Pages

Monday, December 31, 2012

Ku Bahagia Melihat Ibu Bahagia

Senangnya hati ini melihat ibuku bahagia. Ibu saat ini berada di Jakarta. Sudah lebih dari seminggu Beliau berada di Jakarta, tepatnya di rumahku yang kebetulan saat ini ditempati kakakku.

Dari cerita-ceritanya di telepon, Beliau nampak bahagia sekali. Sehari-hari saat ditinggal kakakku ke kantor, beliau bersih-bersih rumah, nyuci, memasak, semuanya dikerjakan dengan penuh semangat dan gembira. Kalau pagi hari, beliau sering jalan-jalan keliling kompleks perumahan, kadang beliau juga keluar kompleks sambil berjalan kaki untuk sekedar membeli kelapa muda dan mie ayam yang kebetulan dijual didekat kompleks.

Jika kakakku libur, Beliau diantar ke pasar untuk membuat menu kesukaan kakakku. Ada ingkung ayam kampung, sayur bening, cumi goreng, dan aneka masakan khas 'Ibu' lainnya.

Pada malam tahun baru ini beliau hanya di dalam rumah sambil nonton TV, dan sedikit berkeluh kesah terganggu akan suara kembang api dan mercon yang membuat kaget dan memekakkan telinga.

Di Jakarta, beliau rencananya sampai pertengahan Januari 2013. Tanggal 15 Januari 2013, beliau akan terbang ke Jogja dengan Air Asia yang kubelikan secara online di internet seharga 189ribu rupiah, lebih murah dari tiket Bus Super Eksekutif Jurusan Pati-Jakarta yang ditumpanginya tempo hari.

Di Jogja beliau ingin bertemu dengan adik-adiknya dan janjian sama Bapakku yang di Pati untuk bertemu di Jogja.

Aku melihat raut kegembiraan pada Ibu semenjak Beliau memasuki masa pensiun. Apalagi kalau kukirimi video dan foto cucunya yang sangat menggemaskan. Tak lupa beliau juga selalu menanyakan perkembangan cucunya padaku ataupun langsung ke istriku.

Ibu, tanggal 29 Desember kemarin Ibu berulang tahun ke -57. Aku bahagia Ibu telah mampu melaksanakan rukun Islam yang kelima. Aku senang melihat Ibu gembira, bahagia bertemu putra-putranya dan cucunya.

Ibu...Engkau adalah Ibu terhebat bagiku. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan dan karunia-Nya kepada Ibu.

Menutup Tahun 2012 dan Menyongsong 2013 Bersama Anak Istri Tercinta

Bisa menghabiskan tahun 2012 bersama keluarga kecilku untuk menyonsong 2013 adalah sesuatu yang berharga bagiku. Tak sia-siaku uang jutaan rupiah yang kukeluarkan untuk bisa bertemu mereka terbayar sudah.

Keceriaan Manggala yang bertambah pintar dan menggemaskan dari hari hari ke hari mampu mengobati kangenku selama ini. Istriku yang sabar merawat Manggala di tengah kesibukannya yang luar biasa padat sebagai seorang dokter semakin menambah sayangku padanya.

Tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kami sudah dikaruniai seorang putra yang kuat dan tampan dan menggemaskan plus suka senyum dan tertawa yang membuat semua orang yang melihatnya ingin menggendongnya berlama-lama.

Malam tahun baru ini kuhabiskan di Kota Tulungagung, kota kelahiran anak istriku. Kebetulan tahun baru ini, Ibuku juga sedang di Jakarta menengok putra sulungnya (kakakku) yang kuminta untuk tinggal di rumahku, sedangkan Bapak menghabiskan malam tahun baru sendirian di kota kelahiranku, PATI.

Di tahun yang baru, ingin rasanya aku pindah tugas ke Jakarta lagi dan anak istriku bisa ikut kumpul bersamaku dalam satu atap. Ingin rasanya seperti keluarga muda lainnya yang bisa berkumpul setiap saat dengan istri dan anak-anaknya yang sedang lucu-lucunya.

Semoga di tahun 2013 nanti, kami sekeluarga bisa lebih bahagia dan menjadi keluarga yang bisa lebih bersyukur akan nikmat-nikmati-Mu ya Allah. Semoga Engka senantiasa melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan bagi kami.

Friday, December 28, 2012

Web Check In Garuda Indonesia, Citilink, Air Asia, Lion Air

Internet memang sudah sangat sulit dipisahkan dari rutinitas masyarakat modern. Salah satunya adalah kemudahan untuk melakukan check in penerbangan melalui web atau yang populer disebut Web Check In. Beberapa penerbangan yang pernah kurasakan kemudahannya dalam memberikan pelayanan web check in diantaranya Garuda Indonesia, Citilink, Air Asia, dan Lion Air.

Biasanya web check in akan dibuka mulai 24 jam sebelum jadwal penerbangan, kecuali Air Asia yang sudah membukanya sejak 14 hari sebelum jadwal penerbangan.

1. Garuda Indonesia
Untuk bisa check in melalui web, diperlukan daftar kota keberangkatan dan kode booking. Selanjutnya diperlukan empat angka terakhir yang tercantum dalam nomor tiket dan kita bisa memilih tempat duduk (gratis), dan mencantumkan nomor GFF (kalau punya). Tinggal klik, muncullah boarding pass kita. Ada opsi untuk mendownload file boarding pass-nya dalam bentuk pdf, kemudian siap untuk dicetak.

File boarding pass-nya  yang bisa kita simpan sangat membantu jika boarding pass kita hilang, padahal perjalanan kita dibiayai oleh institusi yang harus menunjukkan boarding pass maka kita bisa mencetakknya kembali, coba kalau kita check in di counter bandara, sekali hilang yang susah mengurusnya. Oh iya, untuk garuda web check in ditutup 4 jam sebelum jadwal penerbangan.

2. Citilink
Nomor Konfirmasi, nama belakang, dan email yang digunakan saat pembelian tiket diperlukan untuk mengisi form web check in. Di sini kita tidak bisa memilih posisi tempat duduk, karena sebagai penerbangan murah posisi kursi penumpang mereka jual saat proses pembelian tiket, jadi kita untung-untungan mendapat posisi tempat duduknya. Seringkali aku sendiri mendapat tempat duduk di barisan depan dengan Abjad 'B' yang berarti diapit kedua penumpang di kanan kirinya. Sebelum proses selesai web check in, akan ditampilkan opsi Anda ingin membeli makanan atau tidak. Aku selalu meng-cancel opsi ini. Baru kemudian muncul boarding pass, dan siap dicetak.Citilink juga menerapkan 4 jam sebelum jadwal penerbangan untuk penutupan fasilitas web check in.

3. Air Asia
Air Asia sedikit berbeda memberlakukan aturan web check in-nya. 14 hari merupakan waktu yang relatif panjang dan fleksibel untuk melakukan web check in. Penutupannya juga sampai 1 jam sebelum penerbangan berlangsung. daftar Kota keberangkatan, nomor booking, dan nama terakhir pemesan pelu dicantumkan dalam form web check in-nya. Web Check In untuk air asia ini sangatlah bermanfaat, karena jika melakukan check in di counter bandara akan dikenakan charge sekitar Rp 30ribu (kalau nggak salah lho...). Sama dengan Citilink, pemilihan kursi saat web check in tidak diperkenankan dan sudah given by system, karena penumpang hanya bisa memilih dengan membayarkan biaya tambahan saat pembelian tiket melalui internet.

4. Lion Air
Aturan waktu buka tutupnya web check in seperti halnya Garuda, dan juga bisa memilih kursi tanpa dikenai biaya tambahan. Kode Booking dan nama depan atau nama belakang (pilih salah satunya) diperlukan untuk mengisi form web check in.

Beberapa penerbangan domestik belum memberikan fasilitas web check in, mungkin belum siap secara IT-nya. Namun, bagaimana pun juga web check in sangat membantu jika kita terburu-buru atau mepet dengan jadwal. Terlebih penumpang dari Jakarta yang tidak bisa memperkirakan kemacetan yang terjadi untuk menuju Cengkareng. Apalagi jika saat liburan atau weekend yang seringkali terjadi antrean yang panjang di counter check in membuat ketidaknyamanan tersendiri, namun bisa teratasi jika kita sudah check in melalui website maskapai dengan catatan kita tidak membawa bagasi (kalau membawa bagasi, mau tidak mau harus ke counter check in juga). Namun ada yang patut disayangkan seperti yang pernah aku alami di Bandara Juanda Surabaya tidak terdapat counter airport tax yang terpisah, sehingga walaupun sudah web check in masih harus ke counter check in maskapai untuk membeli airport tax dan terpaksa harus menyodok langsung ke barisan terdepan untuk membeli karcis airport tax ke petugas counter kalau sudah begini apa gunanya melakukan web check in jika ujung-ujungnya harus ke counter check in bandara hanya sekedar untuk membeli airport tax. Akan lebih mudah lagi jika maskapai mengintegrasikan airport tax ke dalam harga tiket seperti yang baru-baru ini sudah diberlakukan oleh Garuda (2 jempol buat Garuda).



Thursday, December 27, 2012

Berburu Tiket Murah :"Citilink vs Air Asia"

Tiket pesawat liburan tahun baru ini sangat mahal jika dibandingkan hari-hari biasa. Besok malam aku berencana ke Tulungagung untuk melepas kangen dengan anak istriku. Hampir 1,5 juta rupiah aku habiskan untuk tiket pp Balikpapan - Surabaya liburan kali ini. Cuti bersama tanggal 31 besok lumayan menambah panjang libur akhir tahun kali ini.

Aku jadi mikir, kalau nggak dapat tiket untuk mudik tiap bulan, bisa-bisa tiga bulan sekali ini aku baru menengok anak istri di kampung, wah gawat juga.....! Alih-alih melihat website berita pagi hari, iseng-iseng aku cari tiket murah. Citilink jadi pilihan utamaku, karena selama ini track record on time-nya relatif bagus, dengan harga yang relatif murah daripada maskapai lain untuk penerbangan BPN-SBY. Andai aja ada Air Asia yang melayani rute ini, pasti bakal seru perang harga di kelas penerbangan Low Cost Carrier ini.

Kulihat kalender 2013, ternyata tidak ada lagi libur-libur hari kejepit yang berkedok cuti bersama. Jadilah untuk jadwal mudik selanjutnya setelah libur tahun baru ini aku berencana pulang jumat malam 8 Februari dan balik lagi ke Balikpapan Minggu 10 Februari 2013. Ternyata harganya masih Rp 275ribu (belum termasuk pajak). Totalnya Rp 615ribu untuk tiket pp sudah termasuk pajak, itupun masih kurang dari separuh harga tiketku mudik tahun baru. "Wow....gini ya cocok!", ujarku dalam hati.

Sekarang aku lebih suka pakai kartu kredit untuk membeli tiket pesawat, karena disamping prosesnya lebih cepat dan mayoritas diterima oleh semua maskapai penerbangan, keuntungan lainnya adalah dari sisi penundaan pembayarannya, paling tidak ada tenggat waktu sebulan. Asal kita tidak telat waktu pembayaran tagihannya, memakai kartu kredit adalah solusi yang memuaskan. Tentu saja pembelian tiket citilink tadi pagi kugunakan kartu kredit, tepatnya pakai Mastercard CIMB Niaga. Proses verifikasinya sangat cepat dan user friendly.

Nah, bicara tentang nyari tiket murah, kebetulan Ibuku saat ini sedang 'maen' ke rumahku di 'Jakarta' (Tangerang Selatan lebih tepatnya) yang saat ini ditinggali kakakku mau pergi ke jogja awal tahun ini. Langsung saja kucarikan tiket pesawat murah, dan yang terlintas dalam pikiranku tentang pesawat murah jurusan Jakarta-Jogja ya Air Asia. Aku coba-coba untuk membelinya secara online, ternyata sudah terjadi perubahan yang signifikan dalam mekanisme pembelian online-nya. Fiturnya masih seribet dulu untuk membeli sebuah tiket air asia secara online. Namun, yang aku sesalkan ternyata opsi untuk tidak menggunakan bagasi ditiadakan, sehingga mau tidak mau calon penumpang diharuskan membeli bagasi paling kecil 15kg seharga Rp40ribu. Tiket yang semula Rp149ribu menjadi Rp 189ribu (masih jauh lebih murah dari tiket Kereta Api Eksekutif Jakarta - Jogja). Untungnya biaya-biaya tambahan lainnya semisal asuransi perjalanan sebesar 19 ribu, biaya pemilihan kursi, pilihan makanan sampai dengan biaya red carpet (yang terkesan mengada-ada, emangnya Presiden pakai Red Carpet) sudah ku-cancel.

Tibalah saat pembayarannya. Ada opsi pembayaran pakai kartu kredit (yang anehnya ternyata kena charge tambahan sebesar Rp 20ribuan), voucher, ataupun direct debit. Awalnya kupilih Direct Debit yang mengakomodir pembayaran melalui Klik BCA, CIMBclicks Niaga, dan Click Pay BCA. Langsung aja kupilih CIMBclicks Niaga, namun beberapa kali melakukan percobaan pembayaran selalu gagal. Hal yang sama kualami beberapa bulan lalu saat mencari tiket balik lebaran.

Ahirnya aku beralih ke Klik BCA yang sudah sering kupakai untuk pembelian online. Namun, parahnya saldo di BCA-ku tidak mencukupi (maklum terlalu lama terbengkalai) untuk membayar tiket yang hanya sebesar Rp189ribu. Aku kemudian berinisiatif mentransfer sejumlah uang dari rekening mandiriku ke rekening CIMB Niagaku. Ternyata pilihan Bank penerima transfer online di mandiri tidak tertera BCA, maka beralihlah aku mentransfer uang dari rekening CIMB Niagaku ke rekening BCA. Akhirnya transaksi bisa kuselesaikan dengan Klik BCA:

Pembelian tiket online yang selama ini kurasakan paling sulit dan tidak user friendly adalah Air Asia. navigasi websitenya yang membingungkan, berbagai macam pilihan layanan tambahan yang jika kita tidak cermat malah akan serasa seperti jebakan dan mengakibatkan biaya tiketnya membengkak tak terduga. Jadi ketelitian dalam membeli tiket air asia secara online mutlak diperlukan. Semoga saja Air Asia segera membuka rute Balikpapan-Surabaya, agar aku bisa lebih menekan pengeluaran biaya transport mudik tiap bulannya.

Berburu tiket murah memang mengasyikkan.

Balikpapan, 27-12-2012

Tuesday, December 25, 2012

Galau Jadi PNS (part 1)


Aku adalah PNS di sebuah Kementerian yang menurut sebagian besar orang dianggap cukup bergengsi di Negeri ini. Sudah hampir 4 tahun ku-'mengabdikan' diri pada institusi ini. Pengalaman-pengalaman baru, ritme kerja yang dinamis (seperti swasta), dan teman-teman dari berbagai latar belakang menemaniku sejak awal 2009 silam.

Kejenuhan seringkali menghinggapi pikiranku. Walaupun sudah termasuk yang terdepan melakukan transformasi birokrasi, sebagai PNS aku masih belum merasa puas dan bangga akan statusku saat ini. Kadangkala terbesit dalam pikiranku untuk meninggalkan pekerjaan ini, namun aku masih gamang untuk menjalani. Bingung mau bisnis apa jika aku keluar dari PNS.

Sebenarnya take home pay-ku sebagai PNS juga sudah cukup lumayan jika dibandingkan dengan PNS lainnya. Gaji, tunjangan, honor-honor mengajar dan kegiatan lainnya sudah pantas untuk hidup layak di kota besar semacam Jakarta. Namun, batinku serasa ingin memberontak untuk mengeluarkan segala kreativitas dan bakatku yang selama ini terpendam rapi dalam sudut otakku agar bisa kukeluarkan untuk modal berwiraswasta.

Berwirausaha tidak semudah kiat-kiat ataupun tips-tips yang sering dikomersilkan dalam di rak-rak toko buku. Banyak yang berhasil dengan wirausaha berawal dari hobi yang ditekuninya. Aku mulai bertanya-tanya, apa hobiku ya? Apa bakatku ya? Apa yang sering membuatku tertarik ya? Apa.... apa????????

Coba aku korek satu per satu hobi, bakat, ataupun sesuatu yang membuatku tertarik:
1. Bercocok tanam
Aku suka akan kegiatan yang satu ini. Dari kecil aku sudah sering menanam mulai dari tomat, bayam, cabe rawit, ataupun melakukan stek tanaman. Aku juga suka membibitkan tanaman-tanaman buah ataupun pohon-pohon lainnya untuk kemudian menanamnya.
2. Menulis di Blog
Sejak mahasiswa aku sering membuat bermacam-macam blog. Namun seringkali keinginan untuk menulis itu tidak ada sampai berbulan-bulan, tapi terkadang keinginan untuk menulis datang menggebu-nggebu dan bisa menyelesaikan beberapa tulisan dalam sehari. Dari sejumlah blog yang pernah kubuat, blog ini yang masih sering ku-update meski kadang tanpa postingan terbaru dalam beberapa bulan.
3. Mengkoleksi Buku
Aku suka mengkoleksi majalah dan buku, meskipun banyak dari buku yang kubeli belum kubaca tuntas bahkan belum kubuka segel pembungkusnya (parah.....)
4. Jalan-jalan
Aku selalu merasa penasaran akan tempat-tempat baru. Kadang aku jalan-jalan sendirian (seringnya pakai motor) menyusuri jalan yang belum pernah kulalui tanpa tujuan yang jelas yang tidak jarang menemukan tempat-tempat eksotis yang belum banyak terekspos.
5. Belanja Online
Tiga tahun terakhir ini aku sering berbelanja online. Mulai dari antivirus, celana, sprei, koin, nomor perdana, cutter cimcard, kolam renang bayi, buku, sampai dengan tiket pesawat.
6. Dongeng
Menurut beberapa temanku, aku punya bakat untuk mendongeng. Aku pun merasakan hal itu, saat aku membaca suatu cerita di hadapan orang banyak, aku seringkali larut dalam cerita itu tentunya dengan intonasi dan gaya bicara sesuai dengan ceritanya.
7. Arsitektur
Cita-cita masa kecilku adalah menjadi arsitek. Aku senang melihat bangunan yang menarik dan ikonik. Aku pun sering menyambangi forum-forum di internet yang membicarakan bangunan ikonik, landscape kota, maupun bangunan pencakar langit.
8. Wisata Alam
Aku selalu tertarik akan keindahan alam. Hutan, pantai, pegunungan selalu membuatku tertarik untuk mengunjunginya karena bisa memberikan kedamaian hati dan kesejukan mata dan pikiran.
9. Teh Ijo
Aku penyuka minuman yang satu ini. Disamping menyehatkan juga membuatku merasa rileks.

Beberapa hal tadi mungkin perlu kusarikan untuk menjadi sebuah ide kreatif untuk bekal kuberwiraswasta kelak. Ada yang bisa kasih ide?

Balikpapan, 25-12-'12

Monday, December 24, 2012

Tips Pengajuan KPR

Membeli rumah tentunya suatu keputusan yang harus diperhitungkan secara matang. Masalah utama yang sering timbul dalam membeli rumah adalah pembiayaannya. Untuk kalangan menengah ke bawah tentunya akan sangat kesulitan jika harus membeli rumah secara tunai ataupun cicilan bertahap. Nah, Adanya KPR tentu akan sangat membantu dalam kepemilikan rumah. Berikut Tips-Tips dalam mengajukan permohonan KPR:

  1. Kita sebaiknya dalam waktu yang bersamaan mengajukan permohonan KPR ke 3 atau 4 Bank sekaligus. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi penolakan dari salah satu Bank, sehingga kita masih mempunyai cadangan calon Bank pemberi KPR
  2. Formulir dan berkas-berkas yang dipersyaratkan oleh Bank harus kita lengkapi selengkap-lengkapnya. Fotokopi Buku Nikah, kartu keluarga, rekening tabungan minimal 3 bulan terakhir, KTP, serta slip gaji minimal 3 bulan terakhir. Untuk slip gaji kita tidak perlu mengada-ada, karena jika ketahuan akan memperkecil peluang kita mendapatkan persetujuan KPR dan kalau pun lolos sehingga bisa memperbesar plafon pasti ke depannya nanti akan mempersulit kita dalam mencicil KPR setiap bulannya. Namun, kita perlu mencantumkan pendapatan tambahan selain gaji seperti honor-honor ataupun pendapatan lainnya dengan jelas dan rinci sehingga bisa meyakinkan pihak analis kreditnya. Sebaiknya uang yang kita terima setiap bulannya dari gaji ataupun honor perlu kita masukkan ke tabungan agar dapat tercatat dan memperkuat jika keterangan gaji dan honor yg kita sampaikan benar adanya.
  3. Jika dalam aplikasi KPR yang kita ajukan ke berbagai Bank diterima, maka sebaiknya kita memilih Bank yang sudah terpercaya dalam mengelola KPR. Banyak dari Bank-bank yang menawarkan bunga rendah di awal-awal tahun, namun biasanya bank-bank seperti ini akan menaikkan secara drastis bunga KPR-nya jika masa promonya sudah habis. Atau jika tidak mau terkena risiko volatilitas bunga bnank, maka pilihlah KPR dengan bunga yang fixed sampai tenor KPR berakhir yang banyak ditawarkan oleh perbankan syariah, namun biasanya bunganya sedikit lebih tinggi dari rata-rata bunga KPR yang berlaku saat itu.
  4. Dalam mengajukan KPR sebaiknya dipertimbangkan memilih bank-bank yang cabangnya terdekat dengan calon rumah kita, agar jika suatu hari ada permasalahan mengenai KPR dan sebagainya akan mudah aksesibilitasnya.
  5. Jika pendapatan kita pas-pasan, maka pilihlah tenor KPR yang paling panjang agar tidak memberatkan cicilan kita setiap bulannya.
  6. Jika ada pameran properti biasanya ada promo dari Bank-Bank dalam menawarkan produk KPR-nya, maka kita tidak perlu sungkan mengajukan apikasi KPR di pameran itu. Biasanya ada diskon mulai dari Biaya provisi gratis, administrasi gratis, bahkan diskon asuransi kebakaran dan jiwa yang luimayan nominalnya. Dan praktisnya lagi, proses persetujuannya akan lebih cepat karena pihak bank juga dibebani oleh target nasabah.
  7. Biasanya setelah 2 minggu kita mengajukan aplikasi KPR akan mendapat konfirmasi dari pihak Bank mengenai disetujui atau tidaknya KPR kita. Oleh karena itu jika lebih dari 2 minggu belum ada respon dari bank, maka kita perlu secara proaktif menelpon pihak bank.
  8. Biasanya pengembang perumahan-perumahan sudah bekerja sama dengan Bank-bank tertentu, serta biasanya mereka memberikan bunga yang lebih rendah. Tentunya hal ini akan memudahkan kita dalam mengajukan KPR, namun jika kita rasa tawaran KPR dari bank yang sudah bekerja sama dengan pengembang tersebut tidak menguntungkan bahkan cenderung merugikan, lebih baik kita memilih sendiri Bank di luar walaupun sedikit lebih repot namun tidak akan terjadi penyesalan di kemudian hari.
  9. Rajin-rajinlah mencari informasi baik itu dari teman kita yang sudah pernah KPR ataupun dari internet mengenai Bank yang layak untuk menjadi kreditur bagi kita.


Semoga bermanfaat, selamat mempunyai Rumah Baru!

Sunday, December 23, 2012

Perjalanan Ke Canopy Bridge Bukit Bangkirai

Liburan panjang natal tahun ini aku tidak pulang ke Jawa. Libur Natal, cuti bersama plus libur kerja hari Sabtu dan Minggu membuat liburan akhir pekan kali ini terasa panjang. Tak mau mati gaya di kos-kosan, aku pun merencanakan liburan bersama teman-teman kantorku yang sama-sama tidak pulang kampung.

Gerbang Menuju Canopy Bridge (dok. pribadi)


Bukit Bangkirai! Itulah obyek yang pertama kali terlintas untuk kukunjungi liburan kali ini. Sudah hampir 3 bualn aku di Balikpapan, paling jauh aku berwisata ke Pantai Manggar yang berpasir putih dengan deretan pohon cemara udangnya yang rimbun. Namun, kali ini aku tidak berminat wisata pantai, melainkan wisata ke hutan yang membuatku penasaran. Bukit Bangkirai di bawah naungan Inhutani I memang terkenal sejak satu dekade terakhir. Bukan karena keanekaragaman flora faunanya, melainkan jembatan gantung yang melintang di ketinggian sekitar 30 meter diatas lantai hutan yang bertengger di puncak pohon-pohon Bangkirai. Canopy Bridge, ya itulah nama kerennya.

Tapi rencana kami itu hampir gagal karena untuk kesana kami tidak punya mobil, mau pinjam kantor mobilnya baru diservis, kalau mau naik motor terlalu jauh dan takutnya nggak kuat soalnya menurut teman-teman yang sudah pernah kesana jalannya lumayan jelek dan menanjak. Kemudian timbul ide dari salah satu teman kami untuk menyewa angkot saja. Awalnya aku sempat ragu, apakah kuat ya angkot kesana, namun karena kuatnya keinginan untuk melihat yang namanya Canopy Bridge ini, kami pun mengiyakan ide temanku itu.

Pagi ini, kami pun berkumpul di Kantor. Untungnya tidak hujan, namun masih saja berawan. Dari Kantor kami di Kawasan MT Haryono Dalam, kami naik angkot menuju Terminal Batu Ampar. Dari terminal Batu Ampar, kami menyewa sebuah angkot dengan tarif Rp200rb. Harusnya tarifnya cuma Rp 150rb, berhubung kami tertipu sama si Calo angkot, nambahlah 50rb buat si Calo. Tapi ya sudahlah itung-itung bagi-bagi rezeki.

Kami berempat dengan sopir angkot yang asli Bugis melaju dengan tujuan KM 38 Jl. Balikpapan - Samarinda. Kami termasuk si sopir belum pernah ada yang ke Bukit Bangkirai. Sepanjang perjalanan, kami mengobrol dengan si sopir, dia ternyata bisa berbahasa Jawa seperti kami karena dulu pernah bekerja di Batam dan teman-teman mess-nya ternyata sebagian besar orang Malang, jadilah dia bisa berbahasa Jawa sampai sekarang.

Sesampainya di KM. 38 ada pertigaan besar dan ada penunjuk kekiri jika Bukit Bangkirai masih 20 KM lagi namun sebelumnya kami tidak melihat angka 20 km itu, baru ketahuan setelah pulangnya. Pantesan saat berangkat kok rasanya jauh sekali masuk ke dalamnya nggak sampai-sampai. Kami pun berbelok kekiri sesuai arahan petunjuk di jalan itu, kira-kira kami masuk sekitar 11 km jalanan beraspal yang seringkali masih ada yang berlubang dengan turunan dan tanjakan namun masih relatif tidak tajam tikungannya. Kemudian setelah sekitar 11 km ada plang ke arah Bukit Bangkirai di kiri jalan. Kami pun masuk ke dalam kira-kira 9 km dengan kondisi jalan yang sedikit lebih jelek dari jalan utama tadi.

Tiket Masuk seharga Rp20ribu (dok. pribadi)
Akhirnya sekitar jam 12 siang kami pun sampai di pelataran parkir Bukit Bangkirai. Kayaknya cuma rombongan kami satu-satunya yang nekat membawa angkot ke situ Tak mau berlama-lama kami langsung menuju Canopy Bridge. Di sepanjang trek yang kami lalui banyak terdapat pohon ulin dan Bangkirai. Kami berjalan sekitar 400 m sampai dengan gerbang Canopy Bridge.

Kami pun langsung membeli tiket seharga 20rb rupiah per orang untuk naik ke canopy bridge. Kami pun menawari si sopir namun begitu melihat jembatan gantung di atas yang tinggi sekali, beliau nggak mau ikut naik takut jantungnya kumat. Naiklah kami berempat menyusuri puluhan anak tangga dari kayu setinggi kurang lebih 30 m. Di atas ternyata ada 3 jembatan yang panjang kira-kira sepanjang 15 m dan ada 1 jembatan yang pendek kira-kira cuma 5 m. Kami pun mencoba menyeberanginya, walaupun yakin 100 % aman namun awalnya ada sedikit rasa takut untuk menyeberanginya. Seperti anak muda lainnya, kami pun berpose di atas jembatan tak lupa aku coba menengok ke bawah agar bisa merasakan kengerian dari ketinggian segitu. Pemandangan di atas jembatan cukup bagus, bisa melihat puncak-puncak pohon tinggi lainnya di hutan.

Menyeberang di Canopy Bridge (dok. pribadi)


Kira-kira sekitar satu setengah jam kami di Bukit Bangkirai. Sebenarnya masih banyak jalur trek yang patut dicoba di kawasan Bukit Bangkirai ini, namun karena waktu kami pun memutuskan untuk mencobanya di lain kesempatan.

Dalam perjalanan pulang sebenarnya kami ingin mampir ke Kawasan Konservasi Beruang Madu, namun berhubung sudah agak sore dan sepertinya si sopir kelelahan maka kami putuskan langsung pulang ke kantor. Di perjalanan kami juga mampir ke penjual salah di tepi jalan, karena aku penasaran ingin mencoba rasanya, pikirku kok salah bisa tumbuh bagus juga ya di Kalimantan. Aku beli 4 kg seharga 30rb rupiah. Salahnya aku tidak mencobanya karena terburu-buru, aku pikir itu salak yang hampir sama dengan salak pondoh Jogja yang manis. Namun setelah kucoba di dalam angkot ternyata salaknya agak masam dan sedikit sepat. Teksturnya dan rasanya hampir seperti salak Bali, namun dengan buah yang lebih besar dan rasa yang sedikit sepat.

Liburan kali ini memang berkesan, dengan 70rb sudah bisa ke Canopy Bridge Bukit Bangkirai dan menikmati keasrian dan kesejukan hutan alamnya.

Balikpapan, 23-12-'12

Mutasi oh Mutasi (Part 2)

25 Juli 2012, kuterima kabar mengejutkan yang bernama MUTASI. Kala itu aku sedang berada di Hotel Sofyan Betawi di Kawasan sekitar Masjid Cut Meutia Jakpus, mendampingi peserta diklatpim khusus pajak. Suasana hatiku yang sedang jenuh saat itu, tiba-tiba dikagetkan dengan kabar dari temanku si Gendut. "Kring, kamu dah denger blom kabar mutasi angkatan kita, kamu termasuk di dalamnya lho, kabarnya udah santer banget nih!", ujar gendut melalui whatsapp-nya. "Ah, paling cuma kabar burung seperti yang sudah-sudah!", tanggapanku dengan sedikit cuek. "Tapi ini bener, kamu dimutasi ke Balikpapan, anak-anak sudah ribut nih di group", ujarnya lagi dengan penuh meyakinkan. Aku tidak begitu saja percaya dengan kabar dari si Gendut. Aku kemudian mengkonfirmasi temanku yang lain dan ternyata kabar 'burung' itu benar adanya.

Aku sedikit shock dengan kabar itu. Biasanya yang sudah-sudah jika seorang pelaksana di unitku akan dimutasi pasti akan dipanggil menghadap Kepala untuk dikasih tahu secara pribadi atau ditawarkan mau mutasi ke daerah mana dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tapi untuk pola mutasi yang sekarang ini, tidak ada angin tidak ada hujan langsung keluar SK-nya.

Langsung setelah fix informasi mengenai mutasiku, kuberitahu istri dan Ibuku. Mereka tetap memberi dukungan dan semangat kepadaku. Tentunya dengan mutasi aku harus memulai untuk beradaptasi lagi dan yang pasti rencana finansialku banyak berubah tidak sesuai rencanaku sebelumnya. Aku juga memikirkan bagaimana dengan rumahku yang baru kutempati sekitar sebulan, padahal aku sedang senang-senangnya mempercantik rumah baruku itu. Aku juga harus ngekos lagi di tempat baru, padahal setiap bulan gajiku sudah terpotong untuk membayar cicilan rumah. Belum besarnya tiket pesawat yang harus kutanggung jika aku menengok istri anakku di Jawa Timur. Namun, Teman-teman dan atasanku terus memberiku semangat. Salah satu Widyaiswaraku juga berujar "Lebih baik kamu dimutasi sekarang, mumpung masih muda, daripada kalau sudah tua dimutasi ke daerah kan repot jadinya".

Akhirnya aku berangkat ke Balikpapan hari Sabtu, tanggal 29 September 2012. Aku pun masuk kerja di kantor yang baru tepat hari Senin, tanggal 1 Oktober 2012 bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila.

Beberapa hari terakhir ini, teman-temanku di Balikpapan juga mendapat giliran mutasi. Tak satu pun dari mereka yang tahu akan dimutasi. Mereka pun sangat shock, karena keluarga mereka sudah betah di Balikpapan, sudah beli rumah, mobil, bahkan ada satu temanku baru saja menyelesaikan akad KPR dengan Bank untuk membeli rumah di Balikpapan.

Mutasi memang diperlukan dalam organisasi, dan perlu suatu pola yang jelas dan adil dalam memberlakukannya. Manakala suatu pola mutasi tidak dilakukan secara transparan dan konsisten, maka akan munculah bibit-bibit rasa iri, rasa terzalimi, rasa kecewa dalam anggota organisasi sehingga bom waktu pun siap meledak dalam organisasi tersebut.

Balikpapan, 23-12-'12

Saturday, December 22, 2012

Mutasi oh Mutasi (Part 1)

Mutasi, apa yang salah dengan kata ini? Sebagian pegawai sangat sensitif dengan kata ini. Pekerjaanku sebagai seorang PNS juga tak bisa lepas dari kata ini.

Mutasi ada yang senang dengan kata ini, ada pula yang tidak suka dengan kata ini. Orang yang cenderung resisten dengan kata ini ada beberapa cirinya:
  1. Pegawai yang sudah berada di 'comfort zone', sehingga sudah merasa cocok banget dengan posisinya saat ini.
  2. Pegawai yang sudah merasa nyaman dengan kota tempat bekerjanya sekarang ini.
  3. Pegawai yang sudah berkeluarga dan tidak ingin berpisah jauh dengan keluarganya.
  4. Pegawai yang tidak suka tantangan
  5. Pegawai yang tidak mempunyai ambisi untuk mengejar karir

Namun ada juga pegawai yang cenderung tolerir dengan 'mutasi' dengan ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Pegawai yang posisinya saat ini tidak strategis atau tidak membuatnya senang
  2. Pegawai yang suka tantangan
  3. Pegawai yang terbiasa berpisah jauh dengan keluarganya
  4. Pegawai yang ditempatkan di daerah terpencil
  5. Pegawai yang berambisi terhadap karir/promosi

Nah, beberapa hari terakhir di unit eselon I tempatku bekerja ada mutasi pelaksana. Kebetulan ada 4 staf di kantorku yang ikut mutasi. 2 orang sudah berkeluarga, dan 2 orang masih bujangan. Semuanya adalah laki-laki. Yang sudah berkeluarga kebetulan dipindahtugaskan ke Jogjakarta, sedangkan yang masih bujangan dipindah ke Jakarta.

Keempat temanku itu tidak menampakkan ekspresi kegembiraan di wajahnya, bahkan yang terjadi sebaliknya. Padahal mereka semua orang Jawa, dan biasanya orang Jawa yang bertugas di luar Jawa dimutasi kembali ke Jawa, tentu mereka akan senang dengan kabar itu. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk keempat temanku tadi. Berbagai alasan tentunya yang menyebabkan kondisi kekecewaan:
  1. Mereka sudah terlanjur betah disini (Balikpapan)
  2. Mereka sudah mempunyai rumah dan mobil disini
  3. Anak istri mereka sudah nyaman tinggal di Balikpapan
  4. Lingkungan kerja di kantor yang menurut mereka sudah sangat nyaman
  5. Persepsi mereka tentang sulitnya beradaptasi di tempat kerja yang baru ataupun kabar-kabar bahwa tempat kerja yang baru sangat membosankan dan menebar rasa ketidaknyamanan.

Mutasi memang diperlukan dalam suatu unit organisasi biar tidak terjadi kebosanan dalam rutinitas kerja yang sama tiap harinya, mencegah terjadinya status quo dalam sebuah organisasi, mencegah dominasi faktor kesenioritasan, menempa pegawai menjadi calon pejabat atau pejabat yang tahan banting dan mengetahui permasalahan-permasalahan dalam berbagai unit kerja dalam organisasi.

Terlepas dari plus minusnya mutasi, untuk kasus keempat temanku itu mutasi mereka bukanlah mutasi vertikal/promosi jabatan, melainkan mutasi horisontal. Jadi jika mereka masih pelaksana untuk mutasi harus diperhatikan kondisi yang bersangkutan dan keluarganya, baik itu sisi finansial ataupun sisi psikologisnya.

Jika masih pelaksana yang umurnya relatif masih muda apalagi sudah menikah, untuk beradaptasi di lingkungan kerja baru pasti memerlukan waktu yang tidak singkat tergantung kemampuan pegawai tersebut maupun kondusifnya lingkungan kerjanya yang baru. Misalkan temanku si W yang sudah mempunyai rumah dan mobil dan berkeluarga. Untuk dimutasi ke kota lain dia harus menjual rumah dan mobilnya untuk modal membeli rumah baru di tempat kerja yang baru, padahal jual beli mobil apalagi rumah perlu proses yang relatif panjang untuk kecocokan harganya. Belum lagi dia harus meyakinkan istrinya untuk pindah ke kota yang baru.

Dia mungkin bisa saja mengontrak di tempat baru, tapi apakah keluarganya bisa tinggal di kontrakan yang sederhana padahala sebelumnya sudah terbiasa hidup nyaman di rumah sendiri. Besarnya biaya-biaya yang timbul saat awal-awal mutasi merupakan beban tersendiri bagi staf bersangkutan, dan jika beban itu tidak bisa ditangani secara baik akan timbul demotivasi yang bersangkutan dalam bekerja.

Seorang staf pelaksana, misalnya di kota Magelang yang bergaji 5jt jika dia dimutasi ke Balikpapan gajinya akan tetap 5 juta. Yang membedakan adalah nilai riil dari gaji sebesar 5 juta yang diterima. Kalau di Malang mungkin uang 20 ribu bisa untuk makan sampai 3 kali, di Balikpapan cuma bisa untuk sekali makan atau paling banter 2 kali makan jika mau ngirit lauk. Jadi secara riil pendapatan mereka berkurang. Belum lagi jika harus menengok anak istri di Jawa yang membutuhkan biaya tranport minimal sepertiga penghasilan. Oh,pahit sekali rasanya.....

Berbeda halnya jika mutasi vertikal/promosi jabatan, kompensasi gaji dan tunjangan yang lumayan berbeda signifikan dengan pelaksana, akan mengobati pahitnya mutasi ke daerah.

Jadi apa salahnya dengan kata 'Mutasi'?

Friday, December 21, 2012

Empat Kota, Empat Kesan Berbeda

Sampai saat ini aku sudah merasakan hidup di 4 kota.

1. Periode 1984 - 2002
Dalam periode ini kuhabiskan masa kecil dan remajaku di Kota Pati, sebuah kota kecil di Pantura Jawa Tengah yang terkenal sebagai kota pensiunan, karena sepinya kota Pati (saat itu). Kota yang dulunya adalah ibukota Karesidenan Pati, berada di Jalur Utama Pantura Jawa. Jalan Daendels yang dibangun pada awal abad ke-19 membelah kota ini dari barat ke timur.

Udara panas pantura Jawa, dengan nyamuknya yang 'ganas-ganas' menemaniku lebih dari dua windu usiaku. Kota kecil yang tidak ada macet, udara yang masih segar di pedesaan sekitarnya, bintang-bintang yang masih terlihat jelas di malam hari, serta langit biru di siang hari yang senantiasa menemani.

Makanannya pun tak kalah enak, ada Sate Kambing muda yang mak nyus, Nasi Gandul GadjahMati yang menggoyang lidah, Soto Kemiri yang sangat legit dan gurih, Bandeng Presto dan aneka makanan dan masakan yang lezat-lezat dan murah bisa kunikmati setiap saat.

2. Periode 2002-2008
Masa kuliahku kuhabiskan di kota Jogja. Di UGM kutempuh studi selama 6 tahun sampai gelar master kudapat. Kota Jogja adalah kota yang sangat berkesan dan membuatku kecanduan tuk senantiasa merindukannya. Aku sering menjelajahi obyek-obyek wisata di kota ini baik yang terkenal ataupun yang terdengar samar-samar. Di kota ini fasilitas sangat lengkap dan begitu mudah didapat. Mau wisata belanja ada mall, pasar, dan kaki lima yang menjamur, mau wisata budaya ada keraton dan museum-museum budaya ataupun gedung kesenian, mau wisata pegunungan ada Kaliurang, Kaliadem, Kalikuning, dan berbagai objek wisata di Lereng Merapi. Mau wisata Pantai ada Pantai Glagah, Trisik di Kulonprogo, Pantai Pandansari, Pandansimo, Depok, Parangkusumo, sampai Parangtritis dan Parangendog di Bantul, juga Pantai-pantai berpasir putih di selatan Gunung Kidul dari Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak, sampai Siung dan Sadeng bisa dijelajahi dengan sangat mudah. Mau wisata Candi juga bertebaran di mana-mana, dari Prambanan, Kalasan, Ratu Boko, Banyunibo, Barong, Sambisari dan yang terbaru ditemukan Candi di Kompleks Perpustakaan UII.

Jogja dulu kota sepeda, sekarang menjadi kota sepeda motor. Mayoritas yang lalu lalang di jalanan Jogja adalah Mahasiswa. Berbagai plat nomor kendaraan dari Sabang sampai Merauke ada di Jogja. Berbagai macam suku di Indonesia bergelut menimba ilmu di kota pelajar ini.

Menuntut ilmu di Jogjakarta sungguh kondusif. Suasana yang nyaman, sejuk hawanya, makanan murah dan suasana tenang di pedesaannya sungguh membuat setiap pendatang betah tinggal berlama-lama di kota ini.

3. Periode 2009 - 2012
Hampir 4 tahun kuhabiskan di Jakarta. Tak pernah sebelumnya terpikirkan olehku untuk bekerja dan mempunyai rumah di Jakarta dan sekitarnya. Dalam benakku kala itu Jakarta begitu padatm identik dengan kemacetan, orang berseliweran dimana-mana, dan polusi udaranya yang panas, serta raungan kendaraan bermotor yang membahana. Tapi aku sudah mulai bisa menikmati ritme warga ibukota yang begitu cepat dan dinamis. Aku lumayan betah di Jakarta, sampai aku harus pindah tugas ke kota lain di akhir tahun 2012 ini.

4. Periode Oktober 2012 - sekarang
Di Balikpapan lah tempat kerja baruku. Di kota minyak yang terkenal mahal biaya hidupnya (lebih mahal dari Jakarta) aku harus beradaptasi lagi dengan lingkungan kerjaku dan kota Balikpapan. Udara Balikpapan yang sangat panas serta air yang kurang bersih merupakan kesan pertamaku akan kota ini. Kota ini dihuni mayoritas pendatang dari Jawa, jadi aku tidak terlalu susah mencari makanan yang cocok dengan lidah dan kantongku. nasi Pecel, Lodeh, Oseng-oseng, Sayur Bayam, Ayam tempe penyet, bertebaran di kota ini.

Semua Kota yang pernah kutinggali memberikan kesan sendiri-sendiri yang unik dan selalu kan kuingat sepanjang hidupku.

Balikpapan, 21-12-2012 (Hari 'Kiamat' versi Maya?)

Thursday, December 13, 2012

Iri Dengki vs Kebahagiaan Hakiki

Iri dengki tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kita kadangkala iri dengan keberhasilan orang lain baik itu keluarga atau teman kita sendiri. Seringkali kita melihat teman kita lebih pintar dari kita, lebih banyak rezekinya (dalam hal ini materi) ataupun lebih tampan atau lebih cantik dari kita. Kadangkala pula terbesit perasaan senang ketika teman yang membikin kita iri mendapatkan musibah. Manusia memang aneh, haruskah kita membiarkan sifat iri dengki yang memang merupakan sifat dasar manusia ini membelenggu sepanjang umur kita di dunia ini?

Ada banyak kerugian jika kita selalu diliputi sikap iri dengki terhadap orang lain:
  1. Hidup kita menjadi tidak tenang, tidur kita pun selalu tidak nyenyak karena selalu berpikir keras tentang kesuksesan orang lain yang membuat kita iri hati.
  2. Iri dengki adalah penyakit hati, pernyataan ini adalah sesungguhnya benar adanya karena jika kita iri hati akan membuat suasana hati kita tidak senang gembira dan menjauhkan kita dari aura positif sehingga metabolisme tubuh kita akan terganggu dan pada akhirnya bukan kesehatan yang kita dapatkan melainkan berbagai macam penyakit yang membuat hidup kita semakin tidak bahagia.
  3. Iri dengki hanya membuat kita sibuk untuk mengorek-ngorek sisi negatif dari seseorang sehingga menghambat produktivitas kerja kita ataupun kreativitas. energi yang kita gunakan terbuang percuma dan potensi kita akan semakin tertutup jika terus memupuk sifat iri dengki di hati kita.


Coba kira renungkan, bukankah Tuhan telah menganugerahkan berbagai kelebihan-kelebihan yang spesifik bagi tiap-tiap ciptaan-Nya. Tidak sepantasnya kita iri akan kelebihan orang lain, karena kita sendiri mempunyai kelebihan yang orang lain itu tidak punya, mungkin kita belum menyadari akan kelebihan kita.

Beberapa motivator menyarankan kita selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita agar kita senantiasa diberi rezeki oleh-Nya. Salah satu cara bersyukur adalah dengan mengendalikan hati kita untuk tidak iri dengki kepada teman kita yang kita anggap lebih berhasil dari kita. Kita harus ikut senang melihat teman kita banyak rezeki, toh tidak ada gunanya iri dengannya karena hanya menguras energi dan makin menghambat rezeki kita.

Perbedaan rezeki (dalam hal ini materi) seringkali menjadi pemicu timbulnya sifat iri dengki di hati kita. Sejak dini mind set kita akan definisi rezeki harus kita ubah, rezeki bukan hanya kelimpahan materi semata melainkan juga kesehatan, kebersamaan kebahagiaan dengan keluarga, kemudahan-kemudahan dalam menjalani hidup, putra-putri yang sholeh dan pintar, istri yang setia dan mampu mendidik putra-putri tercinta. Coba kita identifikasi diri dan keluarga kita, apakah selama ini kita sehat dan jaraang masuk rumah sakit? apakah anak-anak kita di sekolah pintar dan tidak nakal? apakah tiap hari kita bisa berkumpul dengan anak istri tercinta?

Coba kita juga tengok teman atau saudara kita yang membuat kita iri karena rezekinya (materi) lebih berlimpah. apakah dia dan keluarganya selalu sehat? apakah dia berkumpul dengan anak istrinya setiap hari? apakah anak-anaknya menjadi anak yang berprestasi di sekolahnya? 

Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk senantiasa memupuk sifat iri dengki dalam hati. Tuhan Maha Adil, dan jika kita selalu bersyukur akan nikmat-Nya niscaya kita akan dilebihkan dalam hal rezeki bukan sekedar materi.

Kebahagiaan ada dalam mind set kita sendiri. Ada orang super kaya tapi belum merasa bahagia, ada orang sederhana tapi dia merasa bahagia sekali dengan hidupnya. Jadi untuk mencapai kebahagiaan hakiki tidak melulu harus mencapai kelimpahan materi, melainkan bagaimana cara pandang kita dalam mendefinisikan kebahagiaan itu. Tapi yang pasti, kebahagiaan yang hakiki tidak akan pernah terwujud jika kita masih memelihara sifat iri dengki dalam hati kita. 

Sunday, December 9, 2012

Proses Pembelajaran vs Bawaan Orok

Proses Pembelajaran vs Bawaan Orok. Itu adalah pernyataan yang mempertanyakan sejauh mana proses belajar atau pengalaman hidup seseorang mampu merubah ataupun memperbaiki karakternya.

Aku memang gemar memperhatikan, 'niteni', dan menyimpulkan karakteristik seseorang. Untuk kasus ini yang jadi 'korbannya' adalah bos baruku.

Dia masih relatif muda, belum genap 40 tahun orangnya. Awal aku kenal dengan dia, kulihat orangnya ramah, rajin, enerjik. Namun setelah berpartner selama beberapa minggu aku mulai mempertanyakan kesan pertamaku terhadap dirinya.

Bermula dari menyalahkan hal-hal kecil yang seolah-olah itu adalah tanggung jawabku dan dianggapnya aku sudah cukup mengerti dan auto pilot dengan proses bisnis di unit baruku itu, dengan kata lain dia lupa kalau aku pegawai baru di kantor.

Kedua saat aku makan bareng-bareng sama teman-temanku, ada seorang teman yang mempergunjingkannya. Sebut saja si Aan. Aan bercerita panjang lebar kepadaku kalau dulu dia mantan anak buahnya, dan sering crash dengan bosku yang sekarang itu. Seringkali dulu si Bos itu bersikap temperamen, dan tak kalah sengit temanku juga wataknya temperamen jadi mereka sering bersitegang. Saat itu dibenakku aku tidak langsung percaya dengan cerita temanku itu.

Pada kesempatan lain, aku seringkali melihat Bosku itu memarahi anak buahnya yang lain dengan sangat ketus dihadapan banyak orang, dan dia pun tak sungkan untuk terus menyalahkan anak buahnya di hadapan tamu sekalipun! Ckckckckck.......

Sampai puncaknya aku juga terkena omelannya. Malam-malam sudah saatnya aku beranjak ke peraduan, si bos hobi marah ini menelponku........ "Huh, ngapain ni si bos nelpon malam-malam gini?", gerutuku dalam hati. Kuangkat telponku, dia langsung menanyakan pekerjaan kantor. "Mas, tadi datanya sudah diinput belum?"ujarnya. "Data yang mana Pak?", tanyaku balik agak kebingungan. "Itu data pesertanya.....", dengan nada agak tinggi. "o yang itu Pak, belum Pak yang itu, tadi saya kelupaan." " Kok bisa lupa, tadi ngapain aja", tanyanya dengan ketus. " iya Pak tadi kan saya ngerjain ini itu, jadi bener-bener lupa, maaf ya Pak, besok pagi-pagi sekali jam 6 saya kerjakan di kantor!", seruku. Terus terang aku tidak suka dengan kata-kata dia yang 'tadi ngapain aja', seolah-olah di kantor aku tidak kerja apa-apa! Huh..... Padahal lupa kan manusiawi, toh dia sebagai bos selaku koordinator yg wajib memantau anak buahnya juga lupa akan hal itu. Yang aku sesalkan, etika dia sebagai seorang atasan, yang memarahi anak buahnya malam-malam lewat telepon, sungguh patut disayangkan, toh semuanya bisa diselesaikan dan hal itu tidak urgent banget. Dalam hatiku perlu ikut coaching n mentoring course ini bos, biar tahu gimana memperlakukan bawahan dan membimbingnya, bukan malah mendemotivasi.

Keesokkan paginya kukerjakan tuntas pekerjaan yang terlupa kemarin sebelum bosku itu datang. Beberapa hari yang lalu aku juga disalahkan lagi, dibilangnya aku lambat. Terlebih omongan itu dilontarkan kepadaku di hadapan tamu dari Jakarta, huh..... Kalau memang aku lambat nggak masalah dimarahi, lha kenyataannya aku sudah sigap, cepat, dan baru selesai mengerjakan satu tugas, malah dibilang lambat, dasar nggak tau diuntung atasan kayak gini. Bukannya dimotivasi atau diapresiasi karena cepat tugasnya, malah didemotivasi dengan pernyataan yang memerahkan telinga. Untungnya aku relatif sudah terlatih untuk menyikapi atasan model gini dan untungnya lagi aku bukan orang yang mudah terdemotivasi dengan pernyataan-pernyataan nggak berkelas dari seorang atasan, paling-paling aku hanya mempergunjingkan dengan teman-temanku, hix.....

Seorang pimpinan seharusnya mampu memotivasi anak buahnya agar berkarya lebih baik, bukan malah hobi mendemotivasi, kalau anak buahnya pada ngambek, hayo....kelabakan lah dia. Terlebih lagi sikap memarahi bawahan di depan orang banyak bisa sangat mempermalukan anak buah, sehingga pasti akan membuat anak buah sakit hati, terdemotivasi, bahkan bisa memicu tindak kekerasan jika sang anak buah punya karakter keras dan tidak terima perlakuan atasannya. Setahuku dalam konsep kepemimpinan tidak ada yang namanya kesalahan anak buah, yang ada adalah kesalahan pimpinannya tidak bisa mengkoordinir, memantau, membimbing bawahannya. Jadi jika seorang atasan selalu menyalahkan anak buahnya itu berarti membuka boroknya sendiri bahwa dia tidak becus mengurus anak buahnya. Jika ada hasil kerja anak buah yang menurut atasan belum benar, maka tidak boleh seorang atasan langsung membentak bahkan menjelek-jelekan bawahannya, yang harus dilakukan adalah dengan menuturkan dengan bahasa yang cerdas dan elegan bahwa pertama harus mengapresiasi hasil kerja bawahan, baru selanjutnya memberikan arahan dan bimbingan seperti halnya "sudah bagus hasil kerjamu itu tapi alangkah baiknya diperbaiki di bagian ini ini ini..... " dengan begitu kan bawahan merasa dihargai dan tidak terdemotivasi, dan tidak pula mendendam dengan atasannya.

Namun dalam kasusku itu, si Bos ini sudah ikut soft skill course berkali-kali, ikut pelatihan kepribadian dari Lembaga Terkenal di Jakarta 'John Robert Power', eh kok masih gitu-gitu hasilnya, jadi kesimpulannya pembelajaran tentang soft skill baginya adalah gagal total, karena watak bawaan orok dia lebih dominan daripada sekedar teori-teori soft skill yang dia pelajari.

Memang kemampuan soft skill seseorang tidak serta merta berubah sesaat setelah dia menerima teori tentang soft skill, namun memerlukan waktu yang relatif panjang disertai niat yang kuat dari yang bersangkutan untuk berubah. Semoga saja seiring berjalannya waktu, bosku yang satu ini bisa merubah karakteristiknya yang negatif.

Bagaimana besok kalau aku jadi Bos ya....???

Saturday, December 8, 2012

Kapan Bisa Melepas Status 'Anak Kos' ?

Ngekos lagi, ngekos lagi...... Itulah yang terlintas pertama kali di pikiranku saat pertama kali aku mendapat kabar mutasi ke Balikpapan.

Awal mula aku menjalani kehidupan kos adalah di Jogja, saat aku mulai memasuki bangku kuliah. Dari tahun 2002 sampai akhir 2008, 6 tahun lebih aku ngekos di kota jogja dengan 2 kali pindah kos.

Awal tahun 2009 aku mulai kerja di Jakarta, aku pun mulai ngekos di Jalan Kelinci kawasan Pasar Baru. Ini adalah kos-kosan termewahku. Aku mendapatkan kos ini dari info di internet dan harga sewanya sejumlah Rp 1.250.000 sangatlah mahal bagiku kala itu, terlebih diharuskan pula mendepositkan uang sejumlah itu juga untuk uang jaminan yang bisa diambil lagi jika memutuskan keluar kos. Tapi kosnya itu sungguh exclusive menurutku, seperti apartemen versi mini. Bagaimana tidak, masuk saja harus dengan finger print, juga dilengkapi dengan cctv di setiap sudut ruangan. Saat aku masuk ke kamarnya, terasa nyaman sekali walaupun kecil. Kosnya masih baru, sehingga bau cat-nya pun masih menyeruak. Springbednya empuk dan nyaman meskipun kecil, ada TV dan AC, kamar mandinya seperti kamar mandi hotel, ada air panas dan dingin pula, oh sungguh sesuai dengan harganya. Ada pula dapur bersama di lantai 5. Fasilitas laundry gratis juga disediakan. Mbak-mbak penjaga kosnya juga baik hati dan ramah. Jika aku suntuk pulang dari kantor, aku sering naik ke lantai 5 atau 6 untuk memandang pemandangan langit jakarta terlebih tugu monas terlihat dekat dan jelas sekali dari kosku itu. Aku sudah terlanjur betah di kos itu, namun aku harus meninggalkannya dikarenakan aku dimutasi pindah tugas di kantor baruku di kawasan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, padahal baru sebulan aku berkantor di Lapangan Banteng.

Kos kedua-ku di Jakarta adalah di kawasan Kebayoran Baru. Harganya hampir sama dengan kosku yang pertama yaitu Rp 1.200.000. Kelebihannya di kos baru ini adalah kamar lebih luas, tempat tidur juga lebih luas, ada akses internet kecepatan tinggi (sekitar 2 Mbps). Namun kamar mandi di luar dan tidak ada air panasnya. Aku juga cuma sebulan di kos itu.

Kosku ketiga adalah di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Relatif lebih murah harganya, kamar mandi dalam tanpa AC Rp 500.000 dan yang pakai AC Rp 700.000. Namun ketika aku masuk hanya tersisa yang non AC, tapi 3 bulan kemudian ada kamar AC yang kosong, jadilah aku pindah ke kamar itu. Aku cukup akrab dengan keluarga pemilik kos, terlebih anak perempuannya yang sama-sama bekerja di lembaga pemerintahan yang sama namun beda direktorat. Aku tiga tahun lebih bertahan di kos itu, karena aku sudah merasa cukup nyaman sampai akhirnya aku punya rumah sendiri di kawasan Sarua, Tangerang Selatan.

Baru kutempati sekitar 1,5 bulan, dan sedang senang-senangnya punya rumah baru, aku harus mendengar kenyataan bahwa aku harus mutasi ke Balikpapan. Tapi aku harus menjalaninya sebagai abdi negara.

Kos pertamaku di Balikpapan adalah rumah baru di gang depan kantor yang merupakan bekas tanah rawa. Air sumurnya seringkali coklat berlumpur, padahal sudah disaring dengan filter khusus. Aku sekamar dengan 2 orang temanku yang sama-sama dimutasi ke Balikpapan. Jadi itu adalah pengalaman seumur hidupku hidup bersama bertiga dalam satu kamar. Untungnya hanya sebulan kami disitu, karena disamping airnya yang kurang bagus, karena kami juga ingin ngekos dengan kamar sendiri-sendir, bukan bertiga lagi.

Kos keduaku di Balikpapan hanya sekitar 50 meter di sebelah barat kantor, jadi aku cukup berjalan kaki saja ke kantor. Kami bertiga pun juga kos di tempat yang sama lagi, bedanya kami sekarang kos dengan kamar sendiri-sendiri.

Aku jadi berpikir, sampai kapan aku harus menghabiskan hidupku di kos-kosan. Kapan status sebagai anak kos tidak melekat lagi denganku? Padahal aku adalah seorang Bapak yang sudah dikaruniai putra gagah yang saat ini baru berusia 5 bulan. Kapan aku bisa berkumpul dengan anak istriku? Kapan?????

Harapanku, semoga dalam waktu dekat ini aku bisa promosi ke Jakarta. Amin. Harus OPTIMIS!