Pages

Sunday, December 23, 2012

Perjalanan Ke Canopy Bridge Bukit Bangkirai

Liburan panjang natal tahun ini aku tidak pulang ke Jawa. Libur Natal, cuti bersama plus libur kerja hari Sabtu dan Minggu membuat liburan akhir pekan kali ini terasa panjang. Tak mau mati gaya di kos-kosan, aku pun merencanakan liburan bersama teman-teman kantorku yang sama-sama tidak pulang kampung.

Gerbang Menuju Canopy Bridge (dok. pribadi)


Bukit Bangkirai! Itulah obyek yang pertama kali terlintas untuk kukunjungi liburan kali ini. Sudah hampir 3 bualn aku di Balikpapan, paling jauh aku berwisata ke Pantai Manggar yang berpasir putih dengan deretan pohon cemara udangnya yang rimbun. Namun, kali ini aku tidak berminat wisata pantai, melainkan wisata ke hutan yang membuatku penasaran. Bukit Bangkirai di bawah naungan Inhutani I memang terkenal sejak satu dekade terakhir. Bukan karena keanekaragaman flora faunanya, melainkan jembatan gantung yang melintang di ketinggian sekitar 30 meter diatas lantai hutan yang bertengger di puncak pohon-pohon Bangkirai. Canopy Bridge, ya itulah nama kerennya.

Tapi rencana kami itu hampir gagal karena untuk kesana kami tidak punya mobil, mau pinjam kantor mobilnya baru diservis, kalau mau naik motor terlalu jauh dan takutnya nggak kuat soalnya menurut teman-teman yang sudah pernah kesana jalannya lumayan jelek dan menanjak. Kemudian timbul ide dari salah satu teman kami untuk menyewa angkot saja. Awalnya aku sempat ragu, apakah kuat ya angkot kesana, namun karena kuatnya keinginan untuk melihat yang namanya Canopy Bridge ini, kami pun mengiyakan ide temanku itu.

Pagi ini, kami pun berkumpul di Kantor. Untungnya tidak hujan, namun masih saja berawan. Dari Kantor kami di Kawasan MT Haryono Dalam, kami naik angkot menuju Terminal Batu Ampar. Dari terminal Batu Ampar, kami menyewa sebuah angkot dengan tarif Rp200rb. Harusnya tarifnya cuma Rp 150rb, berhubung kami tertipu sama si Calo angkot, nambahlah 50rb buat si Calo. Tapi ya sudahlah itung-itung bagi-bagi rezeki.

Kami berempat dengan sopir angkot yang asli Bugis melaju dengan tujuan KM 38 Jl. Balikpapan - Samarinda. Kami termasuk si sopir belum pernah ada yang ke Bukit Bangkirai. Sepanjang perjalanan, kami mengobrol dengan si sopir, dia ternyata bisa berbahasa Jawa seperti kami karena dulu pernah bekerja di Batam dan teman-teman mess-nya ternyata sebagian besar orang Malang, jadilah dia bisa berbahasa Jawa sampai sekarang.

Sesampainya di KM. 38 ada pertigaan besar dan ada penunjuk kekiri jika Bukit Bangkirai masih 20 KM lagi namun sebelumnya kami tidak melihat angka 20 km itu, baru ketahuan setelah pulangnya. Pantesan saat berangkat kok rasanya jauh sekali masuk ke dalamnya nggak sampai-sampai. Kami pun berbelok kekiri sesuai arahan petunjuk di jalan itu, kira-kira kami masuk sekitar 11 km jalanan beraspal yang seringkali masih ada yang berlubang dengan turunan dan tanjakan namun masih relatif tidak tajam tikungannya. Kemudian setelah sekitar 11 km ada plang ke arah Bukit Bangkirai di kiri jalan. Kami pun masuk ke dalam kira-kira 9 km dengan kondisi jalan yang sedikit lebih jelek dari jalan utama tadi.

Tiket Masuk seharga Rp20ribu (dok. pribadi)
Akhirnya sekitar jam 12 siang kami pun sampai di pelataran parkir Bukit Bangkirai. Kayaknya cuma rombongan kami satu-satunya yang nekat membawa angkot ke situ Tak mau berlama-lama kami langsung menuju Canopy Bridge. Di sepanjang trek yang kami lalui banyak terdapat pohon ulin dan Bangkirai. Kami berjalan sekitar 400 m sampai dengan gerbang Canopy Bridge.

Kami pun langsung membeli tiket seharga 20rb rupiah per orang untuk naik ke canopy bridge. Kami pun menawari si sopir namun begitu melihat jembatan gantung di atas yang tinggi sekali, beliau nggak mau ikut naik takut jantungnya kumat. Naiklah kami berempat menyusuri puluhan anak tangga dari kayu setinggi kurang lebih 30 m. Di atas ternyata ada 3 jembatan yang panjang kira-kira sepanjang 15 m dan ada 1 jembatan yang pendek kira-kira cuma 5 m. Kami pun mencoba menyeberanginya, walaupun yakin 100 % aman namun awalnya ada sedikit rasa takut untuk menyeberanginya. Seperti anak muda lainnya, kami pun berpose di atas jembatan tak lupa aku coba menengok ke bawah agar bisa merasakan kengerian dari ketinggian segitu. Pemandangan di atas jembatan cukup bagus, bisa melihat puncak-puncak pohon tinggi lainnya di hutan.

Menyeberang di Canopy Bridge (dok. pribadi)


Kira-kira sekitar satu setengah jam kami di Bukit Bangkirai. Sebenarnya masih banyak jalur trek yang patut dicoba di kawasan Bukit Bangkirai ini, namun karena waktu kami pun memutuskan untuk mencobanya di lain kesempatan.

Dalam perjalanan pulang sebenarnya kami ingin mampir ke Kawasan Konservasi Beruang Madu, namun berhubung sudah agak sore dan sepertinya si sopir kelelahan maka kami putuskan langsung pulang ke kantor. Di perjalanan kami juga mampir ke penjual salah di tepi jalan, karena aku penasaran ingin mencoba rasanya, pikirku kok salah bisa tumbuh bagus juga ya di Kalimantan. Aku beli 4 kg seharga 30rb rupiah. Salahnya aku tidak mencobanya karena terburu-buru, aku pikir itu salak yang hampir sama dengan salak pondoh Jogja yang manis. Namun setelah kucoba di dalam angkot ternyata salaknya agak masam dan sedikit sepat. Teksturnya dan rasanya hampir seperti salak Bali, namun dengan buah yang lebih besar dan rasa yang sedikit sepat.

Liburan kali ini memang berkesan, dengan 70rb sudah bisa ke Canopy Bridge Bukit Bangkirai dan menikmati keasrian dan kesejukan hutan alamnya.

Balikpapan, 23-12-'12

No comments:

Post a Comment