapi di Kementerian Keuangan benar-benar diuji dan sangat ketat proses penilaiannya walaupun ada orang dalam sekalipun yang mengikuti ujian. Faktor kerahasian menjadi harga mati dalam ujian ini, dan aku membuktikan itu semua.
Aku yang notabene sebagai panitia penyelenggara sekaligus peserta UPKP tidak secuil pun mendapakan bocoran soalnya. Aku salut sama teman-temanku di bidang evaluasi yang memegang teguh integritasnya. Aku juga tidak mau turut campur dalam penyelenggaraan ujian ataupun koreksinya. Untuk ujian karya tulis pun aku tidak meminta penguji yang kuanggap 'enak' dalam memberikan nilai, namun semua kuserahkan kepada temanku tanpa sedikitpun interverensi dariku.
Selama tutorialnya selama seminggu sebelum ujian, aku sudah cukup diribetkan dengan meng-arrange jadwal UPKP 4,5, dan 6 dengan ditambah lagi jadwal diklat prajabatan yang jika ditotal ada 15 kelas bersamaan penyelenggaraannya, dan semua jadwal harus ku-handle dengan ketat walaupun ada sedikit protes dari para pengajar dan peserta, namun semua harus kulakukan demi lancarnya penyelenggaraan diklat-diklat yang bertumpuk-tumpukan. Begitu pula saat ujian aku masih terbebani tanggung jawab untuk kelancaran jadwal pengajar UPKP 4 dan 5 ataupun prajab 2 yang masih berlangsung dengan jumlah kelas yang hampir sama sebanyak 14 kelas. Alhamdulillah semua bisa berjalan lancar.
Kembali lagi soal kelulusanku, sebenarnya aku sudah mendengar kasak-kusuk kalau aku lulus bahkan dengan nilai tertinggi, tapi aku belum yakin dengan hal itu sebelum aku melihat sendiri pengumumannya. Aku takut kelulusanku ini membuat diriku bertambah sombong, karena jujur saja aku mudah sekali terlena dengan kesombongan. Semoga tulisan ini senantiasa bisa mengingatkan aku tuk tidak besar kepala, seperti halnya pesan Kepala Pusat baru kami yang berasal dari Ditjen Bea dan Cukai agar kami semua meninggalkan sifat sombong karena kesombongan akan menghancurkan kita semua. Terima kasih Pak atas wejangannya.
Ya Allah terima kasih atas nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku selama ini.
Thursday, August 18, 2011
Ngantuk Berat
Kalender Rumah (dok. pribadi) |
Kuberangkat ke kantor pagi ini lebih pagi dari hari-hari biasanya. Tepat pukul 6 pagi kukeluarkan motor dari garasi kosku. Jalanan yang kukira masih sepi ternyata pagi tadi telah rame terutama oleh mobil-mobil pribadi. Setengah jam kulalui di perjalanan menuju kantorku di kawasan Bintaro yang berjarak lebih dari 15 km dari kosku di daerah Kebon Jeruk terasa sangat melelahkan terlebih lagi rasa kantuk yang belum sepenuhnya hilang.
Pengumuman hasil ujian penyesuaian pangkatku yang sedianya akan diumumkan hari ini batal dilakukan. Aku pun agak kecewa dengan hal itu, walaupun aku sudah mendengar kabar burung dari temanku bahwa aku salah satu dari peserta yang luus ujian. Tapi melihat secara langsung hasil ujian akan memberi kepuasan tersendiri meski deg-degan dengan hasilnya. Teman-temanku juga tak kalah risaunya denganku, lewat Gtalk mereka menanyakan kepastian jadwal pengumumannya. Lagi- lagi aku tak bisa memberikan jawaban yang memuaskan.
Menjelang sore sebelum pulang kantor, aku masih sempat 'berkicau' di Twitter dengan Timeline "Ketika rasa kantuk bercampur dengan rasa malas jadilah hari yang sia-sia". Aku merasa hari ini kulalui dengan percuma tanpa menyumbangkan buah pikir yang berarti terutama bagi kantorku.
Aku agak heran dengan kondisi kesehatan mataku akhir-akhir ini. Serasa dalam bulan puasa ini mataku serasa sangat berat untuk tetap menjaganya terbuka tanpa rasa kantuk saat jam kerja, tapi yang kualami sejak datang ke kantor sampai menjelang jam pulang kantor, rasa kantuk di mataku semakin menjadi-jadi, padahal setiap malam aku tidur lebiih awal beberapa jam dibandingkan hari-hari biasa. Aku juga merasakan mataku tidak setajam dulu lagi, menonton bioskop ataupun membaca running text di TV sudah tidak jelas lagi dan aku sangat merasa butuh sebuah kacamata. Bahkan untuk segi penampilan, mataku mengundang banyak komentar dari teman-temanku, seperti halnya kemarin saat buka bersama, salah seorang temanku berkomentar kalau aku seperti orang yang berhari-hari belum tidur karena mataku yang terlihat sayu dengan lingkaran hitam di kelopaknya. Sungguh aku tak mengerti dengan mataku ini.
Kutulis blog ini juga dengan kondisi mataku yang sudah sangat ngantuk, tapi kucoba memaksanya tuk terbuka lebih lama karena hasratku untuk menulis yang sedang bagus. Dan sekarang saatnya tidur.......
Selamat malam...!
Wednesday, August 17, 2011
17 Agustus 2011
17 Agustus 2011, 66 tahun sudah Indonesia merdeka, satu dasawarsa sudah ku tak ikut upacara hari kemerdekaan.
Hari ini kuawali makan sahur pukul 3 pagi di sebuah hotel di Kemang. Pukul 9 pagi ku pulang ke kosku di kawasan Kebon Jeruk. Sesampainya di kos, kuhidupkan TV tepat dikumandangkan peringatan detik-detik proklamasi dari upacara di Istana Merdeka. Gema sirine dan meriam bersahut-sahutan. Kumerenung sejenak mendengarkannya, memanjatkan doa untuk para Pahlawan yang telah rela berkorban tanpa pamrih demi Kemerdekaan bangsa ini.
Ku tak lupa menelpon Ibuku, menanyakan kabar kesehatan dan aktivitas Beliau. Ibu sangat bersemangat sekali bercerita hari ini, dari mulai rencana pernikahanku sampai soal belanjaan sayur, ikan2 mentah, bahkan sampai material untuk membangun rumah sisi barat oleh bapakku.
Puas kutelpon Ibu, kulanjutkan tuk menelpon si Cempluk, calon istriku. Dia bercerita tentang cuti alasan pentingnya yang tetap tidak disetujui oleh Dinas Kesehatan di kotanya karena dengan alasan dia belum dapat SK pengangkatan sebagai PNS alias masih CPNS. Usai telpon Cempluk, aku pun langsung tidur.
Pukul 15.45 ku terbangun dari tidurku. Aku bergegas tuk mandi, sholat, dan berangkat ke tempat berbuka bersama dengan teman-teman kantor se-angkatan.
Di perjalanan menuju tempat bukber di kawasan Santa, Kebayoran Baru, aku dua kali berpapasan dengan iring-iringan muda-mudi anak-anak SMA yang sebagian masih menggunakan baju seragam yang berkonvoi dengan mobil dan motor. Parahnya anak-anak ceweknya duduk di jendela mobil yang dibuka lebar, sungguh hal yang kurang etis untuk dilakukan selain juga mengundang bahaya.
Melihat konvoi seperti itu, aku jadi teringat dengan berita beberapa hari terakhir ini yang sering muncul di detikcom, bahwa ada dua siswi SMA yang tewas akibat kecelakaan mobil tunggal di dalam mobil yang dikendarai temannya seusai acara Sahur on The Road, yang sedang ngetren di kalangan anak muda akhir-akhir ini. Semoga tidak terjadi lagi kejadian tragis seperti itu di kemudian hari.
Sesampainya di Rumah Makan di kawasan Santa, sudah menunggu beberapa teman seangkatanku. Menjelang berbuka, lebih banyak teman yang datang. Sore itu, kami saling bercengkerama, maklum di hari-hari biasa kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada beberapa teman yang membawa istri atau suaminya, bahkan ada juga yang membawa calon suaminya. Bukber kami tutup dengan sesi foto bersama yang pastinya akan di upload ke FB.
Begitulah hari ini kuhabiskan. Saat kutulis ini, di depanku sudah kuseduh secangkir teh hijau untuk membuatku rileks, sambil menunggu telpon dari si Cempluk.
Dirgahayu Indonesia. MERDEKA!
Hari ini kuawali makan sahur pukul 3 pagi di sebuah hotel di Kemang. Pukul 9 pagi ku pulang ke kosku di kawasan Kebon Jeruk. Sesampainya di kos, kuhidupkan TV tepat dikumandangkan peringatan detik-detik proklamasi dari upacara di Istana Merdeka. Gema sirine dan meriam bersahut-sahutan. Kumerenung sejenak mendengarkannya, memanjatkan doa untuk para Pahlawan yang telah rela berkorban tanpa pamrih demi Kemerdekaan bangsa ini.
Ku tak lupa menelpon Ibuku, menanyakan kabar kesehatan dan aktivitas Beliau. Ibu sangat bersemangat sekali bercerita hari ini, dari mulai rencana pernikahanku sampai soal belanjaan sayur, ikan2 mentah, bahkan sampai material untuk membangun rumah sisi barat oleh bapakku.
Puas kutelpon Ibu, kulanjutkan tuk menelpon si Cempluk, calon istriku. Dia bercerita tentang cuti alasan pentingnya yang tetap tidak disetujui oleh Dinas Kesehatan di kotanya karena dengan alasan dia belum dapat SK pengangkatan sebagai PNS alias masih CPNS. Usai telpon Cempluk, aku pun langsung tidur.
Pukul 15.45 ku terbangun dari tidurku. Aku bergegas tuk mandi, sholat, dan berangkat ke tempat berbuka bersama dengan teman-teman kantor se-angkatan.
Di perjalanan menuju tempat bukber di kawasan Santa, Kebayoran Baru, aku dua kali berpapasan dengan iring-iringan muda-mudi anak-anak SMA yang sebagian masih menggunakan baju seragam yang berkonvoi dengan mobil dan motor. Parahnya anak-anak ceweknya duduk di jendela mobil yang dibuka lebar, sungguh hal yang kurang etis untuk dilakukan selain juga mengundang bahaya.
Melihat konvoi seperti itu, aku jadi teringat dengan berita beberapa hari terakhir ini yang sering muncul di detikcom, bahwa ada dua siswi SMA yang tewas akibat kecelakaan mobil tunggal di dalam mobil yang dikendarai temannya seusai acara Sahur on The Road, yang sedang ngetren di kalangan anak muda akhir-akhir ini. Semoga tidak terjadi lagi kejadian tragis seperti itu di kemudian hari.
Sesampainya di Rumah Makan di kawasan Santa, sudah menunggu beberapa teman seangkatanku. Menjelang berbuka, lebih banyak teman yang datang. Sore itu, kami saling bercengkerama, maklum di hari-hari biasa kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada beberapa teman yang membawa istri atau suaminya, bahkan ada juga yang membawa calon suaminya. Bukber kami tutup dengan sesi foto bersama yang pastinya akan di upload ke FB.
Begitulah hari ini kuhabiskan. Saat kutulis ini, di depanku sudah kuseduh secangkir teh hijau untuk membuatku rileks, sambil menunggu telpon dari si Cempluk.
Dirgahayu Indonesia. MERDEKA!
Saturday, August 13, 2011
Belanja Online
Belanja Online! Udah lama kudengar istilah ini tapi baru tahun ini yang benar-benar kulakukan belanja secara online. Sebelumnya paling banter aku menelpon toko online dan memesan barang yang kuinginkan, dan diantarkan, baru aku membayarnya Cash on Delivery (COD). Tapi tahun ini sepertinya tak bisa membendung hasratku tuk belanja online dalam arti yang sebenarnya.
Tokopedia, Bhinneka, dan gramediashop adalah toko-toko online yang sudah sering kusambangi dan pastinya aku sudah pernah bertransaksi dengan mereka.
1. Tokopedia.com
Toko online ini kutemukan tidak sengaja saat surfing di dunia maya. Toko online ini merupakan 'rumah' dari berbagai macam penjual. Tokopedia disini bertindak sebagai perantara antara penjual yang sesungguhnya dengan pembeli. Jadi penjual dan pembeli dijembatani dengan website Tokopedia. Tokopedia hanya menyediakan sistem transaksi, administrasinya, dan sebagai etalase produk dari berbagai penjual. Dari pengamatanku sistem transaksi yang disediakan oleh Tokopedia sangat bagus, aman, dan memudahkan interaksi antara penjual dan pembeli.
Untuk bisa membeli barang di Tokopedia kita harus mendaftar sebagai anggota. Kita akan diminta mengisikan biodata, alamat rumah, nomor rekening bank (kusarankan lebih baik kita mencantumkan rekening Bank Mandiri atau BCA untuk memudahkan transaksi).
Tipsnya, Jika kita mencari suatu produk yang branded pastikan jangan hanya melihat di satu toko saja, tapi lebih jelilah melihat di etalase toko-toko lainnya yang ada di Tokopedia karena seringkali harganya selisih jauh meski barang yang dijual sama persis.
Ada beberapa pengalamanku yang menurutku perlu ku-share. Saat aku memesan sebuah micro sim cutter, sudah kutransfer sejumlah 130-an ribu rupiah, ternyata penjualnya sudah tidak eksis lagi. Nah, diemailku langsung mendapat konfirmasi kalau uangku sudah dipindahkan di deposit accountku di Tokopedia. Kemudian, dari depositku di Tokopedia aku melakukan withdrawal untuk mentransfer uangku kembali ke rekening mandiri. Jadi, dengan kejadian ini aku semakin yakin kalau sistem transaksi di Tokopedia menjamin pembelinya untuk tidak tertipu dengan penjual abal-abal dan tetap aman uang yang telah ditransfer, karena uang yang ditransfer tidak langsung masuk ke rekening penjual melainkan ke rekening Tokopedia terlebih dahulu.
Dalam bertransaksi di Tokopedia, aku menggunakan internet banking Mandiri, jadi transaksi yang kulakukan bisa lebih cepat di-approve pihak Tokopedia.
Nah soal cerita pembelian micro sim cutter-ku yang gagal ternyata ada hikmahnya. Setelah aku cari2 lagi penjual di Tokopedia ternyata ada penjual yang lebih murah menawarkan micro sim cutter dan dengan merek yang sama pula seharga 69 ribu dan jadi 75 ribu termasuk ongkos kirim. Wah untung yang pertama itu gagal, jadi dapet yang lebih murah, dan lebih bagusnya, penjualnya mengirimkan barangnya sangat cepat hanya satu hari sejak transaksi sudah sampai di rumah. Penjualnya juga memberikan informasi lewat sms mengenai pengiriman barang pesanananku jadinya tidak khawatir akan kepastian pengirimannya.
Oiya kita bisa memilih kurir pengirimannya, memakai JNE atau TiKi. Saat transaksi itu pula kita diminta memasukkan alamat pengiriman, bisa tidak sama dengan alamat rumah, nanti secara otomatis akan dikalkulasi oleh sistem berapa ongkos kirim yang harus kita tambahkan dalam transfer.
Aku sangat merekomendasikan Tokopedia untuk berbelanja online, tapi kita perlu jeli memilih penjual yang benar-benar menjual barang berkualitas dengan harga terbaik.
2. Bhinneka.com
Situs ini sudah kukenal sejak tahun 2005 saat aku akan membeli laptop pertamaku. Dulu aku sering menggunakan Bhinneka sebagai referensi produk-produk elektronik yang ingin kubeli walaupun aku tidak membelinya di Tokopedia.
Beberapa hari yang lalu aku membeli antivirus secara online di Bhinneka. Uang langsung kutransfer di rekening Mandiri Bhinneka. Lagi-lagi kugunakan internet banking mandiri untuk transaksi ini. Berbeda dengan Tokopedia yang menjembatani penjual dan pembeli, Bhinneka menjual barangnya sendiri. Sistem transaksinya lebih sederhana tapi tetap terjamin karena nama besar bhinneka yang sudah terpercaya dalam bisnis online. Pengiriman barangnya pun tergolong cepat yaitu dua hari setelah transaksi sudah sampai di tujuan.
3. Gramediashop.com
Situs ini kutahu dari website kompas. Terang saja karena Gramedia Shop merupakan salah satu unit bisnis online Grup Kompas Gramedia. Gramedia Shop merupakan situs yang menjual buku-buku, majalah, bahkan tiket konser. Aku sudah dua kali berbelanja melalui situs belanja online ini. Pertama aku bertransaksi dengan internet banking BNI dan yang kedua dengan internet banking BCA. Dua bank yang kusebutkan ini memudahkan transaksi di Gramedia Shop karena transfer bisa ditujukan ke rekening Kompas Cyber Media yang ada di salah satu dari kedua bank tersebut.
Untuk pengirimannya berdasarkan pengalamanku baru sampai paling cepat sekitar tiga hari sejak transaksi. Nama besar Kompas Gramedia membuatku nyaman bertransaksi di website ini, terlebih diskon 15 % untuk sebagian besar buku-buku yang dijual sangat menggodaku untuk berbelanja di situs ini.
TIPS berbelanja Online:
1. Pilih situs belanja online yang punya nama besar ataupun reputasi yang terpercaya
2. Mempunyai fasilitas internet banking dari bank-bank besar nasional sangat membantu mempermudah transaksi.
3. Cari yang menawarkan promo, diskon, dan harga terbaik, namun tetaplah bijak dalam berbelanja.
Berbelanjalah berdasar skala prioritas.
Selamat berbelanja online!
Tokopedia, Bhinneka, dan gramediashop adalah toko-toko online yang sudah sering kusambangi dan pastinya aku sudah pernah bertransaksi dengan mereka.
1. Tokopedia.com
Toko online ini kutemukan tidak sengaja saat surfing di dunia maya. Toko online ini merupakan 'rumah' dari berbagai macam penjual. Tokopedia disini bertindak sebagai perantara antara penjual yang sesungguhnya dengan pembeli. Jadi penjual dan pembeli dijembatani dengan website Tokopedia. Tokopedia hanya menyediakan sistem transaksi, administrasinya, dan sebagai etalase produk dari berbagai penjual. Dari pengamatanku sistem transaksi yang disediakan oleh Tokopedia sangat bagus, aman, dan memudahkan interaksi antara penjual dan pembeli.
Untuk bisa membeli barang di Tokopedia kita harus mendaftar sebagai anggota. Kita akan diminta mengisikan biodata, alamat rumah, nomor rekening bank (kusarankan lebih baik kita mencantumkan rekening Bank Mandiri atau BCA untuk memudahkan transaksi).
Tipsnya, Jika kita mencari suatu produk yang branded pastikan jangan hanya melihat di satu toko saja, tapi lebih jelilah melihat di etalase toko-toko lainnya yang ada di Tokopedia karena seringkali harganya selisih jauh meski barang yang dijual sama persis.
Ada beberapa pengalamanku yang menurutku perlu ku-share. Saat aku memesan sebuah micro sim cutter, sudah kutransfer sejumlah 130-an ribu rupiah, ternyata penjualnya sudah tidak eksis lagi. Nah, diemailku langsung mendapat konfirmasi kalau uangku sudah dipindahkan di deposit accountku di Tokopedia. Kemudian, dari depositku di Tokopedia aku melakukan withdrawal untuk mentransfer uangku kembali ke rekening mandiri. Jadi, dengan kejadian ini aku semakin yakin kalau sistem transaksi di Tokopedia menjamin pembelinya untuk tidak tertipu dengan penjual abal-abal dan tetap aman uang yang telah ditransfer, karena uang yang ditransfer tidak langsung masuk ke rekening penjual melainkan ke rekening Tokopedia terlebih dahulu.
Dalam bertransaksi di Tokopedia, aku menggunakan internet banking Mandiri, jadi transaksi yang kulakukan bisa lebih cepat di-approve pihak Tokopedia.
Nah soal cerita pembelian micro sim cutter-ku yang gagal ternyata ada hikmahnya. Setelah aku cari2 lagi penjual di Tokopedia ternyata ada penjual yang lebih murah menawarkan micro sim cutter dan dengan merek yang sama pula seharga 69 ribu dan jadi 75 ribu termasuk ongkos kirim. Wah untung yang pertama itu gagal, jadi dapet yang lebih murah, dan lebih bagusnya, penjualnya mengirimkan barangnya sangat cepat hanya satu hari sejak transaksi sudah sampai di rumah. Penjualnya juga memberikan informasi lewat sms mengenai pengiriman barang pesanananku jadinya tidak khawatir akan kepastian pengirimannya.
Oiya kita bisa memilih kurir pengirimannya, memakai JNE atau TiKi. Saat transaksi itu pula kita diminta memasukkan alamat pengiriman, bisa tidak sama dengan alamat rumah, nanti secara otomatis akan dikalkulasi oleh sistem berapa ongkos kirim yang harus kita tambahkan dalam transfer.
Aku sangat merekomendasikan Tokopedia untuk berbelanja online, tapi kita perlu jeli memilih penjual yang benar-benar menjual barang berkualitas dengan harga terbaik.
2. Bhinneka.com
Situs ini sudah kukenal sejak tahun 2005 saat aku akan membeli laptop pertamaku. Dulu aku sering menggunakan Bhinneka sebagai referensi produk-produk elektronik yang ingin kubeli walaupun aku tidak membelinya di Tokopedia.
Beberapa hari yang lalu aku membeli antivirus secara online di Bhinneka. Uang langsung kutransfer di rekening Mandiri Bhinneka. Lagi-lagi kugunakan internet banking mandiri untuk transaksi ini. Berbeda dengan Tokopedia yang menjembatani penjual dan pembeli, Bhinneka menjual barangnya sendiri. Sistem transaksinya lebih sederhana tapi tetap terjamin karena nama besar bhinneka yang sudah terpercaya dalam bisnis online. Pengiriman barangnya pun tergolong cepat yaitu dua hari setelah transaksi sudah sampai di tujuan.
3. Gramediashop.com
Situs ini kutahu dari website kompas. Terang saja karena Gramedia Shop merupakan salah satu unit bisnis online Grup Kompas Gramedia. Gramedia Shop merupakan situs yang menjual buku-buku, majalah, bahkan tiket konser. Aku sudah dua kali berbelanja melalui situs belanja online ini. Pertama aku bertransaksi dengan internet banking BNI dan yang kedua dengan internet banking BCA. Dua bank yang kusebutkan ini memudahkan transaksi di Gramedia Shop karena transfer bisa ditujukan ke rekening Kompas Cyber Media yang ada di salah satu dari kedua bank tersebut.
Untuk pengirimannya berdasarkan pengalamanku baru sampai paling cepat sekitar tiga hari sejak transaksi. Nama besar Kompas Gramedia membuatku nyaman bertransaksi di website ini, terlebih diskon 15 % untuk sebagian besar buku-buku yang dijual sangat menggodaku untuk berbelanja di situs ini.
TIPS berbelanja Online:
1. Pilih situs belanja online yang punya nama besar ataupun reputasi yang terpercaya
2. Mempunyai fasilitas internet banking dari bank-bank besar nasional sangat membantu mempermudah transaksi.
3. Cari yang menawarkan promo, diskon, dan harga terbaik, namun tetaplah bijak dalam berbelanja.
Berbelanjalah berdasar skala prioritas.
Selamat berbelanja online!
Saturday, July 16, 2011
I've got My 1st iPad 2
iPad 2 yang baru kubeli di eStore Ratu Plaza (dok. pribadi) |
Hari ini selepas dari kantor kurencanakan untuk membeli iPad di iBox Gandaria City, namun tadi kok tiba-tiba aku membelokkan motorku ke Ratu Plaza yang lebih dekat dengan kantorku. Sesampainya di sana, langsung kulajukan langkahku menuju eStore. To the point kutanyakan apakah ada iPad 2 di situ. Ternyata masih ada yg 16 GB 3G! Kucoba sebentar dan kutanyakan harganya, ternyata selisih hampir 200 ribu lebih murah daripada di Reseller Apple lainnya. Langsung aja kuputuskan membeli iPad 2 warna hitam 16 GB 3G. Untungnya di eStore menerima pembayaran transfer via Mandiri. Tanpa basa-basi kukeluarkan token Mandiriku dan kutransfer lewat internet banking.
Momen aku beli iPad saat itu sangat pas sekali dengan stok terakhir iPad 3G 16 GB di eStore Ratu Plaza, he he ..... Sebenarnya iPad ini akan kuberikan kepada Ibuku untuk 'mainan' menemani masa pensiunnya yang sebentar lagi tiba. Semoga iPad ini bisa membuat hari- hari Ibuku yang usai menjalani bulan- bulan yang berat pasca operasi setelah kecelakaan Februari lalu menjadi lebih ceria.
Ibu.... iPad ini tentunya tak akan pernah menggantikan segala kasih sayang dan apa-apa yang telah Ibu berikan kepada putramu ini. Ibu..... ananda sayang Ibu!
Jakarta, 16-07-2011
Tuesday, May 31, 2011
27
27, tak terasa angka itu menunjukkan sudah berapa tahun aku menjejakkan hidup di muka bumi ini. Ulang tahun kali ini terasa istimewa bagiku. Pertama karena ini adalah ulang tahun terakhirku sebagai seorang bujangan, yang kedua hari ini cincin kawin pesananku udah jadi, jadi bisa kucoba dan kupandangi terus.
27, umur yang sudah selayaknya menuntutku untuk menjadi dewasa dalam segala hal. Aku bukan anak kecil lagi, dan mulai sekarang kuharus mampu mengatur tingkah lakuku selayaknya pria dewasa, lelaki sejati yang siap membina rumah tangga dengan seorang wanita idaman.
27, umur yang sudah selayaknya menuntutku untuk menjadi dewasa dalam segala hal. Aku bukan anak kecil lagi, dan mulai sekarang kuharus mampu mengatur tingkah lakuku selayaknya pria dewasa, lelaki sejati yang siap membina rumah tangga dengan seorang wanita idaman.
Sunday, April 17, 2011
22
22 Februari 2011, hari yang tak pernah terlupakan olehku. Kala itu aku sedang menjadi asisten Diklat Kompetensi Khas "Kreativitas dan Inovasi" untuk pejabat eselon IV Kementerian Keuangan. Usai istirahat makan siang, sekitar jam dua saat kelas sedang berlangsung tiba-tiba saja ku ditelpon oleh Kakakku yang mengabarkan kalau Ibu kecelakaan dan tidak sadarkan diri. Kakakku ditelpon oleh orang yang menolong Ibuku dengan HP m3 ibuku. Aku disuruh kakakku tuk menelpon nomor m3 Ibuku.
Aku bagai disambar petir kala itu. Hatiku tak karuan memikirkan nasib Ibuku, mana pulsa di HP habis semua. Setelah kuminta temanku mengisi pulsa HP m3 dan simpatiku, kutelpon nomor Ibuku. Ternyata benar, yang mengangkat HP Ibuku adalah seorang pria. Dia mengaku yang menolong dan menginformasikan bahwa kondisi Ibuku cukup parah.
Mendengar kata parah, pikiranku semakin kalut, banyak pikiran negatif yang memenuhi otakku saat itu. Namun, Aku berusaha untuk tetap tenang. Aku kemudian disarankan oleh teman-temanku untuk langsung pulang dan pergi ke Semarang.
Sebenarnya Bapakku melarangku untuk pulang, namun naluriku sebagai seorang anak tak mampu kubendung. Jadilah aku ke Gambir untuk membeli tiket Sembrani. Pukul 19.30 WIB kereta berangkat dari Gambir, dalam perjalanan untuk menghilangkan rasa galauku, aku menelpon Cempluk dan sms-an sama temanku.
Jam 3 lebih, Rabu 23-02-11 kujejakkan kaki di Stasiun Tawang. bapakku sudah menjemputku pintu kedatangan penumpang. Bapakku yang saat itu ditemani Pak Lek-ku Jogja langsung membawaku ke RS Telogorejo Semarang. Sesampainya di ICU, Bapakku mengetuk-ngetuk pintu ICU, namun tetap tidak diperbolehkan masuk oleh suster2 yang menjaganya.
Jam besuk yang tertera di Pintu ICU adalah jam 10.00 s.d. 12.00 WIB dan jam 17.00 s.d. 19.00 WIB. Aku pun memutuskan untuk keluar ruangan dan bersantai di Taman depan ICU. Kulihat wajah ayahku yang kecapekan, Pak Lek-ku yang tampak lesu dan tidak segar, serta sepupuku yang tampak diam membisu. Kuputuskan untuk Sholat Tahajud di Musholla yang terletak di Pojok Rumah Sakit. Kumemohon kepada-Nya agar Ibuku lekas sembuh dan diberi kekuatan tuk menjalani cobaan ini. Di Mushola kulihat seorang Pemuda yang berdoa khusyuk sekali.... Dalam benakku kuberpikir, mungkin ada salah satu anggota keluarganya yang amat dicintainya dalam kondisi kritis.
Usai Tahajud, aku dan Bapak tetap menunggu di taman sampai Subuh tiba. Tak terasa ternyata sudah hari Rabu, 23-02-2011 (bersambung).......
Aku bagai disambar petir kala itu. Hatiku tak karuan memikirkan nasib Ibuku, mana pulsa di HP habis semua. Setelah kuminta temanku mengisi pulsa HP m3 dan simpatiku, kutelpon nomor Ibuku. Ternyata benar, yang mengangkat HP Ibuku adalah seorang pria. Dia mengaku yang menolong dan menginformasikan bahwa kondisi Ibuku cukup parah.
Mendengar kata parah, pikiranku semakin kalut, banyak pikiran negatif yang memenuhi otakku saat itu. Namun, Aku berusaha untuk tetap tenang. Aku kemudian disarankan oleh teman-temanku untuk langsung pulang dan pergi ke Semarang.
Sebenarnya Bapakku melarangku untuk pulang, namun naluriku sebagai seorang anak tak mampu kubendung. Jadilah aku ke Gambir untuk membeli tiket Sembrani. Pukul 19.30 WIB kereta berangkat dari Gambir, dalam perjalanan untuk menghilangkan rasa galauku, aku menelpon Cempluk dan sms-an sama temanku.
Jam 3 lebih, Rabu 23-02-11 kujejakkan kaki di Stasiun Tawang. bapakku sudah menjemputku pintu kedatangan penumpang. Bapakku yang saat itu ditemani Pak Lek-ku Jogja langsung membawaku ke RS Telogorejo Semarang. Sesampainya di ICU, Bapakku mengetuk-ngetuk pintu ICU, namun tetap tidak diperbolehkan masuk oleh suster2 yang menjaganya.
Jam besuk yang tertera di Pintu ICU adalah jam 10.00 s.d. 12.00 WIB dan jam 17.00 s.d. 19.00 WIB. Aku pun memutuskan untuk keluar ruangan dan bersantai di Taman depan ICU. Kulihat wajah ayahku yang kecapekan, Pak Lek-ku yang tampak lesu dan tidak segar, serta sepupuku yang tampak diam membisu. Kuputuskan untuk Sholat Tahajud di Musholla yang terletak di Pojok Rumah Sakit. Kumemohon kepada-Nya agar Ibuku lekas sembuh dan diberi kekuatan tuk menjalani cobaan ini. Di Mushola kulihat seorang Pemuda yang berdoa khusyuk sekali.... Dalam benakku kuberpikir, mungkin ada salah satu anggota keluarganya yang amat dicintainya dalam kondisi kritis.
Usai Tahajud, aku dan Bapak tetap menunggu di taman sampai Subuh tiba. Tak terasa ternyata sudah hari Rabu, 23-02-2011 (bersambung).......
Saturday, February 12, 2011
Museum Bank Mandiri
Lobi Museum Bank Mandiri (dok. pribadi) |
Mulailah di siang yang terik menjelang Sholat Jum'at aku dan temanku menuju ke kawasan Kota Tua yang mana disitu terdapat banyak Museum diantaranya Museum Fatahillah, Museum Keramik, Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri dan banyak lagi Bangunan Cagar Budaya yang menarik untuk dikunjungi.
Nah, pilihan kunjungan kami saat itu adalah ke Museum Bank Mandiri. Bangunan Cagar Budaya yang dulu juga merupakan Bank di Zaman Belanda, kemudian menjadi Bank Exim di Era Kemerdekaan sampai reformasi. sekarang bangunan kuno yang masih kokoh berdiri tegak itu menjadi Museum Bank Mandiri.
Masuk ke Museum ini gratis untuk pelajar dan nasabah Bank Mandiri, kebetulan aku Nasabah Bank Mandiri jadi gratislah masuknya. Masuk ke Lobi utama kami disambut Ruang yang luas dengan atap yang tinggi, dan tepat setelah masuk pintu utama disambut patung Naga Merah.
Ini adalah foto ruang teller (luas banget ya....pasti nasabahnya dulu jarang antre panjang). Meja tellernya terbuat dari batu granit (kalau gk salah lho....).
Sesampainya di pojok ruangan, ternyata ada tangga turun ke bawah. Ternyata ada ruangan semi Bawah Tanah. Ruangan tersebut dulunya untuk menyimpan brankas, deposit box, dan emas. Yang menakjubkan adalah pintu bajanya yang tebalnya sekitar 70 cm. Gila....... gimana dulu memasangnya ya.....
Ruang penyimpanan berpintu baja (dok. pribadi) |
Pintu Baja Museum Bank Mandiri (dok. Pribadi) |
Tangga Menuju Lantai 2 Museum Bank Mandiri (dok. Pribadi) |
Ruang Rapat Museum Bank Mandiri (dok. pribadi) |
Lampu Gantung Kuno Museum Bank Mandiri (dok. pribadi) |
Taman di Halaman Tengah Museum Bank Mandiri (dok. pribadi) |
Kawasan Kota Tua menyimpan berbagai macam keunikan, budaya dan nilai sejarah yang sangat tinggi. Andai saja Kawasan ini diatur ulang dan didesain menjadi kawasan wisata secara profesional maka bukan tidak mungkin, Kawasan Kota Tua ini bisa menjadi Destinasi Wisata Utama DKI Jakarta yang sangat menarik disamping tetap terjaga dan terpelihara dengan baik Bangunan Cagar Budaya didalamnya.
Wednesday, February 9, 2011
Bengkel Impian
Minggu 30 Januari 2011, seperti halnya minggu2 biasa bagiku. Kuawali hariku dengan lari pagi jam setengah 6 pagi. Beli ketan, tape goreng, dan onde2 buat sarapan pagiku.
Rutinitas lainnya tak lain tak bukan merendam pakaian buat kucuci siang harinya. Aku lupa kalau Minggu itu aku berencana untuk berangkat pagi2 ke bengkel untuk service karena hari Sabtu sebelumnya bengkelnya penuh banget.
Setelah teringat kuharus ke bengkel, aku pun bergegas mandi dan langsung meluncur ke bengkel. Namun, betapa terkejutnya diriku, ternyata bengkelnya penuh sekali. Aku berangkat jam 09.30 dan sampai bengkel cuma sekitar 10 menit. Sesampainya di sana, kulihat ruang tunggu udah penuh dengan customer yang semuanya adalah pria. Saat itu aku terbersit keinginan untuk membangun bengkel AHASS sendiri.
Sambil menunggu motorku yang nggak kelar-kelar diservice kuberinisiatif untuk googling cara-cara pendirian bengkel AHASS, berapa biaya minimumnya, gimana persyaratannya, dan prosesnya. Ternyata setelah kutanya sama eyang Google, 'Beliau' menjawab kalau dengan 50 jt sudah bisa mendirikan bengkel AHASS. Yang tak kusangka disini adalah, bengkel AHASS ternyata bukan franchise melainkan kemitraan dengan Main Dealer Honda.
Bagusnya dalam operasional bengkel nantinya, pihak Main Dealer Honda akan terus membina dan memantau kinerja bengkel. Dari mentraining gratis mekanik2 bengkel, sampai mensubsidi pajak eksterior.
Melihat masih prospektifnya usaha bengkel di kota besar, aku mulai berangan-angan. Kelak jika aku jadi berumah tangga dengan 'Cempluk' dan berdomisili di Jakarta. Kami berencana membuka usaha di pinggiran Jakarta. Mimpiku membuat bengkel AHASS dengan pelayanan terbaik yang berbeda dengan bengkel AHASS lainnya. Bengkelnya rencananya kusediakan cuci motor gratis, minuman ringan gratis, akses hotspot gratis, ruang tunggu AC yang nyaman. Kebersihan bengkel juga menjadi fokus utama nantinya.
Aku dan Cempluk juga berangan-angan membuat kartu member untuk customer bengkel yang terkoneksi di unit bisnis kami lainnya. Misalnya aku juga punya apotik dan rumah makan, maka member bengkel kami bisa mendapatkan diskon di unit bisnis kami lainnya.
Dari bermimpi punya bengkel sendiri, Kami bercita2 untuk mempunyai berbagai unit bisnis yang saling terkoneksi. Semoga mimpi-mimpi kami kan menjadi kenyataan. Amin!
Rutinitas lainnya tak lain tak bukan merendam pakaian buat kucuci siang harinya. Aku lupa kalau Minggu itu aku berencana untuk berangkat pagi2 ke bengkel untuk service karena hari Sabtu sebelumnya bengkelnya penuh banget.
Setelah teringat kuharus ke bengkel, aku pun bergegas mandi dan langsung meluncur ke bengkel. Namun, betapa terkejutnya diriku, ternyata bengkelnya penuh sekali. Aku berangkat jam 09.30 dan sampai bengkel cuma sekitar 10 menit. Sesampainya di sana, kulihat ruang tunggu udah penuh dengan customer yang semuanya adalah pria. Saat itu aku terbersit keinginan untuk membangun bengkel AHASS sendiri.
Sambil menunggu motorku yang nggak kelar-kelar diservice kuberinisiatif untuk googling cara-cara pendirian bengkel AHASS, berapa biaya minimumnya, gimana persyaratannya, dan prosesnya. Ternyata setelah kutanya sama eyang Google, 'Beliau' menjawab kalau dengan 50 jt sudah bisa mendirikan bengkel AHASS. Yang tak kusangka disini adalah, bengkel AHASS ternyata bukan franchise melainkan kemitraan dengan Main Dealer Honda.
Bagusnya dalam operasional bengkel nantinya, pihak Main Dealer Honda akan terus membina dan memantau kinerja bengkel. Dari mentraining gratis mekanik2 bengkel, sampai mensubsidi pajak eksterior.
Melihat masih prospektifnya usaha bengkel di kota besar, aku mulai berangan-angan. Kelak jika aku jadi berumah tangga dengan 'Cempluk' dan berdomisili di Jakarta. Kami berencana membuka usaha di pinggiran Jakarta. Mimpiku membuat bengkel AHASS dengan pelayanan terbaik yang berbeda dengan bengkel AHASS lainnya. Bengkelnya rencananya kusediakan cuci motor gratis, minuman ringan gratis, akses hotspot gratis, ruang tunggu AC yang nyaman. Kebersihan bengkel juga menjadi fokus utama nantinya.
Aku dan Cempluk juga berangan-angan membuat kartu member untuk customer bengkel yang terkoneksi di unit bisnis kami lainnya. Misalnya aku juga punya apotik dan rumah makan, maka member bengkel kami bisa mendapatkan diskon di unit bisnis kami lainnya.
Dari bermimpi punya bengkel sendiri, Kami bercita2 untuk mempunyai berbagai unit bisnis yang saling terkoneksi. Semoga mimpi-mimpi kami kan menjadi kenyataan. Amin!
Saturday, January 15, 2011
Perjuangan ke Rumah Camer (2)
Hari keduaku di Tulungagung, kulalui pagi itu keliling kota dengan si Cempluk. 9 Januari 2011 kebetulan hari itu hari Minggu. Hujan deras yang mendera Tulungagung Sabtu sore tidak terjadi di pagi yang cerah kala itu.
Aku diajak cempluk berkeliling kota sampai ke pinggiran kota. Sesekali dia mewnunjukkan sawah keluarganya yang masih menghijau. Kami berkeliling kota sambil bercerita dan memcari sarapan pagi. Tibalah kami di warung nasi pecel, kami pun sarapan dengan lahap dan kuakhiri sarapanku dengan sebuah pisang susu.
Sebelumnya aku berkesempatan untuk melihat Puskesmas tempat Cempluk bekerja yaitu Puskesmas Sembung. Kusempatkan berfoto di depan Puskesmas yang pagi itu tergembok pagarnya. Dari Puskesmas kami mampir ke tempat pembuatan kerupuk rambak. Si Cempluk membelikanku kerupuk rambak mentah untuk oleh-oleh buat Ibuku di Pati.
Kami pun melanjutkan ke stasiun untuk melihat jadwal kereta api ke malang. Usai dari stasiun kami menyempatkan keliling Alun-alun yang tampak ramai pagi itu. Karena sudah capek keliling kota, kami pun memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah Cempluk aku langsung mandi. Seusai mandi kusuruh si Cempluk untuk mengabadikan gerakan stretching ringanku pakai iPhone biar dia bisa mempraktekannya di rumah.
Sekitar pukul 9 pagi Bapaknya menyuruh si Cempluk dan aku untuk ikut dengan beliau. Ternyata aku dikenal-kenalkan ke saudara-saudara dari Ibunya dan Bapaknya bahkan sampai Trenggalek.
Rencanaku ke malang pukul 11 akhirnya tertunda sampai hampir jam setengah 3 karena 'Road Show' calon mantu. Aku agak terkejut karena dikenalkan Bapaknya ke Saudara-saudaranya sebagai Calonnya Cempluk. Tapi aku senang berarti Bapaknya sudah 100% menerimaku sebagai calon mantunya. Walaupun aku sangat capek dan mataku sangat pedas menahan kantuk, tapi aku tetap bersemangat untuk berkenalan dengan keluarga besar si Cempluk.
Kuakhiri hari itu meninggalkan Tulungagung dengan Bus jurusan Banyuwangi yang kutunggu di depan rumah Cempluk. Ketika busnya datang, aku buru2 masuk bus sampai aku lupa memberi pelukan perpisahan sama si Cempluk. Hufffff........perjuangan yang cukup melelahkan tapi sukses!
Aku diajak cempluk berkeliling kota sampai ke pinggiran kota. Sesekali dia mewnunjukkan sawah keluarganya yang masih menghijau. Kami berkeliling kota sambil bercerita dan memcari sarapan pagi. Tibalah kami di warung nasi pecel, kami pun sarapan dengan lahap dan kuakhiri sarapanku dengan sebuah pisang susu.
Sebelumnya aku berkesempatan untuk melihat Puskesmas tempat Cempluk bekerja yaitu Puskesmas Sembung. Kusempatkan berfoto di depan Puskesmas yang pagi itu tergembok pagarnya. Dari Puskesmas kami mampir ke tempat pembuatan kerupuk rambak. Si Cempluk membelikanku kerupuk rambak mentah untuk oleh-oleh buat Ibuku di Pati.
Kami pun melanjutkan ke stasiun untuk melihat jadwal kereta api ke malang. Usai dari stasiun kami menyempatkan keliling Alun-alun yang tampak ramai pagi itu. Karena sudah capek keliling kota, kami pun memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah Cempluk aku langsung mandi. Seusai mandi kusuruh si Cempluk untuk mengabadikan gerakan stretching ringanku pakai iPhone biar dia bisa mempraktekannya di rumah.
Sekitar pukul 9 pagi Bapaknya menyuruh si Cempluk dan aku untuk ikut dengan beliau. Ternyata aku dikenal-kenalkan ke saudara-saudara dari Ibunya dan Bapaknya bahkan sampai Trenggalek.
Rencanaku ke malang pukul 11 akhirnya tertunda sampai hampir jam setengah 3 karena 'Road Show' calon mantu. Aku agak terkejut karena dikenalkan Bapaknya ke Saudara-saudaranya sebagai Calonnya Cempluk. Tapi aku senang berarti Bapaknya sudah 100% menerimaku sebagai calon mantunya. Walaupun aku sangat capek dan mataku sangat pedas menahan kantuk, tapi aku tetap bersemangat untuk berkenalan dengan keluarga besar si Cempluk.
Kuakhiri hari itu meninggalkan Tulungagung dengan Bus jurusan Banyuwangi yang kutunggu di depan rumah Cempluk. Ketika busnya datang, aku buru2 masuk bus sampai aku lupa memberi pelukan perpisahan sama si Cempluk. Hufffff........perjuangan yang cukup melelahkan tapi sukses!
Saturday, January 8, 2011
Perjuangan ke Rumah Camer
Hari ini adalah salah satu hari bersejarah bagiku dan perlu kutorehkan di blog cengeng ini. 8 Januari 2011 bertepatan dengan pertandingan perdana Liga Primer Indonesia (LPI) antara Persema Malang dan Solo FC di Stadion Manahan Solo yang berakhir dengan kemenangan telak Irfan Bachdim cs 5-1 atas Solo FC, aku melakukan perjalanan panjang dari Jakarta ke Malang dan lanjut ke Tulungagung.
Sriwijaya Air yang membawaku pagi tadi delay lebih dari 1 jam sehingga baru take off dari Cengkareng pukul 8 lebih. Sampai di Malang kusempatkan bertemu dengan kakakku dan Kami pun makan nasi pecel di daerah Sukun yang maknyus menurutku terutama sate dagingnya. Usai menikmati pecel kulanjutkan perjalananku ke Tulungagung.
Perjalananku ke kota kecil itu harus kutempuh selama 3 jam lebih karena berganti bus 3 kali karena jarangnya penumpang sehingga dioper 2 kali ke bus lain. Sesampainya di Tulungagung, aku mengejutkan Calon mertuaku dan yang pasti calon istriku juga terkejut karena tidak kukabari sama sekali.
Aku dikenalkan dengan beberapa saudara dari Bapaknya sebagai calon mantu. Hujan yang mengguyur Tulungagung memang sangat lebat dan relatif lama, sehingga malam hari ini Kami hanya bisa jalan-jalan dengan mobil. Tujuan kami adalah mencari Lodho yaitu semacam ayam kampung dibakar kemudian direbus dengan bumbu santan kental kuning semacam opor tapi kental santannya.
Perutku sangat kenyang malam ini, dan sekarang kuingin memejamkan mata dulu yang dari tadi pagi jam 3.33 belum kutidurkan lagi.
(Kutulis blog ini dari kamar adiknya si Cempluk)
Sriwijaya Air yang membawaku pagi tadi delay lebih dari 1 jam sehingga baru take off dari Cengkareng pukul 8 lebih. Sampai di Malang kusempatkan bertemu dengan kakakku dan Kami pun makan nasi pecel di daerah Sukun yang maknyus menurutku terutama sate dagingnya. Usai menikmati pecel kulanjutkan perjalananku ke Tulungagung.
Perjalananku ke kota kecil itu harus kutempuh selama 3 jam lebih karena berganti bus 3 kali karena jarangnya penumpang sehingga dioper 2 kali ke bus lain. Sesampainya di Tulungagung, aku mengejutkan Calon mertuaku dan yang pasti calon istriku juga terkejut karena tidak kukabari sama sekali.
Aku dikenalkan dengan beberapa saudara dari Bapaknya sebagai calon mantu. Hujan yang mengguyur Tulungagung memang sangat lebat dan relatif lama, sehingga malam hari ini Kami hanya bisa jalan-jalan dengan mobil. Tujuan kami adalah mencari Lodho yaitu semacam ayam kampung dibakar kemudian direbus dengan bumbu santan kental kuning semacam opor tapi kental santannya.
Perutku sangat kenyang malam ini, dan sekarang kuingin memejamkan mata dulu yang dari tadi pagi jam 3.33 belum kutidurkan lagi.
(Kutulis blog ini dari kamar adiknya si Cempluk)
Saturday, January 1, 2011
2011
1 Januari 2011, tahun baru yang membuat Jakarta jadi kotor karena sampah-sampah berserakan seusai perayaan menyambut Tahun Baru tadi malam. Kawasan Monas, Ancol, TMII merupakan 3 pusat keramaian yang sepertinya wajib dikunjungi oleh warga ibukota setiap kali perayaan tahun baru.
3 hari yang lalu, 29-12-2010 Ibuku baru saja merayakan ulang tahun Beliau ke-55. Enam hari yang lalu ada peringatan 6 tahun Tsunami Aceh yang merenggut ratusan ribu jiwa warga Aceh dan beberapa negara asia lainnya. Tanggal 26 Desember 2010 itu pula Timnas Indonesia yang digadang-gadang akan menjadi jawara Turnamen Piala AFF dipermalukan oleh Timnas Malaysia yang mempecundangi Timnas Indonesia dengan 3 gol tanpa balas. Walaupun Indonesia mampu membalas kekalahan dengan skor 2-1 di Gelora Bung Karno 3 hari berikutnya, namun Indonesia harus tetap merelakan Piala AFF yang dulu bernama Piala Tiger kepada Timnas Malaysia cuma karena selisih gol.
Tahun 2011 nanti juga diperkirakan akan marak bermunculan pesaing tablet Apple yaitu iPad. Akan ada Playbook Blackberry ataupun tablet-tablet dari vendor-vendor raksasa dunia teknologi. Dalam Bidang Pasar Modal, IHSG menorehkan rekor dengan bertengger di indeks lebih dari 3700.
Bagiku sendiri tahun 2011 ini akan menjadi sejarah sendiri bagiku karena aku sudah mulai berkomitmen dengan seorang wanita dewasa yang semoga bisa kuperistri tahun ini. Amin!
3 hari yang lalu, 29-12-2010 Ibuku baru saja merayakan ulang tahun Beliau ke-55. Enam hari yang lalu ada peringatan 6 tahun Tsunami Aceh yang merenggut ratusan ribu jiwa warga Aceh dan beberapa negara asia lainnya. Tanggal 26 Desember 2010 itu pula Timnas Indonesia yang digadang-gadang akan menjadi jawara Turnamen Piala AFF dipermalukan oleh Timnas Malaysia yang mempecundangi Timnas Indonesia dengan 3 gol tanpa balas. Walaupun Indonesia mampu membalas kekalahan dengan skor 2-1 di Gelora Bung Karno 3 hari berikutnya, namun Indonesia harus tetap merelakan Piala AFF yang dulu bernama Piala Tiger kepada Timnas Malaysia cuma karena selisih gol.
Tahun 2011 nanti juga diperkirakan akan marak bermunculan pesaing tablet Apple yaitu iPad. Akan ada Playbook Blackberry ataupun tablet-tablet dari vendor-vendor raksasa dunia teknologi. Dalam Bidang Pasar Modal, IHSG menorehkan rekor dengan bertengger di indeks lebih dari 3700.
Bagiku sendiri tahun 2011 ini akan menjadi sejarah sendiri bagiku karena aku sudah mulai berkomitmen dengan seorang wanita dewasa yang semoga bisa kuperistri tahun ini. Amin!
Subscribe to:
Posts (Atom)