Pages

Friday, January 27, 2012

Bingung beli rumah ?

Beli Rumah bukan sekedar membeli gadget mewah layaknya iphone atau ipad yang pastinya akan usang dimakan zaman. Rumah adalah kebutuhan primer manusia disamping pangan dan sandang. Namun rumah adalah kebutuhan primer termahal yang sudah menjadi semacam simbol eksistensi suatu rumah tangga.

Masing-masing individu ataupun pasangan rumah tangga mempunyai preferensi sendiri-sendiri tentang rumah idaman mereka. Pernah temanku yang baru punya rumah bilang, "Beli rumah itu gampang-gampang susah, aku dapat rumah ini juga karena 'pulung'". Dia menganggap dia sangat beruntung sekali membeli rumah itu dengan harga yang miring. Rumahnya memang relatif luas dan kualitas bangunannya kokoh. Namun jika aku di posisi dia, aku tak kan membeli rumah itu karena:
1. Jalan akses masuknya relatif kecil, kira-kira hanya muat satu mobil (ada di dalam gang)
2. Tidak mempunyai pekarangan/lahan sisa, karena aku sangat suka sekali berkebun ataupun menanam pohon / sayuran. Aku memang kurang suka kalau lahan yang ada dihabiskan untuk dibangun rumah. Terkesan sumpek jadinya.
3. Ternyata rumah itu tidak mempunyai IMB jadi kalau ada program penggusuran oleh pemerintah daya tawarnya jadi lemah.

Referensi orang akan rumah memang berbeda-beda, mungkin temanku itu sudah merasa sreg dengan rumah tersebut dan tidak masalah dengan kekurangannya, mungkin preferensi utama bagi dia adalah kondisi rumah yang masih bagus.

Kemarin di kantor ada obrolan soal rumah. Ada salah satu temanku yang ingin beli rumah. Terus ada temanku yang satunya nyeletuk, "Eh itu lho si T (temanku juga) dapat rumah second murah sekali dan luas lagi tanahnya, beruntung banget ya dia". Aku pun berpikir, harga semurah itu bagaimana dengan kualitas bangunannya, bagaimana aksesibilitasnya, lewat daerah yang macet banget nggak' jalan akses masuk ke rumahnya lebar nggak, dan itu rumahnya di hoek atau di tengah-tengah, rawan banjir nggak, dan dekat pintu tol nggak?

Pertanyaan-pertanyaan itu sekiranya sebagai pembenaran pilihanku akan rumah indenku sekarang ini. Kompleks perumahanku yang dekat pintu tol, tidak banjir, tidak bekas tanah urugan, pinggir jalan raya utama, landscape yang rapi, udara yang bersih, jalan lingkungan yang lebar dan berbeton, one gate system, ada ruang terbuka hijaunya, akses jalan yang relatif lancar (apalagi kalau lewat tol) serta rumahku yang terletak di hoek dan masih ada lahan sisa sekitar 70% membuatku semakin mantap dan merasa tidak rugi mengeluarkan uang lebih dari 400jt tuk membelinya.

Jadi menurutku harga suatu rumah murah menurut orang lain, belum tentu murah menurut kita jika tidak hanya segi harga rumah di atas kertas saja yang dibandingkan. Aku merasa wajar harga rumahku segitu karena ditunjang fasilitas dan lingkungan yang prima.

Untuk membeli rumah memang gampang-gampang susah, kita memang harus mempertimbangkan budget kita dengan preferensi kita tentang rumah yang tentunya berbeda dengan orang lain.
Jangan tergoda harga murah tapi tidak membuat hidup lebih nyaman dan tenang. Mahal sedikit nggak masalah asalkan aman, nyaman, dan tenang.





Saturday, January 14, 2012

Grand Serpong 2

Pagi ini, kukembali menengok progress pembangunan calon rumahku di Grand Serpong 2 Tangerang Selatan. Hujan gerimis yang mengguyur jabodetabek pagi ini tak menyurutkan langkah motor buntutku tuk melihat progressnya.
Brosur Grand Serpong 2 (dok. pribadi)

Sesampainya di kompleks Grand Serpong 2 hujan gerimis masih saja mengiringiku. Kulihat calon rumahku temboknya sudah tinggi dan tinggal nunggu diberi atap rangka baja ringan dengan genteng beton. Kurang lebih sejam lamanya ku disitu, sambil jalan-jalan melihat lingkungan perumahan yang meskipun sudah banyak rumah yang jadi tapi masih sedikit yang menghuninya.

Saat ku berkeliling kompleks, kulihat ada tiang telepon dan galian pemasangan kabel Telkom. "Wah bisa pasang Groovia TV ntar disini sebuah layanan IPTV dari Telkom", pikirku sejenak sambil memperhatikan tiang telepon yang ada kotak kecilnya berlogo Telkom.

Puas berbincang dengan para tukang yang tetap bekerja meski gerimis terus mengguyur, aku pun melanjutkan menuju ke kantor marketing Grand Serpong 2 di kompleks perumahan 'kakaknya' di Grand Serpong (1) untuk memberikan fotokopi transfer uang muka yang udah kucicil keempat kalinya ( tinggal sekali lagi nyicilnya, he he .....). Di kantor marketing kulihat brosur baru yang menurutku lebih 'eye catching' dengan kualitas kertas yang lebih bagus daripada brosur terdahulu. Tak lupa kuambilkan brosurnya buat temen kantorku yang juga sedang mencari rumah, siapa tahu bisa jadi tetanggaku......

Sunday, January 1, 2012

Harapan 2012

Tahun Baru 2012, perayaan tadi malam tidak ada yang terasa spesial bagiku malahan bunyi kembang api tadi malam sungguh mengganggu tidurku. Tadi malam kuhanya menonton Sherlock Holmes di Blok M Plaza, seperti halnya 2 tahun lalu saat malam tahun baru aku menonton pula film Sherlock Holmes tapi di Pondok Indah Mall 2 bersama sepupuku.

Malam Tahun Baru tadi malam aku tidak bisa merayakan bersama istriku tercinta yang berada di Tulungagung. Aku berharap tahun ini kami bisa berkumpul hidup bersama dalam satu rumah.
Tahun 2012 ini kuawali hari dengan menengok progress pembangunan calon rumahku di Grand Serpong 2, di Jalan Ciater Raya, Tangerang Selatan. Semoga pertengahan tahun ini rumah itu sudah jadi dan bisa kutempati. Aku juga menunggu kelahiran putra kecilku yang diperkirakan akan lahir akhir Juni atau awal Juli 2012. Semoga SK PNS si Cempluk segera keluar Januari ini agar bisa mengurus kepindahannya ke Tangsel.

2012...... Semoga tahun ini akan lebih baik untuk keluarga kecilku. Semoga keluarga kami senantiasa diberkahi oleh-Nya. Amin.