Senangnya hati ini melihat ibuku bahagia. Ibu saat ini berada di Jakarta. Sudah lebih dari seminggu Beliau berada di Jakarta, tepatnya di rumahku yang kebetulan saat ini ditempati kakakku.
Dari cerita-ceritanya di telepon, Beliau nampak bahagia sekali. Sehari-hari saat ditinggal kakakku ke kantor, beliau bersih-bersih rumah, nyuci, memasak, semuanya dikerjakan dengan penuh semangat dan gembira. Kalau pagi hari, beliau sering jalan-jalan keliling kompleks perumahan, kadang beliau juga keluar kompleks sambil berjalan kaki untuk sekedar membeli kelapa muda dan mie ayam yang kebetulan dijual didekat kompleks.
Jika kakakku libur, Beliau diantar ke pasar untuk membuat menu kesukaan kakakku. Ada ingkung ayam kampung, sayur bening, cumi goreng, dan aneka masakan khas 'Ibu' lainnya.
Pada malam tahun baru ini beliau hanya di dalam rumah sambil nonton TV, dan sedikit berkeluh kesah terganggu akan suara kembang api dan mercon yang membuat kaget dan memekakkan telinga.
Di Jakarta, beliau rencananya sampai pertengahan Januari 2013. Tanggal 15 Januari 2013, beliau akan terbang ke Jogja dengan Air Asia yang kubelikan secara online di internet seharga 189ribu rupiah, lebih murah dari tiket Bus Super Eksekutif Jurusan Pati-Jakarta yang ditumpanginya tempo hari.
Di Jogja beliau ingin bertemu dengan adik-adiknya dan janjian sama Bapakku yang di Pati untuk bertemu di Jogja.
Aku melihat raut kegembiraan pada Ibu semenjak Beliau memasuki masa pensiun. Apalagi kalau kukirimi video dan foto cucunya yang sangat menggemaskan. Tak lupa beliau juga selalu menanyakan perkembangan cucunya padaku ataupun langsung ke istriku.
Ibu, tanggal 29 Desember kemarin Ibu berulang tahun ke -57. Aku bahagia Ibu telah mampu melaksanakan rukun Islam yang kelima. Aku senang melihat Ibu gembira, bahagia bertemu putra-putranya dan cucunya.
Ibu...Engkau adalah Ibu terhebat bagiku. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan dan karunia-Nya kepada Ibu.
Monday, December 31, 2012
Menutup Tahun 2012 dan Menyongsong 2013 Bersama Anak Istri Tercinta
Bisa menghabiskan tahun 2012 bersama keluarga kecilku untuk menyonsong 2013 adalah sesuatu yang berharga bagiku. Tak sia-siaku uang jutaan rupiah yang kukeluarkan untuk bisa bertemu mereka terbayar sudah.
Keceriaan Manggala yang bertambah pintar dan menggemaskan dari hari hari ke hari mampu mengobati kangenku selama ini. Istriku yang sabar merawat Manggala di tengah kesibukannya yang luar biasa padat sebagai seorang dokter semakin menambah sayangku padanya.
Tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kami sudah dikaruniai seorang putra yang kuat dan tampan dan menggemaskan plus suka senyum dan tertawa yang membuat semua orang yang melihatnya ingin menggendongnya berlama-lama.
Malam tahun baru ini kuhabiskan di Kota Tulungagung, kota kelahiran anak istriku. Kebetulan tahun baru ini, Ibuku juga sedang di Jakarta menengok putra sulungnya (kakakku) yang kuminta untuk tinggal di rumahku, sedangkan Bapak menghabiskan malam tahun baru sendirian di kota kelahiranku, PATI.
Di tahun yang baru, ingin rasanya aku pindah tugas ke Jakarta lagi dan anak istriku bisa ikut kumpul bersamaku dalam satu atap. Ingin rasanya seperti keluarga muda lainnya yang bisa berkumpul setiap saat dengan istri dan anak-anaknya yang sedang lucu-lucunya.
Semoga di tahun 2013 nanti, kami sekeluarga bisa lebih bahagia dan menjadi keluarga yang bisa lebih bersyukur akan nikmat-nikmati-Mu ya Allah. Semoga Engka senantiasa melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan bagi kami.
Keceriaan Manggala yang bertambah pintar dan menggemaskan dari hari hari ke hari mampu mengobati kangenku selama ini. Istriku yang sabar merawat Manggala di tengah kesibukannya yang luar biasa padat sebagai seorang dokter semakin menambah sayangku padanya.
Tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kami sudah dikaruniai seorang putra yang kuat dan tampan dan menggemaskan plus suka senyum dan tertawa yang membuat semua orang yang melihatnya ingin menggendongnya berlama-lama.
Malam tahun baru ini kuhabiskan di Kota Tulungagung, kota kelahiran anak istriku. Kebetulan tahun baru ini, Ibuku juga sedang di Jakarta menengok putra sulungnya (kakakku) yang kuminta untuk tinggal di rumahku, sedangkan Bapak menghabiskan malam tahun baru sendirian di kota kelahiranku, PATI.
Di tahun yang baru, ingin rasanya aku pindah tugas ke Jakarta lagi dan anak istriku bisa ikut kumpul bersamaku dalam satu atap. Ingin rasanya seperti keluarga muda lainnya yang bisa berkumpul setiap saat dengan istri dan anak-anaknya yang sedang lucu-lucunya.
Semoga di tahun 2013 nanti, kami sekeluarga bisa lebih bahagia dan menjadi keluarga yang bisa lebih bersyukur akan nikmat-nikmati-Mu ya Allah. Semoga Engka senantiasa melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan bagi kami.
Friday, December 28, 2012
Web Check In Garuda Indonesia, Citilink, Air Asia, Lion Air
Internet memang sudah sangat sulit dipisahkan dari rutinitas masyarakat modern. Salah satunya adalah kemudahan untuk melakukan check in penerbangan melalui web atau yang populer disebut Web Check In. Beberapa penerbangan yang pernah kurasakan kemudahannya dalam memberikan pelayanan web check in diantaranya Garuda Indonesia, Citilink, Air Asia, dan Lion Air.
Biasanya web check in akan dibuka mulai 24 jam sebelum jadwal penerbangan, kecuali Air Asia yang sudah membukanya sejak 14 hari sebelum jadwal penerbangan.
1. Garuda Indonesia
Untuk bisa check in melalui web, diperlukan daftar kota keberangkatan dan kode booking. Selanjutnya diperlukan empat angka terakhir yang tercantum dalam nomor tiket dan kita bisa memilih tempat duduk (gratis), dan mencantumkan nomor GFF (kalau punya). Tinggal klik, muncullah boarding pass kita. Ada opsi untuk mendownload file boarding pass-nya dalam bentuk pdf, kemudian siap untuk dicetak.
File boarding pass-nya yang bisa kita simpan sangat membantu jika boarding pass kita hilang, padahal perjalanan kita dibiayai oleh institusi yang harus menunjukkan boarding pass maka kita bisa mencetakknya kembali, coba kalau kita check in di counter bandara, sekali hilang yang susah mengurusnya. Oh iya, untuk garuda web check in ditutup 4 jam sebelum jadwal penerbangan.
2. Citilink
Nomor Konfirmasi, nama belakang, dan email yang digunakan saat pembelian tiket diperlukan untuk mengisi form web check in. Di sini kita tidak bisa memilih posisi tempat duduk, karena sebagai penerbangan murah posisi kursi penumpang mereka jual saat proses pembelian tiket, jadi kita untung-untungan mendapat posisi tempat duduknya. Seringkali aku sendiri mendapat tempat duduk di barisan depan dengan Abjad 'B' yang berarti diapit kedua penumpang di kanan kirinya. Sebelum proses selesai web check in, akan ditampilkan opsi Anda ingin membeli makanan atau tidak. Aku selalu meng-cancel opsi ini. Baru kemudian muncul boarding pass, dan siap dicetak.Citilink juga menerapkan 4 jam sebelum jadwal penerbangan untuk penutupan fasilitas web check in.
3. Air Asia
Air Asia sedikit berbeda memberlakukan aturan web check in-nya. 14 hari merupakan waktu yang relatif panjang dan fleksibel untuk melakukan web check in. Penutupannya juga sampai 1 jam sebelum penerbangan berlangsung. daftar Kota keberangkatan, nomor booking, dan nama terakhir pemesan pelu dicantumkan dalam form web check in-nya. Web Check In untuk air asia ini sangatlah bermanfaat, karena jika melakukan check in di counter bandara akan dikenakan charge sekitar Rp 30ribu (kalau nggak salah lho...). Sama dengan Citilink, pemilihan kursi saat web check in tidak diperkenankan dan sudah given by system, karena penumpang hanya bisa memilih dengan membayarkan biaya tambahan saat pembelian tiket melalui internet.
4. Lion Air
Aturan waktu buka tutupnya web check in seperti halnya Garuda, dan juga bisa memilih kursi tanpa dikenai biaya tambahan. Kode Booking dan nama depan atau nama belakang (pilih salah satunya) diperlukan untuk mengisi form web check in.
Beberapa penerbangan domestik belum memberikan fasilitas web check in, mungkin belum siap secara IT-nya. Namun, bagaimana pun juga web check in sangat membantu jika kita terburu-buru atau mepet dengan jadwal. Terlebih penumpang dari Jakarta yang tidak bisa memperkirakan kemacetan yang terjadi untuk menuju Cengkareng. Apalagi jika saat liburan atau weekend yang seringkali terjadi antrean yang panjang di counter check in membuat ketidaknyamanan tersendiri, namun bisa teratasi jika kita sudah check in melalui website maskapai dengan catatan kita tidak membawa bagasi (kalau membawa bagasi, mau tidak mau harus ke counter check in juga). Namun ada yang patut disayangkan seperti yang pernah aku alami di Bandara Juanda Surabaya tidak terdapat counter airport tax yang terpisah, sehingga walaupun sudah web check in masih harus ke counter check in maskapai untuk membeli airport tax dan terpaksa harus menyodok langsung ke barisan terdepan untuk membeli karcis airport tax ke petugas counter kalau sudah begini apa gunanya melakukan web check in jika ujung-ujungnya harus ke counter check in bandara hanya sekedar untuk membeli airport tax. Akan lebih mudah lagi jika maskapai mengintegrasikan airport tax ke dalam harga tiket seperti yang baru-baru ini sudah diberlakukan oleh Garuda (2 jempol buat Garuda).
Biasanya web check in akan dibuka mulai 24 jam sebelum jadwal penerbangan, kecuali Air Asia yang sudah membukanya sejak 14 hari sebelum jadwal penerbangan.
1. Garuda Indonesia
Untuk bisa check in melalui web, diperlukan daftar kota keberangkatan dan kode booking. Selanjutnya diperlukan empat angka terakhir yang tercantum dalam nomor tiket dan kita bisa memilih tempat duduk (gratis), dan mencantumkan nomor GFF (kalau punya). Tinggal klik, muncullah boarding pass kita. Ada opsi untuk mendownload file boarding pass-nya dalam bentuk pdf, kemudian siap untuk dicetak.
File boarding pass-nya yang bisa kita simpan sangat membantu jika boarding pass kita hilang, padahal perjalanan kita dibiayai oleh institusi yang harus menunjukkan boarding pass maka kita bisa mencetakknya kembali, coba kalau kita check in di counter bandara, sekali hilang yang susah mengurusnya. Oh iya, untuk garuda web check in ditutup 4 jam sebelum jadwal penerbangan.
2. Citilink
Nomor Konfirmasi, nama belakang, dan email yang digunakan saat pembelian tiket diperlukan untuk mengisi form web check in. Di sini kita tidak bisa memilih posisi tempat duduk, karena sebagai penerbangan murah posisi kursi penumpang mereka jual saat proses pembelian tiket, jadi kita untung-untungan mendapat posisi tempat duduknya. Seringkali aku sendiri mendapat tempat duduk di barisan depan dengan Abjad 'B' yang berarti diapit kedua penumpang di kanan kirinya. Sebelum proses selesai web check in, akan ditampilkan opsi Anda ingin membeli makanan atau tidak. Aku selalu meng-cancel opsi ini. Baru kemudian muncul boarding pass, dan siap dicetak.Citilink juga menerapkan 4 jam sebelum jadwal penerbangan untuk penutupan fasilitas web check in.
3. Air Asia
Air Asia sedikit berbeda memberlakukan aturan web check in-nya. 14 hari merupakan waktu yang relatif panjang dan fleksibel untuk melakukan web check in. Penutupannya juga sampai 1 jam sebelum penerbangan berlangsung. daftar Kota keberangkatan, nomor booking, dan nama terakhir pemesan pelu dicantumkan dalam form web check in-nya. Web Check In untuk air asia ini sangatlah bermanfaat, karena jika melakukan check in di counter bandara akan dikenakan charge sekitar Rp 30ribu (kalau nggak salah lho...). Sama dengan Citilink, pemilihan kursi saat web check in tidak diperkenankan dan sudah given by system, karena penumpang hanya bisa memilih dengan membayarkan biaya tambahan saat pembelian tiket melalui internet.
4. Lion Air
Aturan waktu buka tutupnya web check in seperti halnya Garuda, dan juga bisa memilih kursi tanpa dikenai biaya tambahan. Kode Booking dan nama depan atau nama belakang (pilih salah satunya) diperlukan untuk mengisi form web check in.
Beberapa penerbangan domestik belum memberikan fasilitas web check in, mungkin belum siap secara IT-nya. Namun, bagaimana pun juga web check in sangat membantu jika kita terburu-buru atau mepet dengan jadwal. Terlebih penumpang dari Jakarta yang tidak bisa memperkirakan kemacetan yang terjadi untuk menuju Cengkareng. Apalagi jika saat liburan atau weekend yang seringkali terjadi antrean yang panjang di counter check in membuat ketidaknyamanan tersendiri, namun bisa teratasi jika kita sudah check in melalui website maskapai dengan catatan kita tidak membawa bagasi (kalau membawa bagasi, mau tidak mau harus ke counter check in juga). Namun ada yang patut disayangkan seperti yang pernah aku alami di Bandara Juanda Surabaya tidak terdapat counter airport tax yang terpisah, sehingga walaupun sudah web check in masih harus ke counter check in maskapai untuk membeli airport tax dan terpaksa harus menyodok langsung ke barisan terdepan untuk membeli karcis airport tax ke petugas counter kalau sudah begini apa gunanya melakukan web check in jika ujung-ujungnya harus ke counter check in bandara hanya sekedar untuk membeli airport tax. Akan lebih mudah lagi jika maskapai mengintegrasikan airport tax ke dalam harga tiket seperti yang baru-baru ini sudah diberlakukan oleh Garuda (2 jempol buat Garuda).
Thursday, December 27, 2012
Berburu Tiket Murah :"Citilink vs Air Asia"
Tiket pesawat liburan tahun baru ini sangat mahal jika dibandingkan hari-hari biasa. Besok malam aku berencana ke Tulungagung untuk melepas kangen dengan anak istriku. Hampir 1,5 juta rupiah aku habiskan untuk tiket pp Balikpapan - Surabaya liburan kali ini. Cuti bersama tanggal 31 besok lumayan menambah panjang libur akhir tahun kali ini.
Aku jadi mikir, kalau nggak dapat tiket untuk mudik tiap bulan, bisa-bisa tiga bulan sekali ini aku baru menengok anak istri di kampung, wah gawat juga.....! Alih-alih melihat website berita pagi hari, iseng-iseng aku cari tiket murah. Citilink jadi pilihan utamaku, karena selama ini track record on time-nya relatif bagus, dengan harga yang relatif murah daripada maskapai lain untuk penerbangan BPN-SBY. Andai aja ada Air Asia yang melayani rute ini, pasti bakal seru perang harga di kelas penerbangan Low Cost Carrier ini.
Kulihat kalender 2013, ternyata tidak ada lagi libur-libur hari kejepit yang berkedok cuti bersama. Jadilah untuk jadwal mudik selanjutnya setelah libur tahun baru ini aku berencana pulang jumat malam 8 Februari dan balik lagi ke Balikpapan Minggu 10 Februari 2013. Ternyata harganya masih Rp 275ribu (belum termasuk pajak). Totalnya Rp 615ribu untuk tiket pp sudah termasuk pajak, itupun masih kurang dari separuh harga tiketku mudik tahun baru. "Wow....gini ya cocok!", ujarku dalam hati.
Sekarang aku lebih suka pakai kartu kredit untuk membeli tiket pesawat, karena disamping prosesnya lebih cepat dan mayoritas diterima oleh semua maskapai penerbangan, keuntungan lainnya adalah dari sisi penundaan pembayarannya, paling tidak ada tenggat waktu sebulan. Asal kita tidak telat waktu pembayaran tagihannya, memakai kartu kredit adalah solusi yang memuaskan. Tentu saja pembelian tiket citilink tadi pagi kugunakan kartu kredit, tepatnya pakai Mastercard CIMB Niaga. Proses verifikasinya sangat cepat dan user friendly.
Nah, bicara tentang nyari tiket murah, kebetulan Ibuku saat ini sedang 'maen' ke rumahku di 'Jakarta' (Tangerang Selatan lebih tepatnya) yang saat ini ditinggali kakakku mau pergi ke jogja awal tahun ini. Langsung saja kucarikan tiket pesawat murah, dan yang terlintas dalam pikiranku tentang pesawat murah jurusan Jakarta-Jogja ya Air Asia. Aku coba-coba untuk membelinya secara online, ternyata sudah terjadi perubahan yang signifikan dalam mekanisme pembelian online-nya. Fiturnya masih seribet dulu untuk membeli sebuah tiket air asia secara online. Namun, yang aku sesalkan ternyata opsi untuk tidak menggunakan bagasi ditiadakan, sehingga mau tidak mau calon penumpang diharuskan membeli bagasi paling kecil 15kg seharga Rp40ribu. Tiket yang semula Rp149ribu menjadi Rp 189ribu (masih jauh lebih murah dari tiket Kereta Api Eksekutif Jakarta - Jogja). Untungnya biaya-biaya tambahan lainnya semisal asuransi perjalanan sebesar 19 ribu, biaya pemilihan kursi, pilihan makanan sampai dengan biaya red carpet (yang terkesan mengada-ada, emangnya Presiden pakai Red Carpet) sudah ku-cancel.
Tibalah saat pembayarannya. Ada opsi pembayaran pakai kartu kredit (yang anehnya ternyata kena charge tambahan sebesar Rp 20ribuan), voucher, ataupun direct debit. Awalnya kupilih Direct Debit yang mengakomodir pembayaran melalui Klik BCA, CIMBclicks Niaga, dan Click Pay BCA. Langsung aja kupilih CIMBclicks Niaga, namun beberapa kali melakukan percobaan pembayaran selalu gagal. Hal yang sama kualami beberapa bulan lalu saat mencari tiket balik lebaran.
Ahirnya aku beralih ke Klik BCA yang sudah sering kupakai untuk pembelian online. Namun, parahnya saldo di BCA-ku tidak mencukupi (maklum terlalu lama terbengkalai) untuk membayar tiket yang hanya sebesar Rp189ribu. Aku kemudian berinisiatif mentransfer sejumlah uang dari rekening mandiriku ke rekening CIMB Niagaku. Ternyata pilihan Bank penerima transfer online di mandiri tidak tertera BCA, maka beralihlah aku mentransfer uang dari rekening CIMB Niagaku ke rekening BCA. Akhirnya transaksi bisa kuselesaikan dengan Klik BCA:
Pembelian tiket online yang selama ini kurasakan paling sulit dan tidak user friendly adalah Air Asia. navigasi websitenya yang membingungkan, berbagai macam pilihan layanan tambahan yang jika kita tidak cermat malah akan serasa seperti jebakan dan mengakibatkan biaya tiketnya membengkak tak terduga. Jadi ketelitian dalam membeli tiket air asia secara online mutlak diperlukan. Semoga saja Air Asia segera membuka rute Balikpapan-Surabaya, agar aku bisa lebih menekan pengeluaran biaya transport mudik tiap bulannya.
Berburu tiket murah memang mengasyikkan.
Balikpapan, 27-12-2012
Aku jadi mikir, kalau nggak dapat tiket untuk mudik tiap bulan, bisa-bisa tiga bulan sekali ini aku baru menengok anak istri di kampung, wah gawat juga.....! Alih-alih melihat website berita pagi hari, iseng-iseng aku cari tiket murah. Citilink jadi pilihan utamaku, karena selama ini track record on time-nya relatif bagus, dengan harga yang relatif murah daripada maskapai lain untuk penerbangan BPN-SBY. Andai aja ada Air Asia yang melayani rute ini, pasti bakal seru perang harga di kelas penerbangan Low Cost Carrier ini.
Kulihat kalender 2013, ternyata tidak ada lagi libur-libur hari kejepit yang berkedok cuti bersama. Jadilah untuk jadwal mudik selanjutnya setelah libur tahun baru ini aku berencana pulang jumat malam 8 Februari dan balik lagi ke Balikpapan Minggu 10 Februari 2013. Ternyata harganya masih Rp 275ribu (belum termasuk pajak). Totalnya Rp 615ribu untuk tiket pp sudah termasuk pajak, itupun masih kurang dari separuh harga tiketku mudik tahun baru. "Wow....gini ya cocok!", ujarku dalam hati.
Sekarang aku lebih suka pakai kartu kredit untuk membeli tiket pesawat, karena disamping prosesnya lebih cepat dan mayoritas diterima oleh semua maskapai penerbangan, keuntungan lainnya adalah dari sisi penundaan pembayarannya, paling tidak ada tenggat waktu sebulan. Asal kita tidak telat waktu pembayaran tagihannya, memakai kartu kredit adalah solusi yang memuaskan. Tentu saja pembelian tiket citilink tadi pagi kugunakan kartu kredit, tepatnya pakai Mastercard CIMB Niaga. Proses verifikasinya sangat cepat dan user friendly.
Nah, bicara tentang nyari tiket murah, kebetulan Ibuku saat ini sedang 'maen' ke rumahku di 'Jakarta' (Tangerang Selatan lebih tepatnya) yang saat ini ditinggali kakakku mau pergi ke jogja awal tahun ini. Langsung saja kucarikan tiket pesawat murah, dan yang terlintas dalam pikiranku tentang pesawat murah jurusan Jakarta-Jogja ya Air Asia. Aku coba-coba untuk membelinya secara online, ternyata sudah terjadi perubahan yang signifikan dalam mekanisme pembelian online-nya. Fiturnya masih seribet dulu untuk membeli sebuah tiket air asia secara online. Namun, yang aku sesalkan ternyata opsi untuk tidak menggunakan bagasi ditiadakan, sehingga mau tidak mau calon penumpang diharuskan membeli bagasi paling kecil 15kg seharga Rp40ribu. Tiket yang semula Rp149ribu menjadi Rp 189ribu (masih jauh lebih murah dari tiket Kereta Api Eksekutif Jakarta - Jogja). Untungnya biaya-biaya tambahan lainnya semisal asuransi perjalanan sebesar 19 ribu, biaya pemilihan kursi, pilihan makanan sampai dengan biaya red carpet (yang terkesan mengada-ada, emangnya Presiden pakai Red Carpet) sudah ku-cancel.
Tibalah saat pembayarannya. Ada opsi pembayaran pakai kartu kredit (yang anehnya ternyata kena charge tambahan sebesar Rp 20ribuan), voucher, ataupun direct debit. Awalnya kupilih Direct Debit yang mengakomodir pembayaran melalui Klik BCA, CIMBclicks Niaga, dan Click Pay BCA. Langsung aja kupilih CIMBclicks Niaga, namun beberapa kali melakukan percobaan pembayaran selalu gagal. Hal yang sama kualami beberapa bulan lalu saat mencari tiket balik lebaran.
Ahirnya aku beralih ke Klik BCA yang sudah sering kupakai untuk pembelian online. Namun, parahnya saldo di BCA-ku tidak mencukupi (maklum terlalu lama terbengkalai) untuk membayar tiket yang hanya sebesar Rp189ribu. Aku kemudian berinisiatif mentransfer sejumlah uang dari rekening mandiriku ke rekening CIMB Niagaku. Ternyata pilihan Bank penerima transfer online di mandiri tidak tertera BCA, maka beralihlah aku mentransfer uang dari rekening CIMB Niagaku ke rekening BCA. Akhirnya transaksi bisa kuselesaikan dengan Klik BCA:
Pembelian tiket online yang selama ini kurasakan paling sulit dan tidak user friendly adalah Air Asia. navigasi websitenya yang membingungkan, berbagai macam pilihan layanan tambahan yang jika kita tidak cermat malah akan serasa seperti jebakan dan mengakibatkan biaya tiketnya membengkak tak terduga. Jadi ketelitian dalam membeli tiket air asia secara online mutlak diperlukan. Semoga saja Air Asia segera membuka rute Balikpapan-Surabaya, agar aku bisa lebih menekan pengeluaran biaya transport mudik tiap bulannya.
Berburu tiket murah memang mengasyikkan.
Balikpapan, 27-12-2012
Tuesday, December 25, 2012
Galau Jadi PNS (part 1)
Aku adalah PNS di sebuah Kementerian yang menurut sebagian besar orang dianggap cukup bergengsi di Negeri ini. Sudah hampir 4 tahun ku-'mengabdikan' diri pada institusi ini. Pengalaman-pengalaman baru, ritme kerja yang dinamis (seperti swasta), dan teman-teman dari berbagai latar belakang menemaniku sejak awal 2009 silam.
Kejenuhan seringkali menghinggapi pikiranku. Walaupun sudah termasuk yang terdepan melakukan transformasi birokrasi, sebagai PNS aku masih belum merasa puas dan bangga akan statusku saat ini. Kadangkala terbesit dalam pikiranku untuk meninggalkan pekerjaan ini, namun aku masih gamang untuk menjalani. Bingung mau bisnis apa jika aku keluar dari PNS.
Sebenarnya take home pay-ku sebagai PNS juga sudah cukup lumayan jika dibandingkan dengan PNS lainnya. Gaji, tunjangan, honor-honor mengajar dan kegiatan lainnya sudah pantas untuk hidup layak di kota besar semacam Jakarta. Namun, batinku serasa ingin memberontak untuk mengeluarkan segala kreativitas dan bakatku yang selama ini terpendam rapi dalam sudut otakku agar bisa kukeluarkan untuk modal berwiraswasta.
Berwirausaha tidak semudah kiat-kiat ataupun tips-tips yang sering dikomersilkan dalam di rak-rak toko buku. Banyak yang berhasil dengan wirausaha berawal dari hobi yang ditekuninya. Aku mulai bertanya-tanya, apa hobiku ya? Apa bakatku ya? Apa yang sering membuatku tertarik ya? Apa.... apa????????
Coba aku korek satu per satu hobi, bakat, ataupun sesuatu yang membuatku tertarik:
1. Bercocok tanam
Aku suka akan kegiatan yang satu ini. Dari kecil aku sudah sering menanam mulai dari tomat, bayam, cabe rawit, ataupun melakukan stek tanaman. Aku juga suka membibitkan tanaman-tanaman buah ataupun pohon-pohon lainnya untuk kemudian menanamnya.
2. Menulis di Blog
Sejak mahasiswa aku sering membuat bermacam-macam blog. Namun seringkali keinginan untuk menulis itu tidak ada sampai berbulan-bulan, tapi terkadang keinginan untuk menulis datang menggebu-nggebu dan bisa menyelesaikan beberapa tulisan dalam sehari. Dari sejumlah blog yang pernah kubuat, blog ini yang masih sering ku-update meski kadang tanpa postingan terbaru dalam beberapa bulan.
3. Mengkoleksi Buku
Aku suka mengkoleksi majalah dan buku, meskipun banyak dari buku yang kubeli belum kubaca tuntas bahkan belum kubuka segel pembungkusnya (parah.....)
4. Jalan-jalan
Aku selalu merasa penasaran akan tempat-tempat baru. Kadang aku jalan-jalan sendirian (seringnya pakai motor) menyusuri jalan yang belum pernah kulalui tanpa tujuan yang jelas yang tidak jarang menemukan tempat-tempat eksotis yang belum banyak terekspos.
5. Belanja Online
Tiga tahun terakhir ini aku sering berbelanja online. Mulai dari antivirus, celana, sprei, koin, nomor perdana, cutter cimcard, kolam renang bayi, buku, sampai dengan tiket pesawat.
6. Dongeng
Menurut beberapa temanku, aku punya bakat untuk mendongeng. Aku pun merasakan hal itu, saat aku membaca suatu cerita di hadapan orang banyak, aku seringkali larut dalam cerita itu tentunya dengan intonasi dan gaya bicara sesuai dengan ceritanya.
7. Arsitektur
Cita-cita masa kecilku adalah menjadi arsitek. Aku senang melihat bangunan yang menarik dan ikonik. Aku pun sering menyambangi forum-forum di internet yang membicarakan bangunan ikonik, landscape kota, maupun bangunan pencakar langit.
8. Wisata Alam
Aku selalu tertarik akan keindahan alam. Hutan, pantai, pegunungan selalu membuatku tertarik untuk mengunjunginya karena bisa memberikan kedamaian hati dan kesejukan mata dan pikiran.
9. Teh Ijo
Aku penyuka minuman yang satu ini. Disamping menyehatkan juga membuatku merasa rileks.
Beberapa hal tadi mungkin perlu kusarikan untuk menjadi sebuah ide kreatif untuk bekal kuberwiraswasta kelak. Ada yang bisa kasih ide?
Balikpapan, 25-12-'12
Kejenuhan seringkali menghinggapi pikiranku. Walaupun sudah termasuk yang terdepan melakukan transformasi birokrasi, sebagai PNS aku masih belum merasa puas dan bangga akan statusku saat ini. Kadangkala terbesit dalam pikiranku untuk meninggalkan pekerjaan ini, namun aku masih gamang untuk menjalani. Bingung mau bisnis apa jika aku keluar dari PNS.
Sebenarnya take home pay-ku sebagai PNS juga sudah cukup lumayan jika dibandingkan dengan PNS lainnya. Gaji, tunjangan, honor-honor mengajar dan kegiatan lainnya sudah pantas untuk hidup layak di kota besar semacam Jakarta. Namun, batinku serasa ingin memberontak untuk mengeluarkan segala kreativitas dan bakatku yang selama ini terpendam rapi dalam sudut otakku agar bisa kukeluarkan untuk modal berwiraswasta.
Berwirausaha tidak semudah kiat-kiat ataupun tips-tips yang sering dikomersilkan dalam di rak-rak toko buku. Banyak yang berhasil dengan wirausaha berawal dari hobi yang ditekuninya. Aku mulai bertanya-tanya, apa hobiku ya? Apa bakatku ya? Apa yang sering membuatku tertarik ya? Apa.... apa????????
Coba aku korek satu per satu hobi, bakat, ataupun sesuatu yang membuatku tertarik:
1. Bercocok tanam
Aku suka akan kegiatan yang satu ini. Dari kecil aku sudah sering menanam mulai dari tomat, bayam, cabe rawit, ataupun melakukan stek tanaman. Aku juga suka membibitkan tanaman-tanaman buah ataupun pohon-pohon lainnya untuk kemudian menanamnya.
2. Menulis di Blog
Sejak mahasiswa aku sering membuat bermacam-macam blog. Namun seringkali keinginan untuk menulis itu tidak ada sampai berbulan-bulan, tapi terkadang keinginan untuk menulis datang menggebu-nggebu dan bisa menyelesaikan beberapa tulisan dalam sehari. Dari sejumlah blog yang pernah kubuat, blog ini yang masih sering ku-update meski kadang tanpa postingan terbaru dalam beberapa bulan.
3. Mengkoleksi Buku
Aku suka mengkoleksi majalah dan buku, meskipun banyak dari buku yang kubeli belum kubaca tuntas bahkan belum kubuka segel pembungkusnya (parah.....)
4. Jalan-jalan
Aku selalu merasa penasaran akan tempat-tempat baru. Kadang aku jalan-jalan sendirian (seringnya pakai motor) menyusuri jalan yang belum pernah kulalui tanpa tujuan yang jelas yang tidak jarang menemukan tempat-tempat eksotis yang belum banyak terekspos.
5. Belanja Online
Tiga tahun terakhir ini aku sering berbelanja online. Mulai dari antivirus, celana, sprei, koin, nomor perdana, cutter cimcard, kolam renang bayi, buku, sampai dengan tiket pesawat.
6. Dongeng
Menurut beberapa temanku, aku punya bakat untuk mendongeng. Aku pun merasakan hal itu, saat aku membaca suatu cerita di hadapan orang banyak, aku seringkali larut dalam cerita itu tentunya dengan intonasi dan gaya bicara sesuai dengan ceritanya.
7. Arsitektur
Cita-cita masa kecilku adalah menjadi arsitek. Aku senang melihat bangunan yang menarik dan ikonik. Aku pun sering menyambangi forum-forum di internet yang membicarakan bangunan ikonik, landscape kota, maupun bangunan pencakar langit.
8. Wisata Alam
Aku selalu tertarik akan keindahan alam. Hutan, pantai, pegunungan selalu membuatku tertarik untuk mengunjunginya karena bisa memberikan kedamaian hati dan kesejukan mata dan pikiran.
9. Teh Ijo
Aku penyuka minuman yang satu ini. Disamping menyehatkan juga membuatku merasa rileks.
Beberapa hal tadi mungkin perlu kusarikan untuk menjadi sebuah ide kreatif untuk bekal kuberwiraswasta kelak. Ada yang bisa kasih ide?
Balikpapan, 25-12-'12
Monday, December 24, 2012
Tips Pengajuan KPR
Membeli rumah tentunya suatu keputusan yang harus diperhitungkan secara matang. Masalah utama yang sering timbul dalam membeli rumah adalah pembiayaannya. Untuk kalangan menengah ke bawah tentunya akan sangat kesulitan jika harus membeli rumah secara tunai ataupun cicilan bertahap. Nah, Adanya KPR tentu akan sangat membantu dalam kepemilikan rumah. Berikut Tips-Tips dalam mengajukan permohonan KPR:
Semoga bermanfaat, selamat mempunyai Rumah Baru!
- Kita sebaiknya dalam waktu yang bersamaan mengajukan permohonan KPR ke 3 atau 4 Bank sekaligus. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi penolakan dari salah satu Bank, sehingga kita masih mempunyai cadangan calon Bank pemberi KPR
- Formulir dan berkas-berkas yang dipersyaratkan oleh Bank harus kita lengkapi selengkap-lengkapnya. Fotokopi Buku Nikah, kartu keluarga, rekening tabungan minimal 3 bulan terakhir, KTP, serta slip gaji minimal 3 bulan terakhir. Untuk slip gaji kita tidak perlu mengada-ada, karena jika ketahuan akan memperkecil peluang kita mendapatkan persetujuan KPR dan kalau pun lolos sehingga bisa memperbesar plafon pasti ke depannya nanti akan mempersulit kita dalam mencicil KPR setiap bulannya. Namun, kita perlu mencantumkan pendapatan tambahan selain gaji seperti honor-honor ataupun pendapatan lainnya dengan jelas dan rinci sehingga bisa meyakinkan pihak analis kreditnya. Sebaiknya uang yang kita terima setiap bulannya dari gaji ataupun honor perlu kita masukkan ke tabungan agar dapat tercatat dan memperkuat jika keterangan gaji dan honor yg kita sampaikan benar adanya.
- Jika dalam aplikasi KPR yang kita ajukan ke berbagai Bank diterima, maka sebaiknya kita memilih Bank yang sudah terpercaya dalam mengelola KPR. Banyak dari Bank-bank yang menawarkan bunga rendah di awal-awal tahun, namun biasanya bank-bank seperti ini akan menaikkan secara drastis bunga KPR-nya jika masa promonya sudah habis. Atau jika tidak mau terkena risiko volatilitas bunga bnank, maka pilihlah KPR dengan bunga yang fixed sampai tenor KPR berakhir yang banyak ditawarkan oleh perbankan syariah, namun biasanya bunganya sedikit lebih tinggi dari rata-rata bunga KPR yang berlaku saat itu.
- Dalam mengajukan KPR sebaiknya dipertimbangkan memilih bank-bank yang cabangnya terdekat dengan calon rumah kita, agar jika suatu hari ada permasalahan mengenai KPR dan sebagainya akan mudah aksesibilitasnya.
- Jika pendapatan kita pas-pasan, maka pilihlah tenor KPR yang paling panjang agar tidak memberatkan cicilan kita setiap bulannya.
- Jika ada pameran properti biasanya ada promo dari Bank-Bank dalam menawarkan produk KPR-nya, maka kita tidak perlu sungkan mengajukan apikasi KPR di pameran itu. Biasanya ada diskon mulai dari Biaya provisi gratis, administrasi gratis, bahkan diskon asuransi kebakaran dan jiwa yang luimayan nominalnya. Dan praktisnya lagi, proses persetujuannya akan lebih cepat karena pihak bank juga dibebani oleh target nasabah.
- Biasanya setelah 2 minggu kita mengajukan aplikasi KPR akan mendapat konfirmasi dari pihak Bank mengenai disetujui atau tidaknya KPR kita. Oleh karena itu jika lebih dari 2 minggu belum ada respon dari bank, maka kita perlu secara proaktif menelpon pihak bank.
- Biasanya pengembang perumahan-perumahan sudah bekerja sama dengan Bank-bank tertentu, serta biasanya mereka memberikan bunga yang lebih rendah. Tentunya hal ini akan memudahkan kita dalam mengajukan KPR, namun jika kita rasa tawaran KPR dari bank yang sudah bekerja sama dengan pengembang tersebut tidak menguntungkan bahkan cenderung merugikan, lebih baik kita memilih sendiri Bank di luar walaupun sedikit lebih repot namun tidak akan terjadi penyesalan di kemudian hari.
- Rajin-rajinlah mencari informasi baik itu dari teman kita yang sudah pernah KPR ataupun dari internet mengenai Bank yang layak untuk menjadi kreditur bagi kita.
Semoga bermanfaat, selamat mempunyai Rumah Baru!
Sunday, December 23, 2012
Perjalanan Ke Canopy Bridge Bukit Bangkirai
Liburan panjang natal tahun ini aku tidak pulang ke Jawa. Libur Natal, cuti bersama plus libur kerja hari Sabtu dan Minggu membuat liburan akhir pekan kali ini terasa panjang. Tak mau mati gaya di kos-kosan, aku pun merencanakan liburan bersama teman-teman kantorku yang sama-sama tidak pulang kampung.
Bukit Bangkirai! Itulah obyek yang pertama kali terlintas untuk kukunjungi liburan kali ini. Sudah hampir 3 bualn aku di Balikpapan, paling jauh aku berwisata ke Pantai Manggar yang berpasir putih dengan deretan pohon cemara udangnya yang rimbun. Namun, kali ini aku tidak berminat wisata pantai, melainkan wisata ke hutan yang membuatku penasaran. Bukit Bangkirai di bawah naungan Inhutani I memang terkenal sejak satu dekade terakhir. Bukan karena keanekaragaman flora faunanya, melainkan jembatan gantung yang melintang di ketinggian sekitar 30 meter diatas lantai hutan yang bertengger di puncak pohon-pohon Bangkirai. Canopy Bridge, ya itulah nama kerennya.
Tapi rencana kami itu hampir gagal karena untuk kesana kami tidak punya mobil, mau pinjam kantor mobilnya baru diservis, kalau mau naik motor terlalu jauh dan takutnya nggak kuat soalnya menurut teman-teman yang sudah pernah kesana jalannya lumayan jelek dan menanjak. Kemudian timbul ide dari salah satu teman kami untuk menyewa angkot saja. Awalnya aku sempat ragu, apakah kuat ya angkot kesana, namun karena kuatnya keinginan untuk melihat yang namanya Canopy Bridge ini, kami pun mengiyakan ide temanku itu.
Pagi ini, kami pun berkumpul di Kantor. Untungnya tidak hujan, namun masih saja berawan. Dari Kantor kami di Kawasan MT Haryono Dalam, kami naik angkot menuju Terminal Batu Ampar. Dari terminal Batu Ampar, kami menyewa sebuah angkot dengan tarif Rp200rb. Harusnya tarifnya cuma Rp 150rb, berhubung kami tertipu sama si Calo angkot, nambahlah 50rb buat si Calo. Tapi ya sudahlah itung-itung bagi-bagi rezeki.
Kami berempat dengan sopir angkot yang asli Bugis melaju dengan tujuan KM 38 Jl. Balikpapan - Samarinda. Kami termasuk si sopir belum pernah ada yang ke Bukit Bangkirai. Sepanjang perjalanan, kami mengobrol dengan si sopir, dia ternyata bisa berbahasa Jawa seperti kami karena dulu pernah bekerja di Batam dan teman-teman mess-nya ternyata sebagian besar orang Malang, jadilah dia bisa berbahasa Jawa sampai sekarang.
Sesampainya di KM. 38 ada pertigaan besar dan ada penunjuk kekiri jika Bukit Bangkirai masih 20 KM lagi namun sebelumnya kami tidak melihat angka 20 km itu, baru ketahuan setelah pulangnya. Pantesan saat berangkat kok rasanya jauh sekali masuk ke dalamnya nggak sampai-sampai. Kami pun berbelok kekiri sesuai arahan petunjuk di jalan itu, kira-kira kami masuk sekitar 11 km jalanan beraspal yang seringkali masih ada yang berlubang dengan turunan dan tanjakan namun masih relatif tidak tajam tikungannya. Kemudian setelah sekitar 11 km ada plang ke arah Bukit Bangkirai di kiri jalan. Kami pun masuk ke dalam kira-kira 9 km dengan kondisi jalan yang sedikit lebih jelek dari jalan utama tadi.
Akhirnya sekitar jam 12 siang kami pun sampai di pelataran parkir Bukit Bangkirai. Kayaknya cuma rombongan kami satu-satunya yang nekat membawa angkot ke situ Tak mau berlama-lama kami langsung menuju Canopy Bridge. Di sepanjang trek yang kami lalui banyak terdapat pohon ulin dan Bangkirai. Kami berjalan sekitar 400 m sampai dengan gerbang Canopy Bridge.
Kami pun langsung membeli tiket seharga 20rb rupiah per orang untuk naik ke canopy bridge. Kami pun menawari si sopir namun begitu melihat jembatan gantung di atas yang tinggi sekali, beliau nggak mau ikut naik takut jantungnya kumat. Naiklah kami berempat menyusuri puluhan anak tangga dari kayu setinggi kurang lebih 30 m. Di atas ternyata ada 3 jembatan yang panjang kira-kira sepanjang 15 m dan ada 1 jembatan yang pendek kira-kira cuma 5 m. Kami pun mencoba menyeberanginya, walaupun yakin 100 % aman namun awalnya ada sedikit rasa takut untuk menyeberanginya. Seperti anak muda lainnya, kami pun berpose di atas jembatan tak lupa aku coba menengok ke bawah agar bisa merasakan kengerian dari ketinggian segitu. Pemandangan di atas jembatan cukup bagus, bisa melihat puncak-puncak pohon tinggi lainnya di hutan.
Kira-kira sekitar satu setengah jam kami di Bukit Bangkirai. Sebenarnya masih banyak jalur trek yang patut dicoba di kawasan Bukit Bangkirai ini, namun karena waktu kami pun memutuskan untuk mencobanya di lain kesempatan.
Dalam perjalanan pulang sebenarnya kami ingin mampir ke Kawasan Konservasi Beruang Madu, namun berhubung sudah agak sore dan sepertinya si sopir kelelahan maka kami putuskan langsung pulang ke kantor. Di perjalanan kami juga mampir ke penjual salah di tepi jalan, karena aku penasaran ingin mencoba rasanya, pikirku kok salah bisa tumbuh bagus juga ya di Kalimantan. Aku beli 4 kg seharga 30rb rupiah. Salahnya aku tidak mencobanya karena terburu-buru, aku pikir itu salak yang hampir sama dengan salak pondoh Jogja yang manis. Namun setelah kucoba di dalam angkot ternyata salaknya agak masam dan sedikit sepat. Teksturnya dan rasanya hampir seperti salak Bali, namun dengan buah yang lebih besar dan rasa yang sedikit sepat.
Liburan kali ini memang berkesan, dengan 70rb sudah bisa ke Canopy Bridge Bukit Bangkirai dan menikmati keasrian dan kesejukan hutan alamnya.
Balikpapan, 23-12-'12
Gerbang Menuju Canopy Bridge (dok. pribadi) |
Bukit Bangkirai! Itulah obyek yang pertama kali terlintas untuk kukunjungi liburan kali ini. Sudah hampir 3 bualn aku di Balikpapan, paling jauh aku berwisata ke Pantai Manggar yang berpasir putih dengan deretan pohon cemara udangnya yang rimbun. Namun, kali ini aku tidak berminat wisata pantai, melainkan wisata ke hutan yang membuatku penasaran. Bukit Bangkirai di bawah naungan Inhutani I memang terkenal sejak satu dekade terakhir. Bukan karena keanekaragaman flora faunanya, melainkan jembatan gantung yang melintang di ketinggian sekitar 30 meter diatas lantai hutan yang bertengger di puncak pohon-pohon Bangkirai. Canopy Bridge, ya itulah nama kerennya.
Tapi rencana kami itu hampir gagal karena untuk kesana kami tidak punya mobil, mau pinjam kantor mobilnya baru diservis, kalau mau naik motor terlalu jauh dan takutnya nggak kuat soalnya menurut teman-teman yang sudah pernah kesana jalannya lumayan jelek dan menanjak. Kemudian timbul ide dari salah satu teman kami untuk menyewa angkot saja. Awalnya aku sempat ragu, apakah kuat ya angkot kesana, namun karena kuatnya keinginan untuk melihat yang namanya Canopy Bridge ini, kami pun mengiyakan ide temanku itu.
Pagi ini, kami pun berkumpul di Kantor. Untungnya tidak hujan, namun masih saja berawan. Dari Kantor kami di Kawasan MT Haryono Dalam, kami naik angkot menuju Terminal Batu Ampar. Dari terminal Batu Ampar, kami menyewa sebuah angkot dengan tarif Rp200rb. Harusnya tarifnya cuma Rp 150rb, berhubung kami tertipu sama si Calo angkot, nambahlah 50rb buat si Calo. Tapi ya sudahlah itung-itung bagi-bagi rezeki.
Kami berempat dengan sopir angkot yang asli Bugis melaju dengan tujuan KM 38 Jl. Balikpapan - Samarinda. Kami termasuk si sopir belum pernah ada yang ke Bukit Bangkirai. Sepanjang perjalanan, kami mengobrol dengan si sopir, dia ternyata bisa berbahasa Jawa seperti kami karena dulu pernah bekerja di Batam dan teman-teman mess-nya ternyata sebagian besar orang Malang, jadilah dia bisa berbahasa Jawa sampai sekarang.
Sesampainya di KM. 38 ada pertigaan besar dan ada penunjuk kekiri jika Bukit Bangkirai masih 20 KM lagi namun sebelumnya kami tidak melihat angka 20 km itu, baru ketahuan setelah pulangnya. Pantesan saat berangkat kok rasanya jauh sekali masuk ke dalamnya nggak sampai-sampai. Kami pun berbelok kekiri sesuai arahan petunjuk di jalan itu, kira-kira kami masuk sekitar 11 km jalanan beraspal yang seringkali masih ada yang berlubang dengan turunan dan tanjakan namun masih relatif tidak tajam tikungannya. Kemudian setelah sekitar 11 km ada plang ke arah Bukit Bangkirai di kiri jalan. Kami pun masuk ke dalam kira-kira 9 km dengan kondisi jalan yang sedikit lebih jelek dari jalan utama tadi.
Tiket Masuk seharga Rp20ribu (dok. pribadi) |
Kami pun langsung membeli tiket seharga 20rb rupiah per orang untuk naik ke canopy bridge. Kami pun menawari si sopir namun begitu melihat jembatan gantung di atas yang tinggi sekali, beliau nggak mau ikut naik takut jantungnya kumat. Naiklah kami berempat menyusuri puluhan anak tangga dari kayu setinggi kurang lebih 30 m. Di atas ternyata ada 3 jembatan yang panjang kira-kira sepanjang 15 m dan ada 1 jembatan yang pendek kira-kira cuma 5 m. Kami pun mencoba menyeberanginya, walaupun yakin 100 % aman namun awalnya ada sedikit rasa takut untuk menyeberanginya. Seperti anak muda lainnya, kami pun berpose di atas jembatan tak lupa aku coba menengok ke bawah agar bisa merasakan kengerian dari ketinggian segitu. Pemandangan di atas jembatan cukup bagus, bisa melihat puncak-puncak pohon tinggi lainnya di hutan.
Menyeberang di Canopy Bridge (dok. pribadi) |
Kira-kira sekitar satu setengah jam kami di Bukit Bangkirai. Sebenarnya masih banyak jalur trek yang patut dicoba di kawasan Bukit Bangkirai ini, namun karena waktu kami pun memutuskan untuk mencobanya di lain kesempatan.
Dalam perjalanan pulang sebenarnya kami ingin mampir ke Kawasan Konservasi Beruang Madu, namun berhubung sudah agak sore dan sepertinya si sopir kelelahan maka kami putuskan langsung pulang ke kantor. Di perjalanan kami juga mampir ke penjual salah di tepi jalan, karena aku penasaran ingin mencoba rasanya, pikirku kok salah bisa tumbuh bagus juga ya di Kalimantan. Aku beli 4 kg seharga 30rb rupiah. Salahnya aku tidak mencobanya karena terburu-buru, aku pikir itu salak yang hampir sama dengan salak pondoh Jogja yang manis. Namun setelah kucoba di dalam angkot ternyata salaknya agak masam dan sedikit sepat. Teksturnya dan rasanya hampir seperti salak Bali, namun dengan buah yang lebih besar dan rasa yang sedikit sepat.
Liburan kali ini memang berkesan, dengan 70rb sudah bisa ke Canopy Bridge Bukit Bangkirai dan menikmati keasrian dan kesejukan hutan alamnya.
Balikpapan, 23-12-'12
Mutasi oh Mutasi (Part 2)
25 Juli 2012, kuterima kabar mengejutkan yang bernama MUTASI. Kala itu aku sedang berada di Hotel Sofyan Betawi di Kawasan sekitar Masjid Cut Meutia Jakpus, mendampingi peserta diklatpim khusus pajak. Suasana hatiku yang sedang jenuh saat itu, tiba-tiba dikagetkan dengan kabar dari temanku si Gendut. "Kring, kamu dah denger blom kabar mutasi angkatan kita, kamu termasuk di dalamnya lho, kabarnya udah santer banget nih!", ujar gendut melalui whatsapp-nya. "Ah, paling cuma kabar burung seperti yang sudah-sudah!", tanggapanku dengan sedikit cuek. "Tapi ini bener, kamu dimutasi ke Balikpapan, anak-anak sudah ribut nih di group", ujarnya lagi dengan penuh meyakinkan. Aku tidak begitu saja percaya dengan kabar dari si Gendut. Aku kemudian mengkonfirmasi temanku yang lain dan ternyata kabar 'burung' itu benar adanya.
Aku sedikit shock dengan kabar itu. Biasanya yang sudah-sudah jika seorang pelaksana di unitku akan dimutasi pasti akan dipanggil menghadap Kepala untuk dikasih tahu secara pribadi atau ditawarkan mau mutasi ke daerah mana dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tapi untuk pola mutasi yang sekarang ini, tidak ada angin tidak ada hujan langsung keluar SK-nya.
Langsung setelah fix informasi mengenai mutasiku, kuberitahu istri dan Ibuku. Mereka tetap memberi dukungan dan semangat kepadaku. Tentunya dengan mutasi aku harus memulai untuk beradaptasi lagi dan yang pasti rencana finansialku banyak berubah tidak sesuai rencanaku sebelumnya. Aku juga memikirkan bagaimana dengan rumahku yang baru kutempati sekitar sebulan, padahal aku sedang senang-senangnya mempercantik rumah baruku itu. Aku juga harus ngekos lagi di tempat baru, padahal setiap bulan gajiku sudah terpotong untuk membayar cicilan rumah. Belum besarnya tiket pesawat yang harus kutanggung jika aku menengok istri anakku di Jawa Timur. Namun, Teman-teman dan atasanku terus memberiku semangat. Salah satu Widyaiswaraku juga berujar "Lebih baik kamu dimutasi sekarang, mumpung masih muda, daripada kalau sudah tua dimutasi ke daerah kan repot jadinya".
Akhirnya aku berangkat ke Balikpapan hari Sabtu, tanggal 29 September 2012. Aku pun masuk kerja di kantor yang baru tepat hari Senin, tanggal 1 Oktober 2012 bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila.
Beberapa hari terakhir ini, teman-temanku di Balikpapan juga mendapat giliran mutasi. Tak satu pun dari mereka yang tahu akan dimutasi. Mereka pun sangat shock, karena keluarga mereka sudah betah di Balikpapan, sudah beli rumah, mobil, bahkan ada satu temanku baru saja menyelesaikan akad KPR dengan Bank untuk membeli rumah di Balikpapan.
Mutasi memang diperlukan dalam organisasi, dan perlu suatu pola yang jelas dan adil dalam memberlakukannya. Manakala suatu pola mutasi tidak dilakukan secara transparan dan konsisten, maka akan munculah bibit-bibit rasa iri, rasa terzalimi, rasa kecewa dalam anggota organisasi sehingga bom waktu pun siap meledak dalam organisasi tersebut.
Balikpapan, 23-12-'12
Aku sedikit shock dengan kabar itu. Biasanya yang sudah-sudah jika seorang pelaksana di unitku akan dimutasi pasti akan dipanggil menghadap Kepala untuk dikasih tahu secara pribadi atau ditawarkan mau mutasi ke daerah mana dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tapi untuk pola mutasi yang sekarang ini, tidak ada angin tidak ada hujan langsung keluar SK-nya.
Langsung setelah fix informasi mengenai mutasiku, kuberitahu istri dan Ibuku. Mereka tetap memberi dukungan dan semangat kepadaku. Tentunya dengan mutasi aku harus memulai untuk beradaptasi lagi dan yang pasti rencana finansialku banyak berubah tidak sesuai rencanaku sebelumnya. Aku juga memikirkan bagaimana dengan rumahku yang baru kutempati sekitar sebulan, padahal aku sedang senang-senangnya mempercantik rumah baruku itu. Aku juga harus ngekos lagi di tempat baru, padahal setiap bulan gajiku sudah terpotong untuk membayar cicilan rumah. Belum besarnya tiket pesawat yang harus kutanggung jika aku menengok istri anakku di Jawa Timur. Namun, Teman-teman dan atasanku terus memberiku semangat. Salah satu Widyaiswaraku juga berujar "Lebih baik kamu dimutasi sekarang, mumpung masih muda, daripada kalau sudah tua dimutasi ke daerah kan repot jadinya".
Akhirnya aku berangkat ke Balikpapan hari Sabtu, tanggal 29 September 2012. Aku pun masuk kerja di kantor yang baru tepat hari Senin, tanggal 1 Oktober 2012 bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila.
Beberapa hari terakhir ini, teman-temanku di Balikpapan juga mendapat giliran mutasi. Tak satu pun dari mereka yang tahu akan dimutasi. Mereka pun sangat shock, karena keluarga mereka sudah betah di Balikpapan, sudah beli rumah, mobil, bahkan ada satu temanku baru saja menyelesaikan akad KPR dengan Bank untuk membeli rumah di Balikpapan.
Mutasi memang diperlukan dalam organisasi, dan perlu suatu pola yang jelas dan adil dalam memberlakukannya. Manakala suatu pola mutasi tidak dilakukan secara transparan dan konsisten, maka akan munculah bibit-bibit rasa iri, rasa terzalimi, rasa kecewa dalam anggota organisasi sehingga bom waktu pun siap meledak dalam organisasi tersebut.
Balikpapan, 23-12-'12
Saturday, December 22, 2012
Mutasi oh Mutasi (Part 1)
Mutasi, apa yang salah dengan kata ini? Sebagian pegawai sangat sensitif dengan kata ini. Pekerjaanku sebagai seorang PNS juga tak bisa lepas dari kata ini.
Mutasi ada yang senang dengan kata ini, ada pula yang tidak suka dengan kata ini. Orang yang cenderung resisten dengan kata ini ada beberapa cirinya:
- Pegawai yang sudah berada di 'comfort zone', sehingga sudah merasa cocok banget dengan posisinya saat ini.
- Pegawai yang sudah merasa nyaman dengan kota tempat bekerjanya sekarang ini.
- Pegawai yang sudah berkeluarga dan tidak ingin berpisah jauh dengan keluarganya.
- Pegawai yang tidak suka tantangan
- Pegawai yang tidak mempunyai ambisi untuk mengejar karir
Namun ada juga pegawai yang cenderung tolerir dengan 'mutasi' dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Pegawai yang posisinya saat ini tidak strategis atau tidak membuatnya senang
- Pegawai yang suka tantangan
- Pegawai yang terbiasa berpisah jauh dengan keluarganya
- Pegawai yang ditempatkan di daerah terpencil
- Pegawai yang berambisi terhadap karir/promosi
Nah, beberapa hari terakhir di unit eselon I tempatku bekerja ada mutasi pelaksana. Kebetulan ada 4 staf di kantorku yang ikut mutasi. 2 orang sudah berkeluarga, dan 2 orang masih bujangan. Semuanya adalah laki-laki. Yang sudah berkeluarga kebetulan dipindahtugaskan ke Jogjakarta, sedangkan yang masih bujangan dipindah ke Jakarta.
Keempat temanku itu tidak menampakkan ekspresi kegembiraan di wajahnya, bahkan yang terjadi sebaliknya. Padahal mereka semua orang Jawa, dan biasanya orang Jawa yang bertugas di luar Jawa dimutasi kembali ke Jawa, tentu mereka akan senang dengan kabar itu. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk keempat temanku tadi. Berbagai alasan tentunya yang menyebabkan kondisi kekecewaan:
- Mereka sudah terlanjur betah disini (Balikpapan)
- Mereka sudah mempunyai rumah dan mobil disini
- Anak istri mereka sudah nyaman tinggal di Balikpapan
- Lingkungan kerja di kantor yang menurut mereka sudah sangat nyaman
- Persepsi mereka tentang sulitnya beradaptasi di tempat kerja yang baru ataupun kabar-kabar bahwa tempat kerja yang baru sangat membosankan dan menebar rasa ketidaknyamanan.
Mutasi memang diperlukan dalam suatu unit organisasi biar tidak terjadi kebosanan dalam rutinitas kerja yang sama tiap harinya, mencegah terjadinya status quo dalam sebuah organisasi, mencegah dominasi faktor kesenioritasan, menempa pegawai menjadi calon pejabat atau pejabat yang tahan banting dan mengetahui permasalahan-permasalahan dalam berbagai unit kerja dalam organisasi.
Terlepas dari plus minusnya mutasi, untuk kasus keempat temanku itu mutasi mereka bukanlah mutasi vertikal/promosi jabatan, melainkan mutasi horisontal. Jadi jika mereka masih pelaksana untuk mutasi harus diperhatikan kondisi yang bersangkutan dan keluarganya, baik itu sisi finansial ataupun sisi psikologisnya.
Jika masih pelaksana yang umurnya relatif masih muda apalagi sudah menikah, untuk beradaptasi di lingkungan kerja baru pasti memerlukan waktu yang tidak singkat tergantung kemampuan pegawai tersebut maupun kondusifnya lingkungan kerjanya yang baru. Misalkan temanku si W yang sudah mempunyai rumah dan mobil dan berkeluarga. Untuk dimutasi ke kota lain dia harus menjual rumah dan mobilnya untuk modal membeli rumah baru di tempat kerja yang baru, padahal jual beli mobil apalagi rumah perlu proses yang relatif panjang untuk kecocokan harganya. Belum lagi dia harus meyakinkan istrinya untuk pindah ke kota yang baru.
Dia mungkin bisa saja mengontrak di tempat baru, tapi apakah keluarganya bisa tinggal di kontrakan yang sederhana padahala sebelumnya sudah terbiasa hidup nyaman di rumah sendiri. Besarnya biaya-biaya yang timbul saat awal-awal mutasi merupakan beban tersendiri bagi staf bersangkutan, dan jika beban itu tidak bisa ditangani secara baik akan timbul demotivasi yang bersangkutan dalam bekerja.
Seorang staf pelaksana, misalnya di kota Magelang yang bergaji 5jt jika dia dimutasi ke Balikpapan gajinya akan tetap 5 juta. Yang membedakan adalah nilai riil dari gaji sebesar 5 juta yang diterima. Kalau di Malang mungkin uang 20 ribu bisa untuk makan sampai 3 kali, di Balikpapan cuma bisa untuk sekali makan atau paling banter 2 kali makan jika mau ngirit lauk. Jadi secara riil pendapatan mereka berkurang. Belum lagi jika harus menengok anak istri di Jawa yang membutuhkan biaya tranport minimal sepertiga penghasilan. Oh,pahit sekali rasanya.....
Berbeda halnya jika mutasi vertikal/promosi jabatan, kompensasi gaji dan tunjangan yang lumayan berbeda signifikan dengan pelaksana, akan mengobati pahitnya mutasi ke daerah.
Jadi apa salahnya dengan kata 'Mutasi'?
Friday, December 21, 2012
Empat Kota, Empat Kesan Berbeda
Sampai saat ini aku sudah merasakan hidup di 4 kota.
1. Periode 1984 - 2002
Dalam periode ini kuhabiskan masa kecil dan remajaku di Kota Pati, sebuah kota kecil di Pantura Jawa Tengah yang terkenal sebagai kota pensiunan, karena sepinya kota Pati (saat itu). Kota yang dulunya adalah ibukota Karesidenan Pati, berada di Jalur Utama Pantura Jawa. Jalan Daendels yang dibangun pada awal abad ke-19 membelah kota ini dari barat ke timur.
Udara panas pantura Jawa, dengan nyamuknya yang 'ganas-ganas' menemaniku lebih dari dua windu usiaku. Kota kecil yang tidak ada macet, udara yang masih segar di pedesaan sekitarnya, bintang-bintang yang masih terlihat jelas di malam hari, serta langit biru di siang hari yang senantiasa menemani.
Makanannya pun tak kalah enak, ada Sate Kambing muda yang mak nyus, Nasi Gandul GadjahMati yang menggoyang lidah, Soto Kemiri yang sangat legit dan gurih, Bandeng Presto dan aneka makanan dan masakan yang lezat-lezat dan murah bisa kunikmati setiap saat.
2. Periode 2002-2008
Masa kuliahku kuhabiskan di kota Jogja. Di UGM kutempuh studi selama 6 tahun sampai gelar master kudapat. Kota Jogja adalah kota yang sangat berkesan dan membuatku kecanduan tuk senantiasa merindukannya. Aku sering menjelajahi obyek-obyek wisata di kota ini baik yang terkenal ataupun yang terdengar samar-samar. Di kota ini fasilitas sangat lengkap dan begitu mudah didapat. Mau wisata belanja ada mall, pasar, dan kaki lima yang menjamur, mau wisata budaya ada keraton dan museum-museum budaya ataupun gedung kesenian, mau wisata pegunungan ada Kaliurang, Kaliadem, Kalikuning, dan berbagai objek wisata di Lereng Merapi. Mau wisata Pantai ada Pantai Glagah, Trisik di Kulonprogo, Pantai Pandansari, Pandansimo, Depok, Parangkusumo, sampai Parangtritis dan Parangendog di Bantul, juga Pantai-pantai berpasir putih di selatan Gunung Kidul dari Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak, sampai Siung dan Sadeng bisa dijelajahi dengan sangat mudah. Mau wisata Candi juga bertebaran di mana-mana, dari Prambanan, Kalasan, Ratu Boko, Banyunibo, Barong, Sambisari dan yang terbaru ditemukan Candi di Kompleks Perpustakaan UII.
Jogja dulu kota sepeda, sekarang menjadi kota sepeda motor. Mayoritas yang lalu lalang di jalanan Jogja adalah Mahasiswa. Berbagai plat nomor kendaraan dari Sabang sampai Merauke ada di Jogja. Berbagai macam suku di Indonesia bergelut menimba ilmu di kota pelajar ini.
Menuntut ilmu di Jogjakarta sungguh kondusif. Suasana yang nyaman, sejuk hawanya, makanan murah dan suasana tenang di pedesaannya sungguh membuat setiap pendatang betah tinggal berlama-lama di kota ini.
3. Periode 2009 - 2012
Hampir 4 tahun kuhabiskan di Jakarta. Tak pernah sebelumnya terpikirkan olehku untuk bekerja dan mempunyai rumah di Jakarta dan sekitarnya. Dalam benakku kala itu Jakarta begitu padatm identik dengan kemacetan, orang berseliweran dimana-mana, dan polusi udaranya yang panas, serta raungan kendaraan bermotor yang membahana. Tapi aku sudah mulai bisa menikmati ritme warga ibukota yang begitu cepat dan dinamis. Aku lumayan betah di Jakarta, sampai aku harus pindah tugas ke kota lain di akhir tahun 2012 ini.
4. Periode Oktober 2012 - sekarang
Di Balikpapan lah tempat kerja baruku. Di kota minyak yang terkenal mahal biaya hidupnya (lebih mahal dari Jakarta) aku harus beradaptasi lagi dengan lingkungan kerjaku dan kota Balikpapan. Udara Balikpapan yang sangat panas serta air yang kurang bersih merupakan kesan pertamaku akan kota ini. Kota ini dihuni mayoritas pendatang dari Jawa, jadi aku tidak terlalu susah mencari makanan yang cocok dengan lidah dan kantongku. nasi Pecel, Lodeh, Oseng-oseng, Sayur Bayam, Ayam tempe penyet, bertebaran di kota ini.
Semua Kota yang pernah kutinggali memberikan kesan sendiri-sendiri yang unik dan selalu kan kuingat sepanjang hidupku.
Balikpapan, 21-12-2012 (Hari 'Kiamat' versi Maya?)
Thursday, December 13, 2012
Iri Dengki vs Kebahagiaan Hakiki
Iri dengki tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kita kadangkala iri dengan keberhasilan orang lain baik itu keluarga atau teman kita sendiri. Seringkali kita melihat teman kita lebih pintar dari kita, lebih banyak rezekinya (dalam hal ini materi) ataupun lebih tampan atau lebih cantik dari kita. Kadangkala pula terbesit perasaan senang ketika teman yang membikin kita iri mendapatkan musibah. Manusia memang aneh, haruskah kita membiarkan sifat iri dengki yang memang merupakan sifat dasar manusia ini membelenggu sepanjang umur kita di dunia ini?
Ada banyak kerugian jika kita selalu diliputi sikap iri dengki terhadap orang lain:
- Hidup kita menjadi tidak tenang, tidur kita pun selalu tidak nyenyak karena selalu berpikir keras tentang kesuksesan orang lain yang membuat kita iri hati.
- Iri dengki adalah penyakit hati, pernyataan ini adalah sesungguhnya benar adanya karena jika kita iri hati akan membuat suasana hati kita tidak senang gembira dan menjauhkan kita dari aura positif sehingga metabolisme tubuh kita akan terganggu dan pada akhirnya bukan kesehatan yang kita dapatkan melainkan berbagai macam penyakit yang membuat hidup kita semakin tidak bahagia.
- Iri dengki hanya membuat kita sibuk untuk mengorek-ngorek sisi negatif dari seseorang sehingga menghambat produktivitas kerja kita ataupun kreativitas. energi yang kita gunakan terbuang percuma dan potensi kita akan semakin tertutup jika terus memupuk sifat iri dengki di hati kita.
Coba kira renungkan, bukankah Tuhan telah menganugerahkan berbagai kelebihan-kelebihan yang spesifik bagi tiap-tiap ciptaan-Nya. Tidak sepantasnya kita iri akan kelebihan orang lain, karena kita sendiri mempunyai kelebihan yang orang lain itu tidak punya, mungkin kita belum menyadari akan kelebihan kita.
Beberapa motivator menyarankan kita selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita agar kita senantiasa diberi rezeki oleh-Nya. Salah satu cara bersyukur adalah dengan mengendalikan hati kita untuk tidak iri dengki kepada teman kita yang kita anggap lebih berhasil dari kita. Kita harus ikut senang melihat teman kita banyak rezeki, toh tidak ada gunanya iri dengannya karena hanya menguras energi dan makin menghambat rezeki kita.
Perbedaan rezeki (dalam hal ini materi) seringkali menjadi pemicu timbulnya sifat iri dengki di hati kita. Sejak dini mind set kita akan definisi rezeki harus kita ubah, rezeki bukan hanya kelimpahan materi semata melainkan juga kesehatan, kebersamaan kebahagiaan dengan keluarga, kemudahan-kemudahan dalam menjalani hidup, putra-putri yang sholeh dan pintar, istri yang setia dan mampu mendidik putra-putri tercinta. Coba kita identifikasi diri dan keluarga kita, apakah selama ini kita sehat dan jaraang masuk rumah sakit? apakah anak-anak kita di sekolah pintar dan tidak nakal? apakah tiap hari kita bisa berkumpul dengan anak istri tercinta?
Coba kita juga tengok teman atau saudara kita yang membuat kita iri karena rezekinya (materi) lebih berlimpah. apakah dia dan keluarganya selalu sehat? apakah dia berkumpul dengan anak istrinya setiap hari? apakah anak-anaknya menjadi anak yang berprestasi di sekolahnya?
Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk senantiasa memupuk sifat iri dengki dalam hati. Tuhan Maha Adil, dan jika kita selalu bersyukur akan nikmat-Nya niscaya kita akan dilebihkan dalam hal rezeki bukan sekedar materi.
Kebahagiaan ada dalam mind set kita sendiri. Ada orang super kaya tapi belum merasa bahagia, ada orang sederhana tapi dia merasa bahagia sekali dengan hidupnya. Jadi untuk mencapai kebahagiaan hakiki tidak melulu harus mencapai kelimpahan materi, melainkan bagaimana cara pandang kita dalam mendefinisikan kebahagiaan itu. Tapi yang pasti, kebahagiaan yang hakiki tidak akan pernah terwujud jika kita masih memelihara sifat iri dengki dalam hati kita.
Sunday, December 9, 2012
Proses Pembelajaran vs Bawaan Orok
Proses Pembelajaran vs Bawaan Orok. Itu adalah pernyataan yang mempertanyakan sejauh mana proses belajar atau pengalaman hidup seseorang mampu merubah ataupun memperbaiki karakternya.
Aku memang gemar memperhatikan, 'niteni', dan menyimpulkan karakteristik seseorang. Untuk kasus ini yang jadi 'korbannya' adalah bos baruku.
Dia masih relatif muda, belum genap 40 tahun orangnya. Awal aku kenal dengan dia, kulihat orangnya ramah, rajin, enerjik. Namun setelah berpartner selama beberapa minggu aku mulai mempertanyakan kesan pertamaku terhadap dirinya.
Bermula dari menyalahkan hal-hal kecil yang seolah-olah itu adalah tanggung jawabku dan dianggapnya aku sudah cukup mengerti dan auto pilot dengan proses bisnis di unit baruku itu, dengan kata lain dia lupa kalau aku pegawai baru di kantor.
Kedua saat aku makan bareng-bareng sama teman-temanku, ada seorang teman yang mempergunjingkannya. Sebut saja si Aan. Aan bercerita panjang lebar kepadaku kalau dulu dia mantan anak buahnya, dan sering crash dengan bosku yang sekarang itu. Seringkali dulu si Bos itu bersikap temperamen, dan tak kalah sengit temanku juga wataknya temperamen jadi mereka sering bersitegang. Saat itu dibenakku aku tidak langsung percaya dengan cerita temanku itu.
Pada kesempatan lain, aku seringkali melihat Bosku itu memarahi anak buahnya yang lain dengan sangat ketus dihadapan banyak orang, dan dia pun tak sungkan untuk terus menyalahkan anak buahnya di hadapan tamu sekalipun! Ckckckckck.......
Sampai puncaknya aku juga terkena omelannya. Malam-malam sudah saatnya aku beranjak ke peraduan, si bos hobi marah ini menelponku........ "Huh, ngapain ni si bos nelpon malam-malam gini?", gerutuku dalam hati. Kuangkat telponku, dia langsung menanyakan pekerjaan kantor. "Mas, tadi datanya sudah diinput belum?"ujarnya. "Data yang mana Pak?", tanyaku balik agak kebingungan. "Itu data pesertanya.....", dengan nada agak tinggi. "o yang itu Pak, belum Pak yang itu, tadi saya kelupaan." " Kok bisa lupa, tadi ngapain aja", tanyanya dengan ketus. " iya Pak tadi kan saya ngerjain ini itu, jadi bener-bener lupa, maaf ya Pak, besok pagi-pagi sekali jam 6 saya kerjakan di kantor!", seruku. Terus terang aku tidak suka dengan kata-kata dia yang 'tadi ngapain aja', seolah-olah di kantor aku tidak kerja apa-apa! Huh..... Padahal lupa kan manusiawi, toh dia sebagai bos selaku koordinator yg wajib memantau anak buahnya juga lupa akan hal itu. Yang aku sesalkan, etika dia sebagai seorang atasan, yang memarahi anak buahnya malam-malam lewat telepon, sungguh patut disayangkan, toh semuanya bisa diselesaikan dan hal itu tidak urgent banget. Dalam hatiku perlu ikut coaching n mentoring course ini bos, biar tahu gimana memperlakukan bawahan dan membimbingnya, bukan malah mendemotivasi.
Keesokkan paginya kukerjakan tuntas pekerjaan yang terlupa kemarin sebelum bosku itu datang. Beberapa hari yang lalu aku juga disalahkan lagi, dibilangnya aku lambat. Terlebih omongan itu dilontarkan kepadaku di hadapan tamu dari Jakarta, huh..... Kalau memang aku lambat nggak masalah dimarahi, lha kenyataannya aku sudah sigap, cepat, dan baru selesai mengerjakan satu tugas, malah dibilang lambat, dasar nggak tau diuntung atasan kayak gini. Bukannya dimotivasi atau diapresiasi karena cepat tugasnya, malah didemotivasi dengan pernyataan yang memerahkan telinga. Untungnya aku relatif sudah terlatih untuk menyikapi atasan model gini dan untungnya lagi aku bukan orang yang mudah terdemotivasi dengan pernyataan-pernyataan nggak berkelas dari seorang atasan, paling-paling aku hanya mempergunjingkan dengan teman-temanku, hix.....
Seorang pimpinan seharusnya mampu memotivasi anak buahnya agar berkarya lebih baik, bukan malah hobi mendemotivasi, kalau anak buahnya pada ngambek, hayo....kelabakan lah dia. Terlebih lagi sikap memarahi bawahan di depan orang banyak bisa sangat mempermalukan anak buah, sehingga pasti akan membuat anak buah sakit hati, terdemotivasi, bahkan bisa memicu tindak kekerasan jika sang anak buah punya karakter keras dan tidak terima perlakuan atasannya. Setahuku dalam konsep kepemimpinan tidak ada yang namanya kesalahan anak buah, yang ada adalah kesalahan pimpinannya tidak bisa mengkoordinir, memantau, membimbing bawahannya. Jadi jika seorang atasan selalu menyalahkan anak buahnya itu berarti membuka boroknya sendiri bahwa dia tidak becus mengurus anak buahnya. Jika ada hasil kerja anak buah yang menurut atasan belum benar, maka tidak boleh seorang atasan langsung membentak bahkan menjelek-jelekan bawahannya, yang harus dilakukan adalah dengan menuturkan dengan bahasa yang cerdas dan elegan bahwa pertama harus mengapresiasi hasil kerja bawahan, baru selanjutnya memberikan arahan dan bimbingan seperti halnya "sudah bagus hasil kerjamu itu tapi alangkah baiknya diperbaiki di bagian ini ini ini..... " dengan begitu kan bawahan merasa dihargai dan tidak terdemotivasi, dan tidak pula mendendam dengan atasannya.
Namun dalam kasusku itu, si Bos ini sudah ikut soft skill course berkali-kali, ikut pelatihan kepribadian dari Lembaga Terkenal di Jakarta 'John Robert Power', eh kok masih gitu-gitu hasilnya, jadi kesimpulannya pembelajaran tentang soft skill baginya adalah gagal total, karena watak bawaan orok dia lebih dominan daripada sekedar teori-teori soft skill yang dia pelajari.
Memang kemampuan soft skill seseorang tidak serta merta berubah sesaat setelah dia menerima teori tentang soft skill, namun memerlukan waktu yang relatif panjang disertai niat yang kuat dari yang bersangkutan untuk berubah. Semoga saja seiring berjalannya waktu, bosku yang satu ini bisa merubah karakteristiknya yang negatif.
Bagaimana besok kalau aku jadi Bos ya....???
Aku memang gemar memperhatikan, 'niteni', dan menyimpulkan karakteristik seseorang. Untuk kasus ini yang jadi 'korbannya' adalah bos baruku.
Dia masih relatif muda, belum genap 40 tahun orangnya. Awal aku kenal dengan dia, kulihat orangnya ramah, rajin, enerjik. Namun setelah berpartner selama beberapa minggu aku mulai mempertanyakan kesan pertamaku terhadap dirinya.
Bermula dari menyalahkan hal-hal kecil yang seolah-olah itu adalah tanggung jawabku dan dianggapnya aku sudah cukup mengerti dan auto pilot dengan proses bisnis di unit baruku itu, dengan kata lain dia lupa kalau aku pegawai baru di kantor.
Kedua saat aku makan bareng-bareng sama teman-temanku, ada seorang teman yang mempergunjingkannya. Sebut saja si Aan. Aan bercerita panjang lebar kepadaku kalau dulu dia mantan anak buahnya, dan sering crash dengan bosku yang sekarang itu. Seringkali dulu si Bos itu bersikap temperamen, dan tak kalah sengit temanku juga wataknya temperamen jadi mereka sering bersitegang. Saat itu dibenakku aku tidak langsung percaya dengan cerita temanku itu.
Pada kesempatan lain, aku seringkali melihat Bosku itu memarahi anak buahnya yang lain dengan sangat ketus dihadapan banyak orang, dan dia pun tak sungkan untuk terus menyalahkan anak buahnya di hadapan tamu sekalipun! Ckckckckck.......
Sampai puncaknya aku juga terkena omelannya. Malam-malam sudah saatnya aku beranjak ke peraduan, si bos hobi marah ini menelponku........ "Huh, ngapain ni si bos nelpon malam-malam gini?", gerutuku dalam hati. Kuangkat telponku, dia langsung menanyakan pekerjaan kantor. "Mas, tadi datanya sudah diinput belum?"ujarnya. "Data yang mana Pak?", tanyaku balik agak kebingungan. "Itu data pesertanya.....", dengan nada agak tinggi. "o yang itu Pak, belum Pak yang itu, tadi saya kelupaan." " Kok bisa lupa, tadi ngapain aja", tanyanya dengan ketus. " iya Pak tadi kan saya ngerjain ini itu, jadi bener-bener lupa, maaf ya Pak, besok pagi-pagi sekali jam 6 saya kerjakan di kantor!", seruku. Terus terang aku tidak suka dengan kata-kata dia yang 'tadi ngapain aja', seolah-olah di kantor aku tidak kerja apa-apa! Huh..... Padahal lupa kan manusiawi, toh dia sebagai bos selaku koordinator yg wajib memantau anak buahnya juga lupa akan hal itu. Yang aku sesalkan, etika dia sebagai seorang atasan, yang memarahi anak buahnya malam-malam lewat telepon, sungguh patut disayangkan, toh semuanya bisa diselesaikan dan hal itu tidak urgent banget. Dalam hatiku perlu ikut coaching n mentoring course ini bos, biar tahu gimana memperlakukan bawahan dan membimbingnya, bukan malah mendemotivasi.
Keesokkan paginya kukerjakan tuntas pekerjaan yang terlupa kemarin sebelum bosku itu datang. Beberapa hari yang lalu aku juga disalahkan lagi, dibilangnya aku lambat. Terlebih omongan itu dilontarkan kepadaku di hadapan tamu dari Jakarta, huh..... Kalau memang aku lambat nggak masalah dimarahi, lha kenyataannya aku sudah sigap, cepat, dan baru selesai mengerjakan satu tugas, malah dibilang lambat, dasar nggak tau diuntung atasan kayak gini. Bukannya dimotivasi atau diapresiasi karena cepat tugasnya, malah didemotivasi dengan pernyataan yang memerahkan telinga. Untungnya aku relatif sudah terlatih untuk menyikapi atasan model gini dan untungnya lagi aku bukan orang yang mudah terdemotivasi dengan pernyataan-pernyataan nggak berkelas dari seorang atasan, paling-paling aku hanya mempergunjingkan dengan teman-temanku, hix.....
Seorang pimpinan seharusnya mampu memotivasi anak buahnya agar berkarya lebih baik, bukan malah hobi mendemotivasi, kalau anak buahnya pada ngambek, hayo....kelabakan lah dia. Terlebih lagi sikap memarahi bawahan di depan orang banyak bisa sangat mempermalukan anak buah, sehingga pasti akan membuat anak buah sakit hati, terdemotivasi, bahkan bisa memicu tindak kekerasan jika sang anak buah punya karakter keras dan tidak terima perlakuan atasannya. Setahuku dalam konsep kepemimpinan tidak ada yang namanya kesalahan anak buah, yang ada adalah kesalahan pimpinannya tidak bisa mengkoordinir, memantau, membimbing bawahannya. Jadi jika seorang atasan selalu menyalahkan anak buahnya itu berarti membuka boroknya sendiri bahwa dia tidak becus mengurus anak buahnya. Jika ada hasil kerja anak buah yang menurut atasan belum benar, maka tidak boleh seorang atasan langsung membentak bahkan menjelek-jelekan bawahannya, yang harus dilakukan adalah dengan menuturkan dengan bahasa yang cerdas dan elegan bahwa pertama harus mengapresiasi hasil kerja bawahan, baru selanjutnya memberikan arahan dan bimbingan seperti halnya "sudah bagus hasil kerjamu itu tapi alangkah baiknya diperbaiki di bagian ini ini ini..... " dengan begitu kan bawahan merasa dihargai dan tidak terdemotivasi, dan tidak pula mendendam dengan atasannya.
Namun dalam kasusku itu, si Bos ini sudah ikut soft skill course berkali-kali, ikut pelatihan kepribadian dari Lembaga Terkenal di Jakarta 'John Robert Power', eh kok masih gitu-gitu hasilnya, jadi kesimpulannya pembelajaran tentang soft skill baginya adalah gagal total, karena watak bawaan orok dia lebih dominan daripada sekedar teori-teori soft skill yang dia pelajari.
Memang kemampuan soft skill seseorang tidak serta merta berubah sesaat setelah dia menerima teori tentang soft skill, namun memerlukan waktu yang relatif panjang disertai niat yang kuat dari yang bersangkutan untuk berubah. Semoga saja seiring berjalannya waktu, bosku yang satu ini bisa merubah karakteristiknya yang negatif.
Bagaimana besok kalau aku jadi Bos ya....???
Saturday, December 8, 2012
Kapan Bisa Melepas Status 'Anak Kos' ?
Ngekos lagi, ngekos lagi...... Itulah yang terlintas pertama kali di pikiranku saat pertama kali aku mendapat kabar mutasi ke Balikpapan.
Awal mula aku menjalani kehidupan kos adalah di Jogja, saat aku mulai memasuki bangku kuliah. Dari tahun 2002 sampai akhir 2008, 6 tahun lebih aku ngekos di kota jogja dengan 2 kali pindah kos.
Awal tahun 2009 aku mulai kerja di Jakarta, aku pun mulai ngekos di Jalan Kelinci kawasan Pasar Baru. Ini adalah kos-kosan termewahku. Aku mendapatkan kos ini dari info di internet dan harga sewanya sejumlah Rp 1.250.000 sangatlah mahal bagiku kala itu, terlebih diharuskan pula mendepositkan uang sejumlah itu juga untuk uang jaminan yang bisa diambil lagi jika memutuskan keluar kos. Tapi kosnya itu sungguh exclusive menurutku, seperti apartemen versi mini. Bagaimana tidak, masuk saja harus dengan finger print, juga dilengkapi dengan cctv di setiap sudut ruangan. Saat aku masuk ke kamarnya, terasa nyaman sekali walaupun kecil. Kosnya masih baru, sehingga bau cat-nya pun masih menyeruak. Springbednya empuk dan nyaman meskipun kecil, ada TV dan AC, kamar mandinya seperti kamar mandi hotel, ada air panas dan dingin pula, oh sungguh sesuai dengan harganya. Ada pula dapur bersama di lantai 5. Fasilitas laundry gratis juga disediakan. Mbak-mbak penjaga kosnya juga baik hati dan ramah. Jika aku suntuk pulang dari kantor, aku sering naik ke lantai 5 atau 6 untuk memandang pemandangan langit jakarta terlebih tugu monas terlihat dekat dan jelas sekali dari kosku itu. Aku sudah terlanjur betah di kos itu, namun aku harus meninggalkannya dikarenakan aku dimutasi pindah tugas di kantor baruku di kawasan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, padahal baru sebulan aku berkantor di Lapangan Banteng.
Kos kedua-ku di Jakarta adalah di kawasan Kebayoran Baru. Harganya hampir sama dengan kosku yang pertama yaitu Rp 1.200.000. Kelebihannya di kos baru ini adalah kamar lebih luas, tempat tidur juga lebih luas, ada akses internet kecepatan tinggi (sekitar 2 Mbps). Namun kamar mandi di luar dan tidak ada air panasnya. Aku juga cuma sebulan di kos itu.
Kosku ketiga adalah di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Relatif lebih murah harganya, kamar mandi dalam tanpa AC Rp 500.000 dan yang pakai AC Rp 700.000. Namun ketika aku masuk hanya tersisa yang non AC, tapi 3 bulan kemudian ada kamar AC yang kosong, jadilah aku pindah ke kamar itu. Aku cukup akrab dengan keluarga pemilik kos, terlebih anak perempuannya yang sama-sama bekerja di lembaga pemerintahan yang sama namun beda direktorat. Aku tiga tahun lebih bertahan di kos itu, karena aku sudah merasa cukup nyaman sampai akhirnya aku punya rumah sendiri di kawasan Sarua, Tangerang Selatan.
Baru kutempati sekitar 1,5 bulan, dan sedang senang-senangnya punya rumah baru, aku harus mendengar kenyataan bahwa aku harus mutasi ke Balikpapan. Tapi aku harus menjalaninya sebagai abdi negara.
Kos pertamaku di Balikpapan adalah rumah baru di gang depan kantor yang merupakan bekas tanah rawa. Air sumurnya seringkali coklat berlumpur, padahal sudah disaring dengan filter khusus. Aku sekamar dengan 2 orang temanku yang sama-sama dimutasi ke Balikpapan. Jadi itu adalah pengalaman seumur hidupku hidup bersama bertiga dalam satu kamar. Untungnya hanya sebulan kami disitu, karena disamping airnya yang kurang bagus, karena kami juga ingin ngekos dengan kamar sendiri-sendir, bukan bertiga lagi.
Kos keduaku di Balikpapan hanya sekitar 50 meter di sebelah barat kantor, jadi aku cukup berjalan kaki saja ke kantor. Kami bertiga pun juga kos di tempat yang sama lagi, bedanya kami sekarang kos dengan kamar sendiri-sendiri.
Aku jadi berpikir, sampai kapan aku harus menghabiskan hidupku di kos-kosan. Kapan status sebagai anak kos tidak melekat lagi denganku? Padahal aku adalah seorang Bapak yang sudah dikaruniai putra gagah yang saat ini baru berusia 5 bulan. Kapan aku bisa berkumpul dengan anak istriku? Kapan?????
Harapanku, semoga dalam waktu dekat ini aku bisa promosi ke Jakarta. Amin. Harus OPTIMIS!
Awal mula aku menjalani kehidupan kos adalah di Jogja, saat aku mulai memasuki bangku kuliah. Dari tahun 2002 sampai akhir 2008, 6 tahun lebih aku ngekos di kota jogja dengan 2 kali pindah kos.
Awal tahun 2009 aku mulai kerja di Jakarta, aku pun mulai ngekos di Jalan Kelinci kawasan Pasar Baru. Ini adalah kos-kosan termewahku. Aku mendapatkan kos ini dari info di internet dan harga sewanya sejumlah Rp 1.250.000 sangatlah mahal bagiku kala itu, terlebih diharuskan pula mendepositkan uang sejumlah itu juga untuk uang jaminan yang bisa diambil lagi jika memutuskan keluar kos. Tapi kosnya itu sungguh exclusive menurutku, seperti apartemen versi mini. Bagaimana tidak, masuk saja harus dengan finger print, juga dilengkapi dengan cctv di setiap sudut ruangan. Saat aku masuk ke kamarnya, terasa nyaman sekali walaupun kecil. Kosnya masih baru, sehingga bau cat-nya pun masih menyeruak. Springbednya empuk dan nyaman meskipun kecil, ada TV dan AC, kamar mandinya seperti kamar mandi hotel, ada air panas dan dingin pula, oh sungguh sesuai dengan harganya. Ada pula dapur bersama di lantai 5. Fasilitas laundry gratis juga disediakan. Mbak-mbak penjaga kosnya juga baik hati dan ramah. Jika aku suntuk pulang dari kantor, aku sering naik ke lantai 5 atau 6 untuk memandang pemandangan langit jakarta terlebih tugu monas terlihat dekat dan jelas sekali dari kosku itu. Aku sudah terlanjur betah di kos itu, namun aku harus meninggalkannya dikarenakan aku dimutasi pindah tugas di kantor baruku di kawasan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, padahal baru sebulan aku berkantor di Lapangan Banteng.
Kos kedua-ku di Jakarta adalah di kawasan Kebayoran Baru. Harganya hampir sama dengan kosku yang pertama yaitu Rp 1.200.000. Kelebihannya di kos baru ini adalah kamar lebih luas, tempat tidur juga lebih luas, ada akses internet kecepatan tinggi (sekitar 2 Mbps). Namun kamar mandi di luar dan tidak ada air panasnya. Aku juga cuma sebulan di kos itu.
Kosku ketiga adalah di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Relatif lebih murah harganya, kamar mandi dalam tanpa AC Rp 500.000 dan yang pakai AC Rp 700.000. Namun ketika aku masuk hanya tersisa yang non AC, tapi 3 bulan kemudian ada kamar AC yang kosong, jadilah aku pindah ke kamar itu. Aku cukup akrab dengan keluarga pemilik kos, terlebih anak perempuannya yang sama-sama bekerja di lembaga pemerintahan yang sama namun beda direktorat. Aku tiga tahun lebih bertahan di kos itu, karena aku sudah merasa cukup nyaman sampai akhirnya aku punya rumah sendiri di kawasan Sarua, Tangerang Selatan.
Baru kutempati sekitar 1,5 bulan, dan sedang senang-senangnya punya rumah baru, aku harus mendengar kenyataan bahwa aku harus mutasi ke Balikpapan. Tapi aku harus menjalaninya sebagai abdi negara.
Kos pertamaku di Balikpapan adalah rumah baru di gang depan kantor yang merupakan bekas tanah rawa. Air sumurnya seringkali coklat berlumpur, padahal sudah disaring dengan filter khusus. Aku sekamar dengan 2 orang temanku yang sama-sama dimutasi ke Balikpapan. Jadi itu adalah pengalaman seumur hidupku hidup bersama bertiga dalam satu kamar. Untungnya hanya sebulan kami disitu, karena disamping airnya yang kurang bagus, karena kami juga ingin ngekos dengan kamar sendiri-sendir, bukan bertiga lagi.
Kos keduaku di Balikpapan hanya sekitar 50 meter di sebelah barat kantor, jadi aku cukup berjalan kaki saja ke kantor. Kami bertiga pun juga kos di tempat yang sama lagi, bedanya kami sekarang kos dengan kamar sendiri-sendiri.
Aku jadi berpikir, sampai kapan aku harus menghabiskan hidupku di kos-kosan. Kapan status sebagai anak kos tidak melekat lagi denganku? Padahal aku adalah seorang Bapak yang sudah dikaruniai putra gagah yang saat ini baru berusia 5 bulan. Kapan aku bisa berkumpul dengan anak istriku? Kapan?????
Harapanku, semoga dalam waktu dekat ini aku bisa promosi ke Jakarta. Amin. Harus OPTIMIS!
Thursday, October 4, 2012
@ Nu Ofc
Itulah status yang sudah kutulis di Gtalkku beberapa hari terakhir ini. Saat ini aku sudah pindah tugas ke Balikpapan. Kepindahan tugasku ini sekaligus pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Bumi Kalimantan. Sebelum aku pindah kesini banyak kabar yang hinggap di telingaku kalau Balikpapan itu panas udaranya, biaya hidup terutama makanannya mahal-mahal. namun, semua itu tak menciutkan semangatku tuk menginjak tanah Borneo ini.
Manggala yang baru berusia 3 bulan harus kutinggal bersama Ibunya di Tulungagung, Jawa Timur. Memang hampir tidak ada bedanya tugasku di Jakarta atau di Balikpapan jika dikaitkan dengan kedekatanku dengan anak istriku, toh selama di Jakarta pun aku paling cepet juga sebulan sekali pulang ke Tulungagung. Istriku yang bertugas sebagai tenaga medis pemerintah juga tidak mudah jika mengurus pindah tugas kesini. lebih baik aku yang mondar-mandir ke Jawa menengok Manggala Prama Migi.
Balikpapan ternyata 'Jawa' juga! Banyak banget orang Jawa di Balikpapan. Pegawai di kantor baruku mayoritas adalah orang Jawa, semua bosnya juga orang Jawa. Penjual makanan yang kujumpai juga kebanyakan dari Jawa Timur, seperti dari Kediri, Madiun, Tulungagung, Pacitan. Jualan mereka pun rata-rata menu andalannya adalah nasi PECEL! Penjaga Kosku adalah orang Jawa juga dari Kudus kota tetangga di sebelah barat kota asalku PATI. Bahkan pemilik kosnya pun orang Jawa Timur ngakunya orang Ngawi, Madiun.
Balikpapan sebetulnya tidak terlalu panas, tapi kelembaban udaranya yang tinggi selalu membuatku berkeringat jika berjalan kaki baik itu pagi, siang ataupun malam kala mencari makan. Semenjak di Balikpapan, baru satu kali aku merasakan hujan disini yang kemarin cukup lebat namun tidak berlangsung begitu lama. Air di Balikpapan ini memang tidak begitu bagus, namun air di kantorku relatif lebih bagus daripada di kosku yang masih bercampur lumpur kuning walaupun sudah disaring dengan filter khusus.
Balikpapan, sebentar atau sesingkat apapun aku memelukmu di sini, kamu kan menorehkan kenangan yang tak akan terlupakan dalam hidupku.
Manggala yang baru berusia 3 bulan harus kutinggal bersama Ibunya di Tulungagung, Jawa Timur. Memang hampir tidak ada bedanya tugasku di Jakarta atau di Balikpapan jika dikaitkan dengan kedekatanku dengan anak istriku, toh selama di Jakarta pun aku paling cepet juga sebulan sekali pulang ke Tulungagung. Istriku yang bertugas sebagai tenaga medis pemerintah juga tidak mudah jika mengurus pindah tugas kesini. lebih baik aku yang mondar-mandir ke Jawa menengok Manggala Prama Migi.
Balikpapan ternyata 'Jawa' juga! Banyak banget orang Jawa di Balikpapan. Pegawai di kantor baruku mayoritas adalah orang Jawa, semua bosnya juga orang Jawa. Penjual makanan yang kujumpai juga kebanyakan dari Jawa Timur, seperti dari Kediri, Madiun, Tulungagung, Pacitan. Jualan mereka pun rata-rata menu andalannya adalah nasi PECEL! Penjaga Kosku adalah orang Jawa juga dari Kudus kota tetangga di sebelah barat kota asalku PATI. Bahkan pemilik kosnya pun orang Jawa Timur ngakunya orang Ngawi, Madiun.
Balikpapan sebetulnya tidak terlalu panas, tapi kelembaban udaranya yang tinggi selalu membuatku berkeringat jika berjalan kaki baik itu pagi, siang ataupun malam kala mencari makan. Semenjak di Balikpapan, baru satu kali aku merasakan hujan disini yang kemarin cukup lebat namun tidak berlangsung begitu lama. Air di Balikpapan ini memang tidak begitu bagus, namun air di kantorku relatif lebih bagus daripada di kosku yang masih bercampur lumpur kuning walaupun sudah disaring dengan filter khusus.
Balikpapan, sebentar atau sesingkat apapun aku memelukmu di sini, kamu kan menorehkan kenangan yang tak akan terlupakan dalam hidupku.
Sunday, June 10, 2012
Ku Terperangah Melihat Harga Rumah Sekarang
Malam ini aku sangat terperangah ketika membaca brosur harga terbaru di GS 2. Bagaimana tidak terkejut, brosur yang kuambil saat serah terima kunci rumahku di kantor marketing GS2 kemarin baru kubuka malam ini dan isinya sungguh mengejutkan, hanya dalam waktu sekitar dua minggu harga rumahnya naik sekitar 30 juta. Wow....Fantastis! Padahal saat aku inden rumahku ini sekitar 8 bulan yang lalu harganya stagnan sampai awal tahun baru 2012.
Pada awal akhir September 2012 harga rumah tipe Violet dengan Luas Tanah 90 m2 dan Luas Bangunan 39 m2 harganya 'hanya' Rp296juta-an, sedangkan harganya sekarang sudah mencapai Rp355juta-an. Kenaikan hampir 20% selama kurun waktu 8 bulan. Untuk harga rumahku sendiri dulu aku beli dengan harga Rp381juta-an dengan LB/LT 39/135 m2. Dengan asumsi harga yang sekarang, kuhitung-hitung sendiri harga rumahku saat ini Rp454juta-an, dengan perkiraan harga tanah senilai Rp 2,2jt/m2, berarti sudah naik 19% lebih. Namun, kenaikan harga rumah di perumahanku belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kenaikan harga rumah di kawasan-kawasan elit seperti halnya Alam Sutra ataupun BSD yang berdekatan dengan kompleks perumahanku.
Uang sebanyak itu jika dibangunkan rumah di kampung di Jawa pasti sudah menjadi rumah yang besar dengan luas tanah yang cukup luas tentunya. Tapi InsyaAllah tidak ada ruginya beli rumah di Jakarta, karena harganya yang naik relatif cepat walaupun dengan fasilitas pembiayaan KPR yang saat ini kujalani. Semoga rumah mungilku ini akan membuat keluargaku nyaman dan bahagia tinggal di dalamnya. Amin.
Pada awal akhir September 2012 harga rumah tipe Violet dengan Luas Tanah 90 m2 dan Luas Bangunan 39 m2 harganya 'hanya' Rp296juta-an, sedangkan harganya sekarang sudah mencapai Rp355juta-an. Kenaikan hampir 20% selama kurun waktu 8 bulan. Untuk harga rumahku sendiri dulu aku beli dengan harga Rp381juta-an dengan LB/LT 39/135 m2. Dengan asumsi harga yang sekarang, kuhitung-hitung sendiri harga rumahku saat ini Rp454juta-an, dengan perkiraan harga tanah senilai Rp 2,2jt/m2, berarti sudah naik 19% lebih. Namun, kenaikan harga rumah di perumahanku belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kenaikan harga rumah di kawasan-kawasan elit seperti halnya Alam Sutra ataupun BSD yang berdekatan dengan kompleks perumahanku.
Uang sebanyak itu jika dibangunkan rumah di kampung di Jawa pasti sudah menjadi rumah yang besar dengan luas tanah yang cukup luas tentunya. Tapi InsyaAllah tidak ada ruginya beli rumah di Jakarta, karena harganya yang naik relatif cepat walaupun dengan fasilitas pembiayaan KPR yang saat ini kujalani. Semoga rumah mungilku ini akan membuat keluargaku nyaman dan bahagia tinggal di dalamnya. Amin.
Tuesday, June 5, 2012
Akad KPR
Ahh....Leganya..... usai juga akad KPR hari ini. 5 Juni 2012, Selasa Kliwon. Akhirnya hari ini telah kujalani akad kredit bersama di BTN Ciputat. Sebetulnya hari ini aku dijadwalkan akad kredit pukul 10.00 WIB tapi sekitar pukul 9.30 aku sudah sampai ke BTN Ciputat ditemani teman kantorku.
Sejak pagi saat aku di kantor, aku sangat bersemangat sekali karena momen yang kutunggu-tunggu selama hampir 9 bulan ini semenjak aku booking sebuah rumah di GS 2 akhirnya datang juga. Aku tak menyangka bisa membayar uang muka, BPHTB dan Biaya KPR yang jumlahnya sekitar 125jt walaupun kucicil sampai 5 bulan, sedangkan plafon kreditku sendiri 285jt. Pagi tadi aku mohon izin ke bosku untuk akad kredit, dan beliau pun mengizinkan dan mendukungku.
Setibanya di bagian KPR BTN Ciputat, disitu sudah ada perwakilan dari bagian legal PT ESL dan selang sekitar 10 menit datanglah sang Notaris yang akan mengesahkan berbagai dokumen akad KPR. Sekitar satu jam lebih aku dijelaskan berbagai macam tentang dokumen2, hak-hak pembeli rumah, dan berbagai permasalahan tentang KPR. Sang Notaris pun dengan sabar menjawab setiap pertanyaanku. Beliau memanduku dalam memparaf dan menandatangani berbagai macam dokumen, lembar demi lembar. Beliau juga membacakan sambil meneliti satu persatu dengan mencocokkan KTP-ku dan poin-poin yang tercatat dalam dokumen-dokumen perjanjian.
Satu hal yang tidak sesuai rencanaku dalam akad kredit tadi siang adalah aku tidak bisa langsung menaikkan status tanahku menjadi SHM dari semula SHGB. Menurut notarisnya dikarenakan developernya sendiri yang mengurus balik nama sertifikatnya, sedangkan jika sang notaris mengurusi akad kredit dengan Bank lain dia selalu menyarankan ke pembeli untuk melakukan peningkatan status tanah menjadi SHM. Nah, solusinya katanya besok jika sertifikatnya sudah atas namaku, aku meminta ke pihak Bank untuk meningkatkan status tanah ke SHM namun menunggu sekitar 6 bulan s.d. 1 tahun biasanya.
Usai akad kredit aku menerima surat perjanjian kredit dengan BTN Ciputat dengan berbagai ketentuan yang sangat banyak yang praktis aku tidak sempat membacanya kala itu, karena aku sudah percaya dengan BTN yang sudah berpengalaman dalam pembiayaan KPR. Aku juga mendapatkan surat keterangan pengambilan kunci dari pihal developer yang rencananya akan dilakukan serah terima kunci pada Sabtu, 9 Juni 2012 esok sesuai permintaanku.
Semoga ini menjadi awal yang baik bagi kehidupan rumah tanggaku yang InsyaAllah Juni ini akan dikaruniai seorang bayi mungil yang akan lahir di dunia ini. Amin.
Sejak pagi saat aku di kantor, aku sangat bersemangat sekali karena momen yang kutunggu-tunggu selama hampir 9 bulan ini semenjak aku booking sebuah rumah di GS 2 akhirnya datang juga. Aku tak menyangka bisa membayar uang muka, BPHTB dan Biaya KPR yang jumlahnya sekitar 125jt walaupun kucicil sampai 5 bulan, sedangkan plafon kreditku sendiri 285jt. Pagi tadi aku mohon izin ke bosku untuk akad kredit, dan beliau pun mengizinkan dan mendukungku.
Setibanya di bagian KPR BTN Ciputat, disitu sudah ada perwakilan dari bagian legal PT ESL dan selang sekitar 10 menit datanglah sang Notaris yang akan mengesahkan berbagai dokumen akad KPR. Sekitar satu jam lebih aku dijelaskan berbagai macam tentang dokumen2, hak-hak pembeli rumah, dan berbagai permasalahan tentang KPR. Sang Notaris pun dengan sabar menjawab setiap pertanyaanku. Beliau memanduku dalam memparaf dan menandatangani berbagai macam dokumen, lembar demi lembar. Beliau juga membacakan sambil meneliti satu persatu dengan mencocokkan KTP-ku dan poin-poin yang tercatat dalam dokumen-dokumen perjanjian.
Satu hal yang tidak sesuai rencanaku dalam akad kredit tadi siang adalah aku tidak bisa langsung menaikkan status tanahku menjadi SHM dari semula SHGB. Menurut notarisnya dikarenakan developernya sendiri yang mengurus balik nama sertifikatnya, sedangkan jika sang notaris mengurusi akad kredit dengan Bank lain dia selalu menyarankan ke pembeli untuk melakukan peningkatan status tanah menjadi SHM. Nah, solusinya katanya besok jika sertifikatnya sudah atas namaku, aku meminta ke pihak Bank untuk meningkatkan status tanah ke SHM namun menunggu sekitar 6 bulan s.d. 1 tahun biasanya.
Usai akad kredit aku menerima surat perjanjian kredit dengan BTN Ciputat dengan berbagai ketentuan yang sangat banyak yang praktis aku tidak sempat membacanya kala itu, karena aku sudah percaya dengan BTN yang sudah berpengalaman dalam pembiayaan KPR. Aku juga mendapatkan surat keterangan pengambilan kunci dari pihal developer yang rencananya akan dilakukan serah terima kunci pada Sabtu, 9 Juni 2012 esok sesuai permintaanku.
Semoga ini menjadi awal yang baik bagi kehidupan rumah tanggaku yang InsyaAllah Juni ini akan dikaruniai seorang bayi mungil yang akan lahir di dunia ini. Amin.
Sunday, April 8, 2012
Warna Warni Hidup
3 hari libur kulalui tanpa kebersamaan istri tercinta. Berkecamuk rasa rindu ini di hati, tapi apa daya ku tak sanggup datang ke pelukannya.
3 hari ini aku berpikir keras sekali, selalu kubertanya pada diriku sendiri. Mengapa aku seringkali merasa cemas, merasa takut, merasa minder akan segala sesuatu yang tak seharusnya kutakutkan.
Aku sesungguhnya adalah orang yang sangat beruntung sekali jika aku bisa mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan kepadaku selama ini. Aku punya keluarga yang menyayangiku sejak aku kecil sampai saat ini, kupunya istri yang sabar, disiplin, pintar, berbakat dan solehah. Kupunya daya tarik fisik yang tidak mengecewakan (he he...Ge eR).
Mungkin aku belum pandai bersyukur.... Masih saja aku merasa kurang atas apa yang aku punya, aku merasa hampa di dunia ini. Seringkali aku melamun tanpa melakukan hal-hal produktif.
Aku seorang pemuda berusia 27 tahun yang sebentar lagi menjadi seorang Bapak, merasa masih Galau menghadapi kehidupan di dunia ini. Aku merasa belum punya visi dan misi yang jelas di dunia ini. Seringkali aku mengajar soft skill tapi aku sendiri belum mengimplementasikannya secara benar dan dalam benakku aku merasa sangat malu akan hal itu.
Perasaan Suka Duka, Optimis dan Pesimis, Percaya Diri ataupun Minder adalah pengaruh dari Mind Set kita sendiri. Seringkali aku gembar-gemborkan kalimat itu, namun aku sendiri jika dihadapkan pada situasi yang menuntutku merubah mind set-ku, ku merasa kesulitan.
*********
Tadi siang aku sempatkan maen ke Gramedia Gandaria City. Maksud hati untuk mencari majalah atau buku yang sekiranya menarik, bukannya buku atau majalah yang menarik perhatianku kala itu melainkan Kaos Hitam yang dipakai para pelayan toko yang kira-kira kalimat yang tertera di kaos itu adalah begini " Lebih dari 90 % buku yang dibeli tidak tuntas dibaca 100%." Kalimat itu sepertinya menohokku, karena memang benar-benar mencerminkan diriku. Aku seringkali gila belanja buku apalagi jika ada diskon besar-besaran di Gramedia, namun buku-buku yang kubeli banyak yang belum kubaca tuntas, bahkan masih ada beberapa buku yang masih tersegel plastik belum kubuka sama sekali.
Seringkali istriku mewanti-wanti aku jika aku berniat ke Gramedia. Dia minta agar aku tidak membeli buku karena masih banyak buku yang belum kubaca. Nah, untungnya tadi tidak ada buku yang mengundang minatku untuk membelinya (ini pasti karena doa istriku, ha ha....).
********
Malam ini setelah nonton Mario Teguh, kembali kubuka Biografi Steve Jobs setebal 742 halaman yang baru kubaca kira-kira dua pertiganya. Aku selalu tertarik dengan hal-hal yang berbau Apple, sebuah produk teknologi yang kugemari karena desain, teknologi, dan kualitasnya. Mulai dari iPod Nano, iPhone 3GS, sampai denga iPad 2 sudah kubeli dan kupuas akan performanya. Aku pun selalu antusias menceritakan pengalamanku akan produk Apple ke teman-temanku. Nah, aku pun tertarik dengan Steve Jobs, Sang pendiri Apple dengan segala lika-liku kehidupannya.
Karakter Jobs yang perfeksionis dalam Biografi itu sedikit banyak kemiripannya denganku. Aku lebih tertarik pada keindahan-keindahan desain suatu barang, dan memperhatikan detail-detail yang kecil demi sebuah kesempurnaan. Membaca biografinya membuat gairah semangat dan optimisme dalam diriku kembali bangkit. Aku menjadi bersemangat untuk menjadi seorang yang kreatif dan inovatif, seorang yang berpikir beda, dan melihat masa depan dengan penuh optimisme.
*******
Hidup memang penuh dengan warna-warni. Jika kita suka mewarnai hidup kita dengan hal-hal yang positif dan penuh optimisme, kita pun dapat mewujudkannya, aku tidak mau berpikir sebaliknya. Good Night!
3 hari ini aku berpikir keras sekali, selalu kubertanya pada diriku sendiri. Mengapa aku seringkali merasa cemas, merasa takut, merasa minder akan segala sesuatu yang tak seharusnya kutakutkan.
Aku sesungguhnya adalah orang yang sangat beruntung sekali jika aku bisa mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan kepadaku selama ini. Aku punya keluarga yang menyayangiku sejak aku kecil sampai saat ini, kupunya istri yang sabar, disiplin, pintar, berbakat dan solehah. Kupunya daya tarik fisik yang tidak mengecewakan (he he...Ge eR).
Mungkin aku belum pandai bersyukur.... Masih saja aku merasa kurang atas apa yang aku punya, aku merasa hampa di dunia ini. Seringkali aku melamun tanpa melakukan hal-hal produktif.
Aku seorang pemuda berusia 27 tahun yang sebentar lagi menjadi seorang Bapak, merasa masih Galau menghadapi kehidupan di dunia ini. Aku merasa belum punya visi dan misi yang jelas di dunia ini. Seringkali aku mengajar soft skill tapi aku sendiri belum mengimplementasikannya secara benar dan dalam benakku aku merasa sangat malu akan hal itu.
Perasaan Suka Duka, Optimis dan Pesimis, Percaya Diri ataupun Minder adalah pengaruh dari Mind Set kita sendiri. Seringkali aku gembar-gemborkan kalimat itu, namun aku sendiri jika dihadapkan pada situasi yang menuntutku merubah mind set-ku, ku merasa kesulitan.
*********
Tadi siang aku sempatkan maen ke Gramedia Gandaria City. Maksud hati untuk mencari majalah atau buku yang sekiranya menarik, bukannya buku atau majalah yang menarik perhatianku kala itu melainkan Kaos Hitam yang dipakai para pelayan toko yang kira-kira kalimat yang tertera di kaos itu adalah begini " Lebih dari 90 % buku yang dibeli tidak tuntas dibaca 100%." Kalimat itu sepertinya menohokku, karena memang benar-benar mencerminkan diriku. Aku seringkali gila belanja buku apalagi jika ada diskon besar-besaran di Gramedia, namun buku-buku yang kubeli banyak yang belum kubaca tuntas, bahkan masih ada beberapa buku yang masih tersegel plastik belum kubuka sama sekali.
Seringkali istriku mewanti-wanti aku jika aku berniat ke Gramedia. Dia minta agar aku tidak membeli buku karena masih banyak buku yang belum kubaca. Nah, untungnya tadi tidak ada buku yang mengundang minatku untuk membelinya (ini pasti karena doa istriku, ha ha....).
********
Malam ini setelah nonton Mario Teguh, kembali kubuka Biografi Steve Jobs setebal 742 halaman yang baru kubaca kira-kira dua pertiganya. Aku selalu tertarik dengan hal-hal yang berbau Apple, sebuah produk teknologi yang kugemari karena desain, teknologi, dan kualitasnya. Mulai dari iPod Nano, iPhone 3GS, sampai denga iPad 2 sudah kubeli dan kupuas akan performanya. Aku pun selalu antusias menceritakan pengalamanku akan produk Apple ke teman-temanku. Nah, aku pun tertarik dengan Steve Jobs, Sang pendiri Apple dengan segala lika-liku kehidupannya.
Karakter Jobs yang perfeksionis dalam Biografi itu sedikit banyak kemiripannya denganku. Aku lebih tertarik pada keindahan-keindahan desain suatu barang, dan memperhatikan detail-detail yang kecil demi sebuah kesempurnaan. Membaca biografinya membuat gairah semangat dan optimisme dalam diriku kembali bangkit. Aku menjadi bersemangat untuk menjadi seorang yang kreatif dan inovatif, seorang yang berpikir beda, dan melihat masa depan dengan penuh optimisme.
*******
Hidup memang penuh dengan warna-warni. Jika kita suka mewarnai hidup kita dengan hal-hal yang positif dan penuh optimisme, kita pun dapat mewujudkannya, aku tidak mau berpikir sebaliknya. Good Night!
Friday, April 6, 2012
Nggak Sabar Pindah Rumah
"Kapan bisa pindah rumah ya???"
Kata itulah yang seringkali terngiang-ngiang di benakku satu bulan terakhir ini. Akad kredit pun belum terlaksana, apalagi serah terima kunci rumah. DP sekitar 30% sudah kulunasi, BPHTB sebesar 5% pun sudah kulunasi pula. Aku pun sudah membuka rekening di BTN untuk memperlancar administrasi KPR dan angsuranya kelak. Tapi kok nggak kunjung-kunjung tiba ya akad KPR-nya.
Memang progress rumah indenku saat kulunasi DP dan BPHTB masih sekitar 80%, namun sekarang sudah sekitar 95% tinggal pemasangan kloset, kran-kran air, dan instalasi listrik. Tapi kok sampai sekarang aku belum dihubungi pihak pengembang untuk akad kredit. Ternyata BTN mensyaratkan akad kredit bisa dilakukan jika rumah sudah jadi 100% dan diappraisal oleh pihak BTN. Hal ini dilakukan untuk mencegah kecurangan dari pengembang agar tidak mengulur-ngulur waktu pembangunan rumah ataupun meninggalkannya setelah plafon kredit dari Bank turun. Tentunya kebijakan ini akan menguntungkan si konsumen juga agar tidak dipermainkan pengembang.
Tadi pagi aku bersama kakakku menengok progress pembangunan calon rumahku. Ternyata sudah hampir jadi, dan perkiraanku April ini sudah bisa akad kredit dan serah terima kunci rumah. Aku sudah tidak sabar untuk pindah ke rumah mungilku. Aku sudah berencana untuk menanami berbagai macam pohon di sisa tanah di pinggir rumah, kutanam bambu jepang sepanjang pagar agar terkesan rimbun, dan apotik hidup dan sayuran tropis yang mudah dibudidayakan di pekarangan.
Dalam angan-anganku juga terbersit untuk membangun sebuah gazebo di belakang rumah yang dibawahnya ada kolam ikannya yang bisa menjadi tempat bersantai dan bercengkerama dengan istri dan anak tercinta, serta menjadi mushola kecil. Anggrek-anggrek kan kupajang di dinding-dinding luar rumah dan pohon-pohon. Gemericik air kolam yang menenangkan kan membuatku nyaman berada di rumah walaupun tanahnya hanya seluas 135 m. persegi.
Dengan kondisi kamar kosku di kawasan Kebon Jeruk yang hanya seluas kuang lebih 10 m persegi serasa sudah sesak sekali. Barang-barang, kardus-kardus, pakaian yang semakin bertambah sejak aku kos di kosku sekarang ini lebih dari 3 tahun yang lalu semakin membuatku tidak nyaman. Kamarku yang sering terlihat bagai kapal pecah, sudah tidak kondusif lagi untuk menyimpan barang-barangku yang dari hari ke hari semakin banyak. Biaya sewa kos yang sekitar tujuh ratus ribu per bulan juga terasa amat besar jika harus ditambah dengan kewajibanku mengangsur rumah nantinya.
Semoga bulan ini aku sudah bisa menempati rumah baruku. Amin!
Kata itulah yang seringkali terngiang-ngiang di benakku satu bulan terakhir ini. Akad kredit pun belum terlaksana, apalagi serah terima kunci rumah. DP sekitar 30% sudah kulunasi, BPHTB sebesar 5% pun sudah kulunasi pula. Aku pun sudah membuka rekening di BTN untuk memperlancar administrasi KPR dan angsuranya kelak. Tapi kok nggak kunjung-kunjung tiba ya akad KPR-nya.
Memang progress rumah indenku saat kulunasi DP dan BPHTB masih sekitar 80%, namun sekarang sudah sekitar 95% tinggal pemasangan kloset, kran-kran air, dan instalasi listrik. Tapi kok sampai sekarang aku belum dihubungi pihak pengembang untuk akad kredit. Ternyata BTN mensyaratkan akad kredit bisa dilakukan jika rumah sudah jadi 100% dan diappraisal oleh pihak BTN. Hal ini dilakukan untuk mencegah kecurangan dari pengembang agar tidak mengulur-ngulur waktu pembangunan rumah ataupun meninggalkannya setelah plafon kredit dari Bank turun. Tentunya kebijakan ini akan menguntungkan si konsumen juga agar tidak dipermainkan pengembang.
Tadi pagi aku bersama kakakku menengok progress pembangunan calon rumahku. Ternyata sudah hampir jadi, dan perkiraanku April ini sudah bisa akad kredit dan serah terima kunci rumah. Aku sudah tidak sabar untuk pindah ke rumah mungilku. Aku sudah berencana untuk menanami berbagai macam pohon di sisa tanah di pinggir rumah, kutanam bambu jepang sepanjang pagar agar terkesan rimbun, dan apotik hidup dan sayuran tropis yang mudah dibudidayakan di pekarangan.
Dalam angan-anganku juga terbersit untuk membangun sebuah gazebo di belakang rumah yang dibawahnya ada kolam ikannya yang bisa menjadi tempat bersantai dan bercengkerama dengan istri dan anak tercinta, serta menjadi mushola kecil. Anggrek-anggrek kan kupajang di dinding-dinding luar rumah dan pohon-pohon. Gemericik air kolam yang menenangkan kan membuatku nyaman berada di rumah walaupun tanahnya hanya seluas 135 m. persegi.
Dengan kondisi kamar kosku di kawasan Kebon Jeruk yang hanya seluas kuang lebih 10 m persegi serasa sudah sesak sekali. Barang-barang, kardus-kardus, pakaian yang semakin bertambah sejak aku kos di kosku sekarang ini lebih dari 3 tahun yang lalu semakin membuatku tidak nyaman. Kamarku yang sering terlihat bagai kapal pecah, sudah tidak kondusif lagi untuk menyimpan barang-barangku yang dari hari ke hari semakin banyak. Biaya sewa kos yang sekitar tujuh ratus ribu per bulan juga terasa amat besar jika harus ditambah dengan kewajibanku mengangsur rumah nantinya.
Semoga bulan ini aku sudah bisa menempati rumah baruku. Amin!
Tuesday, March 20, 2012
Kecanduan 'Rumah'
Enam Bulan terakhir ini segala tulisan mengenai properti baik di media cetak ataupun internet selalu menarik minatku untuk membacanya. Forum-forum yang membahas tentang kawasan perumahan, website-website yang memampang daftar rumah yangh dijual, ataupun artikel-artikel mengenai pernak-pernik rumah selalu membuatku bergairah untuk membacanya. Bahkan google earth, google maps, sampai wikimapia pun tak luput dari kejaran mataku hanya tuk melihat lokasi perumahan, tinggi datarannya, terletak di daerah cekungan tidak, bekas apa tanah itu dulu, sampai ke koordinat garis lintang dan garis bujur calon rumahku. Website Panoramio pun tak luput dari jejalan foto-foto perumahanku yang ku-upload.
Dulu membaca artikel tentang properti di koran atau majalah tak pernah membuatku tergoda tuk membacanya. Sekarang rubrik properti di setiap website berita selalu menjadi tujuan utama jariku untuk meng-kliknya. Apalagi kalau ada kolom di surat kabar yang membahas tentang properti khususnya perumahan di jabodetabek menjadi santapan yang wajib kubaca.
Awal Oktober aku membayar booking fee untuk sebuah rumah di kawasan Tangerang Selatan. Aku hanya melihat sekilas dengan istriku kompleks perumahan itu, tapi kami langsung sreg. Cicilan uang muka yang bisa diangsur 5 kali juga membuatku semakin mantap memilihnya. Sejak itulah aku mulai getol liat google earth untuk lebih meyakinkanku kawasan perumahanku bukan daerah cekung dan bukan bekas sawah atau rawa. Aku juga selalu tertarik dengan berita-berita mengenai kawasan Tangerang Selatan, khususnya Serpong karena pastinya nanti kawasan itu menjadi tempat tinggalku, bahkan rencana pembangunan jalan tol Cinere-Serpong yang gaungnya sudah satu dekade lebih dan rencananya menggusur banyak perumahan mewah juga tak luput jadi perhatianku. Aku mencari-cari master plan peta rencana jalan tol Cinere-Serpong yang jangan-jangan melintasi kawasan perumahanku. Dan yang kudapatkan ternyata peta yang ada memang menunjukkan kedekatan rencana proyek jalan tol dengan kawasan perumahanku. Tapi aku berharap jalan tol yang kelak akan dibangun relatif jauh dengan kawasan perumahanku, dan jika menggunakan rencana awal yang ada di peta pasti banyak mendapat resistensi dari warga yang akan tergusur kecuali jalan tol dibangun melayang di atas jalur pipa gas yang relatif bebas dari bangunan permanen.
Aku sudah nggak sabar untuk menempati rumah baru yang sampai saat ini sudah sekitar 95% proses finishingnya. Akan kubuat hijau halaman rumah yang masih tersisa cukup lahan untuk kutanami berbagai tanaman. Sudah tak sabar rasanya menata ruang-ruang yang ada dengan perabotan yang minimalis tapi tetap berkualitas tentunya. Akan kubuat rumah mungilku sebagai tempat istirahat melepas lelah dan penat dengan sangat nyaman. Semoga bulan April depan kubisa menghuninya dan meninggalkan kosku di kebon Jeruk yang sudah 3 tahun lebih kuhuni.
GS2 I'm coming..........
Dulu membaca artikel tentang properti di koran atau majalah tak pernah membuatku tergoda tuk membacanya. Sekarang rubrik properti di setiap website berita selalu menjadi tujuan utama jariku untuk meng-kliknya. Apalagi kalau ada kolom di surat kabar yang membahas tentang properti khususnya perumahan di jabodetabek menjadi santapan yang wajib kubaca.
Awal Oktober aku membayar booking fee untuk sebuah rumah di kawasan Tangerang Selatan. Aku hanya melihat sekilas dengan istriku kompleks perumahan itu, tapi kami langsung sreg. Cicilan uang muka yang bisa diangsur 5 kali juga membuatku semakin mantap memilihnya. Sejak itulah aku mulai getol liat google earth untuk lebih meyakinkanku kawasan perumahanku bukan daerah cekung dan bukan bekas sawah atau rawa. Aku juga selalu tertarik dengan berita-berita mengenai kawasan Tangerang Selatan, khususnya Serpong karena pastinya nanti kawasan itu menjadi tempat tinggalku, bahkan rencana pembangunan jalan tol Cinere-Serpong yang gaungnya sudah satu dekade lebih dan rencananya menggusur banyak perumahan mewah juga tak luput jadi perhatianku. Aku mencari-cari master plan peta rencana jalan tol Cinere-Serpong yang jangan-jangan melintasi kawasan perumahanku. Dan yang kudapatkan ternyata peta yang ada memang menunjukkan kedekatan rencana proyek jalan tol dengan kawasan perumahanku. Tapi aku berharap jalan tol yang kelak akan dibangun relatif jauh dengan kawasan perumahanku, dan jika menggunakan rencana awal yang ada di peta pasti banyak mendapat resistensi dari warga yang akan tergusur kecuali jalan tol dibangun melayang di atas jalur pipa gas yang relatif bebas dari bangunan permanen.
Aku sudah nggak sabar untuk menempati rumah baru yang sampai saat ini sudah sekitar 95% proses finishingnya. Akan kubuat hijau halaman rumah yang masih tersisa cukup lahan untuk kutanami berbagai tanaman. Sudah tak sabar rasanya menata ruang-ruang yang ada dengan perabotan yang minimalis tapi tetap berkualitas tentunya. Akan kubuat rumah mungilku sebagai tempat istirahat melepas lelah dan penat dengan sangat nyaman. Semoga bulan April depan kubisa menghuninya dan meninggalkan kosku di kebon Jeruk yang sudah 3 tahun lebih kuhuni.
GS2 I'm coming..........
Wednesday, March 14, 2012
Semalam Bersama Para TKI
Kamis, 8 Maret 2012 pukul 5 sore, kuminta tolong temanku si Boci mengantarku ke Bintaro Trade Center tempat pool travel Xtrans. Sore itu kembali ku naik Xtrans dari Bintaro ke Bandara setelah 6 bulan yang lalu saat aku akan melangsungkan pernikahan.
Bukan Garuda, melainkan anak perusahaannya yakni Citilink yang mengangkutku ke Surabaya untuk penerbangan pukul 9 malam. Ada delay sekitar setengah jam kala itu. Sesampainya di Surabaya, aku mencari travel Rahayu jurusan Tulungagung yang sengaja ngetem di terminal kedatangan internasional dengan konsumen utamanya tentunya para TKI. Maklum penduduk sekitar Tulungagung dan Blitar banyak yang mencari peruntungan ke luar negeri sebagai TKI.
Lumayan cukup lama aku menunggu travelnya berangkat, sekitar pukul 12 malam, travel baru beranjak dari Juanda. Biasanya travelnya menggunakan Avanza, tapi kali ini menggunakan ELF yang kuhitung kursinya untuk penumpang ada 15 buah, Wow...! Untung nggak penuh, tapi relatif sesak dengan 12 penumpang dengan jarak kursi yang sangat sempit menurutku.
Dua kali itu, aku merasakan naik travel bersama TKI. Kali ini TKI yang bersamaku mayoritas laki-laki, tentunya wong ndeso-ndeso (aku juga wong ndeso, he he....). Kebetulan selain TKI ada sepasang suami istri paruh baya menumpang travel itu dan duduk di samping ku. Ternyata mereka juga orang Tulungagung.
Pasangan suami istri tersebut sangat sewot dengan tingkah laku para TKI yang membuka kaca travel, sehingga angin masuk dengan kencang. "Dasar wong ndeso, musuh wong ndeso pancen angel", gerutu si Ibu yang duduk di sampingku. Si Ibu itu kemudian nyeletuk ke sopir"Pak Pir, AC-ne diuripno, aku masuk angin!". Celetukannya yang cenderung judes membuat sang sopir tak berdaya menuruti permintaan si Ibu. Mungkin pikir si sopir daripada dia diomel-omeli terus mending turuti aja. Semua TKI yang duduk di saping jendela pun langsung dengan sigap menutup kaca mobil. Dalam hatiku aku salut dengan Ibu ini karena berani berargumen dengan lantang, padahal suaminya pun diam saja dan hanya bisa menggerutu.
Kami pun ngobrol sepanjang awal-awal perjalanan kami. Dia pun tanya kerjaku dimana, sudah menikah atau belum, putranya berapa, tinggalnya dimana, .......Eh,Ternyata dia pernah bertemu dengan istriku saat mengantar anaknya minta surat keterangan sehat di Puskesmas.
Selepas istirahat makan malam di daerah Trowulan-Mojokerto, aku pun sempat terlelap walaupun lebih sering terjaganya. Sopir pun berhenti ke penjual buah dan para TKI itu memborong banyak sekali buah untuk oleh-oleh keluarga mereka di kampung. Uang seakan tak menjadi masalah buat mereka.
Sesampainya kami di Kediri, ada salah satu TKI yang usianya pasti sudah diatas 50 tahun bingung mencari alamat rumahnya. Sopir travel pun turut bingung menuruti instruksi arah dari si penumpang. Mungkin karena malam dan dia sudah lama tidak pulang jadilah lupa akan alamat rumahnya sendiri. Akhirnya sang sopir memasrahkan si penumpang ke tukang becak di pinggir jalan agar diantarkan ke rumah Bapak itu. Saat itu hampir pukul 4 pagi. Sekitar pukul setengah lima aku pun sampai di rumah Cempluk. Alhamdulillah bertemu istri tercinta yang sudah lebih dari sebulan tak bertemu sejak bertemu di Jogja awal Februari silam.
Bukan Garuda, melainkan anak perusahaannya yakni Citilink yang mengangkutku ke Surabaya untuk penerbangan pukul 9 malam. Ada delay sekitar setengah jam kala itu. Sesampainya di Surabaya, aku mencari travel Rahayu jurusan Tulungagung yang sengaja ngetem di terminal kedatangan internasional dengan konsumen utamanya tentunya para TKI. Maklum penduduk sekitar Tulungagung dan Blitar banyak yang mencari peruntungan ke luar negeri sebagai TKI.
Lumayan cukup lama aku menunggu travelnya berangkat, sekitar pukul 12 malam, travel baru beranjak dari Juanda. Biasanya travelnya menggunakan Avanza, tapi kali ini menggunakan ELF yang kuhitung kursinya untuk penumpang ada 15 buah, Wow...! Untung nggak penuh, tapi relatif sesak dengan 12 penumpang dengan jarak kursi yang sangat sempit menurutku.
Dua kali itu, aku merasakan naik travel bersama TKI. Kali ini TKI yang bersamaku mayoritas laki-laki, tentunya wong ndeso-ndeso (aku juga wong ndeso, he he....). Kebetulan selain TKI ada sepasang suami istri paruh baya menumpang travel itu dan duduk di samping ku. Ternyata mereka juga orang Tulungagung.
Pasangan suami istri tersebut sangat sewot dengan tingkah laku para TKI yang membuka kaca travel, sehingga angin masuk dengan kencang. "Dasar wong ndeso, musuh wong ndeso pancen angel", gerutu si Ibu yang duduk di sampingku. Si Ibu itu kemudian nyeletuk ke sopir"Pak Pir, AC-ne diuripno, aku masuk angin!". Celetukannya yang cenderung judes membuat sang sopir tak berdaya menuruti permintaan si Ibu. Mungkin pikir si sopir daripada dia diomel-omeli terus mending turuti aja. Semua TKI yang duduk di saping jendela pun langsung dengan sigap menutup kaca mobil. Dalam hatiku aku salut dengan Ibu ini karena berani berargumen dengan lantang, padahal suaminya pun diam saja dan hanya bisa menggerutu.
Kami pun ngobrol sepanjang awal-awal perjalanan kami. Dia pun tanya kerjaku dimana, sudah menikah atau belum, putranya berapa, tinggalnya dimana, .......Eh,Ternyata dia pernah bertemu dengan istriku saat mengantar anaknya minta surat keterangan sehat di Puskesmas.
Selepas istirahat makan malam di daerah Trowulan-Mojokerto, aku pun sempat terlelap walaupun lebih sering terjaganya. Sopir pun berhenti ke penjual buah dan para TKI itu memborong banyak sekali buah untuk oleh-oleh keluarga mereka di kampung. Uang seakan tak menjadi masalah buat mereka.
Sesampainya kami di Kediri, ada salah satu TKI yang usianya pasti sudah diatas 50 tahun bingung mencari alamat rumahnya. Sopir travel pun turut bingung menuruti instruksi arah dari si penumpang. Mungkin karena malam dan dia sudah lama tidak pulang jadilah lupa akan alamat rumahnya sendiri. Akhirnya sang sopir memasrahkan si penumpang ke tukang becak di pinggir jalan agar diantarkan ke rumah Bapak itu. Saat itu hampir pukul 4 pagi. Sekitar pukul setengah lima aku pun sampai di rumah Cempluk. Alhamdulillah bertemu istri tercinta yang sudah lebih dari sebulan tak bertemu sejak bertemu di Jogja awal Februari silam.
Tuesday, February 28, 2012
Pengajuan KPR BTN Untuk Sebuah Rumah Mungil
Senin, 27 Februari 2012, pagi itu aku berangkat lebih awal dari hari-hari biasanya. Aku sangat bersemangat sekali menyambut hari Senin, tidak seperti biasanya. Pukul 5.50 WIB aku berangkat dari kosku di kawasan Kebon Jeruk. Kulajukan motorku ke arah Bintaro menuju kantorku. Sesampainya di kantor pukul 6.30 aku langsung fingerprint dan langsung menuju Ciputat.
Tujuanku ke daerah Ciputat tak lain tak bukan adalah ke Bank Tabungan Negara Cabang Ciputat. Dua hari sebelumnya, hari sabtu aku sempatkan survei dulu lokasi BTN Ciputat biar aku tak susah-susah mencarinya lagi pas hari senin. Mengapa aku harus jauh-jauh ke BTN Ciputat, mengapa nggak di BTN Bintaro saja? Alasannya karena aku mengajukan KPR di BTN Ciputat.
Berurusan dengan KPR tidak pernah sedikit pun terlintas di pikiranku saat aku kuliah atau masa-masa awal aku bekerja. Dulu dalam angan-anganku kalau pengen punya rumah ya beli tanah yang luas dan dibangun sendiri dengan model sesuka hati. Namun, angan-angan itu seakan pupus dengan sendirinya saat aku menginginkan sebuah rumah di Ibukota walaupun tepatnya di pinggiran Jakarta, dimana saat ini kubelum mampu membeli tanah yang relatif luas. Solusinya ya apalagi kalau bukan berhutang ke Bank dengan skema KPR.
Tahun 2011 aku ada rencana untuk membeli rumah, namun kendalanya karena gajiku yang belum memenuhi persyaratan KPR untuk membeli rumah incaranku (walaupun belum kategori idaman). Dengan harga rumah yang hampir 400juta, sudah pasti gajiku yang pas-pasan belum masuk kriteria untuk diberi plafon sekitar 80 % dari harga rumah walaupun dengan tenor 15 tahun. Aku pun memutuskan menunda pengajuan KPR-ku menunggu aku menjadi suami orang dan mempunyai 'modal' kartu nikah. Pernikahanku di Bulan Syawal tahun lalu secara tak langsung memuluskanku untuk mengajukan KPR. Mengapa bisa demikian? Karena aku mengajukan KPR dengan menggunakan skema join income dengan istri agar plafon 30% dari penghasilan untuk angsuran per tahun selama 15 tahun terpenuhi. Tertariklah kami mengajukan KPR ke Bank Mandiri, BRI, dan BTN untuk rumah yang kami inden di GS 2, Tangsel.
Sekitar sebulan setelah pengajuan kami menunggu kabar dari tiap Bank mengenai progress pengajuan KPR kami. KPR kami di BTN tidak ada kabar sama sekali, untuk KPR di BRI kami diberitahu tidak bisa dilanjutkan karena pihak BRI kesulitan untuk memverifikasi penghasilan istriku karena istriku bekerja dan berdomisili di Jawa Timur, hanya Mandiri yang memberiku kepastian KPR-ku di-approve dan keluarlah Surat Penawaran Pemberian Kredit (SPPK) dengan limit kredit 286 juta yang disetujui dari 315 juta yang kuajukan. Jadilah aku kelabakan menambah uang muka menjadi sekitar 95 juta belum termasuk BPHTB 16,5jt dan estimasi biaya KPR sekitar 11jt-an.
Setelah keluar SPPK mandiri itu, aku mulai mengangsur cicilan kedua (cicilan pertama adalah booking fee 5 jt). Dalam proses pengangsuran selama 5 bulan ini, aku merasa kurang sreg untuk nantinya melakukan akad kredit dengan Mandiri. Mengapa demikian? Karena beberapa temanku merekomendasikan BTN untuk mengambil KPR-nya karena pengalamannya yang telah puluhan tahun mengelola KPR di Indonesia, dan juga jatuh-jatuhnya cicilannya lebih ringan daripada bank lain walaupun bunga di tahun pertamanya tidak semenarik tawaran bunga bank lain.
Kebetulan awal Februari aku melihat iklan di Kompas ada Pameran Trend Property 2012 di JCC yang disponsori oleh BTN dan BNI. Iseng-isenglah aku tgl 9 Februari maen ke pameran itu dan bertanya tentang KPR di BTN. Ternyata ada promo bunga fixed 9,75 % untuk tahun pertama, bebas biaya administrasi, diskon sampai dengan 62% dari tarif normal untuk asuransi Kebakaran dan Jiwa. Aku pun langsung apply form pengajuan KPR dan langsung diberi surat persetujuan prinsip oleh petugas stand BTN di lokasi pameran. Aku pun disarankan untuk menghubungi BTN cabang Serpong untuk melengkapi berkas-berkas persyaratan KPR.
Minggu, 12 Februari 2012 aku kembali ke pameran yang masih berlangsung di JCC. Aku pikir hari minggu akan ramai luar biasa, ternyata pamerannya tetap sepi. Pikirku saat itu, "Mungkin harga perumahan di Jabodetabek sudah naik signifikan yang hampir-hampir tak terjangkau bagi sebagian besar penduduknya, jadi mereka yang tidak merasa mempunyai modal untuk membeli rumah baik secara tunai ataupun KPR pastinya tidak akan mendatangi pameran itu yang didominasi pengembang-pengembang besar." Aku tidak langsung menuju stand BTN melainkan mencoba menyambangi stand BNI, bertanya soal KPR-nya. Ternyata kuhitung-hitung dengan logika jatuhnya lebih mahal daripada BTN.
Saat aku ke stand BTN langsung saja kusodorkan berkas-berkas persyaratan KPR untuk titip diserahkan ke BTN Serpong. Nah, saat itu pula aku nego agar berkas KPR-ku kalau bisa dilimpahkan ke BTN Bintaro saja, karena Serpong terlalu jauh dari kantorku. Namun akhirnya berkasku di serahkan ke perwakilan BTN Ciputat, mungkin karena lokasi perumahan yang ku-inden masuk dalam area kerja BTN Ciputat.
Beberapa hari setelah apply aku ditelpon dari BTN Ciputat mengkonfirmasi tentang gajiku, mereka agak bingung dengan nominal gaji dan total penghasilanku (plus honor-honor dan tunjangan). Setelah itu aku tidak ditelpon lagi. Istriku juga tidak ditelpon. Atasan maupun kantorku juga tidak di telpon. Sangat berbeda sekali saat proses verifikasi oleh Bank Mandiri kala aku mengajukan KPR pertama kalinya. Hari kesepuluh kutelpon lagi Mbak I**a di bagian KPR BTN Ciputat menanyakan progress pengajuan KPR kami, ternyata KPR kami baru dirapatkan oleh tim dari BTN Ciputat saat itu dan dijanjikan sekitar jumat tanggal 24 sudah ada hasil akhirnya. Akhirnya tanggal 23 Februari sore, aku ditelpon oleh Mbak I**a dan dikabarkan kalau Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit (SP3K) telah dikeluarkan oleh BTN Ciputat dengan limit kredit 285 juta, 1 juta lebih rendah daripada yang di-approve Mandiri.
Aku minta tolong untuk diemailkan SP3K itu, namun kutunggu sampai hari Minggu belum kunjung juga diemail. Aku pun hari Senin berinisiatif untuk mendatangi langsung BTN Ciputat untuk mengambil SP3K yang akan kuserahkan ke developer agar skema KPR-ku yang awalnya akan diproses melalui Bank Mandiri, aku minta kepada Developer untuk merubahnya menggunakan KPR dari BTN.
Sesampainya di BTN Ciputat pukul 7 pagi, aku langsung ngetem di parkiran menunggu pelayanan Bank dibuka. pukul 7.30 Bank dibuka dan aku pun langsung menuju bagian KPR dan mengambil SP3K. Karena KPR BTN mewajibkan untuk mempunyai Tabungan BTN Batara, aku pun membuka account BTN Batara disana.
Usai dari BTN Ciputat aku langsung menuju ke Jalan Ciater ke kantor marketing GS 2. Kuserahkan fotokopian SP3K, dan kuminta marketingya untuk mengabari kapan akad kreditnya dengan mengajukan beberapa opsi hari/tanggal akad kredit.
Semoga akad kredit yang kuharapkan bisa berlangsung awal Maret 2012 nanti dapat berlangsung sukses dan lancar, serta BTN menjadi Bank pemberi KPR yang terbaik bagiku. Amin.
Baca juga:
Tujuanku ke daerah Ciputat tak lain tak bukan adalah ke Bank Tabungan Negara Cabang Ciputat. Dua hari sebelumnya, hari sabtu aku sempatkan survei dulu lokasi BTN Ciputat biar aku tak susah-susah mencarinya lagi pas hari senin. Mengapa aku harus jauh-jauh ke BTN Ciputat, mengapa nggak di BTN Bintaro saja? Alasannya karena aku mengajukan KPR di BTN Ciputat.
Berurusan dengan KPR tidak pernah sedikit pun terlintas di pikiranku saat aku kuliah atau masa-masa awal aku bekerja. Dulu dalam angan-anganku kalau pengen punya rumah ya beli tanah yang luas dan dibangun sendiri dengan model sesuka hati. Namun, angan-angan itu seakan pupus dengan sendirinya saat aku menginginkan sebuah rumah di Ibukota walaupun tepatnya di pinggiran Jakarta, dimana saat ini kubelum mampu membeli tanah yang relatif luas. Solusinya ya apalagi kalau bukan berhutang ke Bank dengan skema KPR.
Tahun 2011 aku ada rencana untuk membeli rumah, namun kendalanya karena gajiku yang belum memenuhi persyaratan KPR untuk membeli rumah incaranku (walaupun belum kategori idaman). Dengan harga rumah yang hampir 400juta, sudah pasti gajiku yang pas-pasan belum masuk kriteria untuk diberi plafon sekitar 80 % dari harga rumah walaupun dengan tenor 15 tahun. Aku pun memutuskan menunda pengajuan KPR-ku menunggu aku menjadi suami orang dan mempunyai 'modal' kartu nikah. Pernikahanku di Bulan Syawal tahun lalu secara tak langsung memuluskanku untuk mengajukan KPR. Mengapa bisa demikian? Karena aku mengajukan KPR dengan menggunakan skema join income dengan istri agar plafon 30% dari penghasilan untuk angsuran per tahun selama 15 tahun terpenuhi. Tertariklah kami mengajukan KPR ke Bank Mandiri, BRI, dan BTN untuk rumah yang kami inden di GS 2, Tangsel.
Sekitar sebulan setelah pengajuan kami menunggu kabar dari tiap Bank mengenai progress pengajuan KPR kami. KPR kami di BTN tidak ada kabar sama sekali, untuk KPR di BRI kami diberitahu tidak bisa dilanjutkan karena pihak BRI kesulitan untuk memverifikasi penghasilan istriku karena istriku bekerja dan berdomisili di Jawa Timur, hanya Mandiri yang memberiku kepastian KPR-ku di-approve dan keluarlah Surat Penawaran Pemberian Kredit (SPPK) dengan limit kredit 286 juta yang disetujui dari 315 juta yang kuajukan. Jadilah aku kelabakan menambah uang muka menjadi sekitar 95 juta belum termasuk BPHTB 16,5jt dan estimasi biaya KPR sekitar 11jt-an.
Setelah keluar SPPK mandiri itu, aku mulai mengangsur cicilan kedua (cicilan pertama adalah booking fee 5 jt). Dalam proses pengangsuran selama 5 bulan ini, aku merasa kurang sreg untuk nantinya melakukan akad kredit dengan Mandiri. Mengapa demikian? Karena beberapa temanku merekomendasikan BTN untuk mengambil KPR-nya karena pengalamannya yang telah puluhan tahun mengelola KPR di Indonesia, dan juga jatuh-jatuhnya cicilannya lebih ringan daripada bank lain walaupun bunga di tahun pertamanya tidak semenarik tawaran bunga bank lain.
Kebetulan awal Februari aku melihat iklan di Kompas ada Pameran Trend Property 2012 di JCC yang disponsori oleh BTN dan BNI. Iseng-isenglah aku tgl 9 Februari maen ke pameran itu dan bertanya tentang KPR di BTN. Ternyata ada promo bunga fixed 9,75 % untuk tahun pertama, bebas biaya administrasi, diskon sampai dengan 62% dari tarif normal untuk asuransi Kebakaran dan Jiwa. Aku pun langsung apply form pengajuan KPR dan langsung diberi surat persetujuan prinsip oleh petugas stand BTN di lokasi pameran. Aku pun disarankan untuk menghubungi BTN cabang Serpong untuk melengkapi berkas-berkas persyaratan KPR.
Minggu, 12 Februari 2012 aku kembali ke pameran yang masih berlangsung di JCC. Aku pikir hari minggu akan ramai luar biasa, ternyata pamerannya tetap sepi. Pikirku saat itu, "Mungkin harga perumahan di Jabodetabek sudah naik signifikan yang hampir-hampir tak terjangkau bagi sebagian besar penduduknya, jadi mereka yang tidak merasa mempunyai modal untuk membeli rumah baik secara tunai ataupun KPR pastinya tidak akan mendatangi pameran itu yang didominasi pengembang-pengembang besar." Aku tidak langsung menuju stand BTN melainkan mencoba menyambangi stand BNI, bertanya soal KPR-nya. Ternyata kuhitung-hitung dengan logika jatuhnya lebih mahal daripada BTN.
Saat aku ke stand BTN langsung saja kusodorkan berkas-berkas persyaratan KPR untuk titip diserahkan ke BTN Serpong. Nah, saat itu pula aku nego agar berkas KPR-ku kalau bisa dilimpahkan ke BTN Bintaro saja, karena Serpong terlalu jauh dari kantorku. Namun akhirnya berkasku di serahkan ke perwakilan BTN Ciputat, mungkin karena lokasi perumahan yang ku-inden masuk dalam area kerja BTN Ciputat.
Beberapa hari setelah apply aku ditelpon dari BTN Ciputat mengkonfirmasi tentang gajiku, mereka agak bingung dengan nominal gaji dan total penghasilanku (plus honor-honor dan tunjangan). Setelah itu aku tidak ditelpon lagi. Istriku juga tidak ditelpon. Atasan maupun kantorku juga tidak di telpon. Sangat berbeda sekali saat proses verifikasi oleh Bank Mandiri kala aku mengajukan KPR pertama kalinya. Hari kesepuluh kutelpon lagi Mbak I**a di bagian KPR BTN Ciputat menanyakan progress pengajuan KPR kami, ternyata KPR kami baru dirapatkan oleh tim dari BTN Ciputat saat itu dan dijanjikan sekitar jumat tanggal 24 sudah ada hasil akhirnya. Akhirnya tanggal 23 Februari sore, aku ditelpon oleh Mbak I**a dan dikabarkan kalau Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit (SP3K) telah dikeluarkan oleh BTN Ciputat dengan limit kredit 285 juta, 1 juta lebih rendah daripada yang di-approve Mandiri.
Aku minta tolong untuk diemailkan SP3K itu, namun kutunggu sampai hari Minggu belum kunjung juga diemail. Aku pun hari Senin berinisiatif untuk mendatangi langsung BTN Ciputat untuk mengambil SP3K yang akan kuserahkan ke developer agar skema KPR-ku yang awalnya akan diproses melalui Bank Mandiri, aku minta kepada Developer untuk merubahnya menggunakan KPR dari BTN.
Sesampainya di BTN Ciputat pukul 7 pagi, aku langsung ngetem di parkiran menunggu pelayanan Bank dibuka. pukul 7.30 Bank dibuka dan aku pun langsung menuju bagian KPR dan mengambil SP3K. Karena KPR BTN mewajibkan untuk mempunyai Tabungan BTN Batara, aku pun membuka account BTN Batara disana.
Usai dari BTN Ciputat aku langsung menuju ke Jalan Ciater ke kantor marketing GS 2. Kuserahkan fotokopian SP3K, dan kuminta marketingya untuk mengabari kapan akad kreditnya dengan mengajukan beberapa opsi hari/tanggal akad kredit.
Semoga akad kredit yang kuharapkan bisa berlangsung awal Maret 2012 nanti dapat berlangsung sukses dan lancar, serta BTN menjadi Bank pemberi KPR yang terbaik bagiku. Amin.
Baca juga:
Mudahnya Proses KPR di BTN
Friday, January 27, 2012
Bingung beli rumah ?
Beli Rumah bukan sekedar membeli gadget mewah layaknya iphone atau ipad yang pastinya akan usang dimakan zaman. Rumah adalah kebutuhan primer manusia disamping pangan dan sandang. Namun rumah adalah kebutuhan primer termahal yang sudah menjadi semacam simbol eksistensi suatu rumah tangga.
Masing-masing individu ataupun pasangan rumah tangga mempunyai preferensi sendiri-sendiri tentang rumah idaman mereka. Pernah temanku yang baru punya rumah bilang, "Beli rumah itu gampang-gampang susah, aku dapat rumah ini juga karena 'pulung'". Dia menganggap dia sangat beruntung sekali membeli rumah itu dengan harga yang miring. Rumahnya memang relatif luas dan kualitas bangunannya kokoh. Namun jika aku di posisi dia, aku tak kan membeli rumah itu karena:
1. Jalan akses masuknya relatif kecil, kira-kira hanya muat satu mobil (ada di dalam gang)
2. Tidak mempunyai pekarangan/lahan sisa, karena aku sangat suka sekali berkebun ataupun menanam pohon / sayuran. Aku memang kurang suka kalau lahan yang ada dihabiskan untuk dibangun rumah. Terkesan sumpek jadinya.
3. Ternyata rumah itu tidak mempunyai IMB jadi kalau ada program penggusuran oleh pemerintah daya tawarnya jadi lemah.
Referensi orang akan rumah memang berbeda-beda, mungkin temanku itu sudah merasa sreg dengan rumah tersebut dan tidak masalah dengan kekurangannya, mungkin preferensi utama bagi dia adalah kondisi rumah yang masih bagus.
Kemarin di kantor ada obrolan soal rumah. Ada salah satu temanku yang ingin beli rumah. Terus ada temanku yang satunya nyeletuk, "Eh itu lho si T (temanku juga) dapat rumah second murah sekali dan luas lagi tanahnya, beruntung banget ya dia". Aku pun berpikir, harga semurah itu bagaimana dengan kualitas bangunannya, bagaimana aksesibilitasnya, lewat daerah yang macet banget nggak' jalan akses masuk ke rumahnya lebar nggak, dan itu rumahnya di hoek atau di tengah-tengah, rawan banjir nggak, dan dekat pintu tol nggak?
Pertanyaan-pertanyaan itu sekiranya sebagai pembenaran pilihanku akan rumah indenku sekarang ini. Kompleks perumahanku yang dekat pintu tol, tidak banjir, tidak bekas tanah urugan, pinggir jalan raya utama, landscape yang rapi, udara yang bersih, jalan lingkungan yang lebar dan berbeton, one gate system, ada ruang terbuka hijaunya, akses jalan yang relatif lancar (apalagi kalau lewat tol) serta rumahku yang terletak di hoek dan masih ada lahan sisa sekitar 70% membuatku semakin mantap dan merasa tidak rugi mengeluarkan uang lebih dari 400jt tuk membelinya.
Jadi menurutku harga suatu rumah murah menurut orang lain, belum tentu murah menurut kita jika tidak hanya segi harga rumah di atas kertas saja yang dibandingkan. Aku merasa wajar harga rumahku segitu karena ditunjang fasilitas dan lingkungan yang prima.
Untuk membeli rumah memang gampang-gampang susah, kita memang harus mempertimbangkan budget kita dengan preferensi kita tentang rumah yang tentunya berbeda dengan orang lain.
Jangan tergoda harga murah tapi tidak membuat hidup lebih nyaman dan tenang. Mahal sedikit nggak masalah asalkan aman, nyaman, dan tenang.
Masing-masing individu ataupun pasangan rumah tangga mempunyai preferensi sendiri-sendiri tentang rumah idaman mereka. Pernah temanku yang baru punya rumah bilang, "Beli rumah itu gampang-gampang susah, aku dapat rumah ini juga karena 'pulung'". Dia menganggap dia sangat beruntung sekali membeli rumah itu dengan harga yang miring. Rumahnya memang relatif luas dan kualitas bangunannya kokoh. Namun jika aku di posisi dia, aku tak kan membeli rumah itu karena:
1. Jalan akses masuknya relatif kecil, kira-kira hanya muat satu mobil (ada di dalam gang)
2. Tidak mempunyai pekarangan/lahan sisa, karena aku sangat suka sekali berkebun ataupun menanam pohon / sayuran. Aku memang kurang suka kalau lahan yang ada dihabiskan untuk dibangun rumah. Terkesan sumpek jadinya.
3. Ternyata rumah itu tidak mempunyai IMB jadi kalau ada program penggusuran oleh pemerintah daya tawarnya jadi lemah.
Referensi orang akan rumah memang berbeda-beda, mungkin temanku itu sudah merasa sreg dengan rumah tersebut dan tidak masalah dengan kekurangannya, mungkin preferensi utama bagi dia adalah kondisi rumah yang masih bagus.
Kemarin di kantor ada obrolan soal rumah. Ada salah satu temanku yang ingin beli rumah. Terus ada temanku yang satunya nyeletuk, "Eh itu lho si T (temanku juga) dapat rumah second murah sekali dan luas lagi tanahnya, beruntung banget ya dia". Aku pun berpikir, harga semurah itu bagaimana dengan kualitas bangunannya, bagaimana aksesibilitasnya, lewat daerah yang macet banget nggak' jalan akses masuk ke rumahnya lebar nggak, dan itu rumahnya di hoek atau di tengah-tengah, rawan banjir nggak, dan dekat pintu tol nggak?
Pertanyaan-pertanyaan itu sekiranya sebagai pembenaran pilihanku akan rumah indenku sekarang ini. Kompleks perumahanku yang dekat pintu tol, tidak banjir, tidak bekas tanah urugan, pinggir jalan raya utama, landscape yang rapi, udara yang bersih, jalan lingkungan yang lebar dan berbeton, one gate system, ada ruang terbuka hijaunya, akses jalan yang relatif lancar (apalagi kalau lewat tol) serta rumahku yang terletak di hoek dan masih ada lahan sisa sekitar 70% membuatku semakin mantap dan merasa tidak rugi mengeluarkan uang lebih dari 400jt tuk membelinya.
Jadi menurutku harga suatu rumah murah menurut orang lain, belum tentu murah menurut kita jika tidak hanya segi harga rumah di atas kertas saja yang dibandingkan. Aku merasa wajar harga rumahku segitu karena ditunjang fasilitas dan lingkungan yang prima.
Untuk membeli rumah memang gampang-gampang susah, kita memang harus mempertimbangkan budget kita dengan preferensi kita tentang rumah yang tentunya berbeda dengan orang lain.
Jangan tergoda harga murah tapi tidak membuat hidup lebih nyaman dan tenang. Mahal sedikit nggak masalah asalkan aman, nyaman, dan tenang.
Saturday, January 14, 2012
Grand Serpong 2
Pagi ini, kukembali menengok progress pembangunan calon rumahku di Grand Serpong 2 Tangerang Selatan. Hujan gerimis yang mengguyur jabodetabek pagi ini tak menyurutkan langkah motor buntutku tuk melihat progressnya.
Sesampainya di kompleks Grand Serpong 2 hujan gerimis masih saja mengiringiku. Kulihat calon rumahku temboknya sudah tinggi dan tinggal nunggu diberi atap rangka baja ringan dengan genteng beton. Kurang lebih sejam lamanya ku disitu, sambil jalan-jalan melihat lingkungan perumahan yang meskipun sudah banyak rumah yang jadi tapi masih sedikit yang menghuninya.
Saat ku berkeliling kompleks, kulihat ada tiang telepon dan galian pemasangan kabel Telkom. "Wah bisa pasang Groovia TV ntar disini sebuah layanan IPTV dari Telkom", pikirku sejenak sambil memperhatikan tiang telepon yang ada kotak kecilnya berlogo Telkom.
Puas berbincang dengan para tukang yang tetap bekerja meski gerimis terus mengguyur, aku pun melanjutkan menuju ke kantor marketing Grand Serpong 2 di kompleks perumahan 'kakaknya' di Grand Serpong (1) untuk memberikan fotokopi transfer uang muka yang udah kucicil keempat kalinya ( tinggal sekali lagi nyicilnya, he he .....). Di kantor marketing kulihat brosur baru yang menurutku lebih 'eye catching' dengan kualitas kertas yang lebih bagus daripada brosur terdahulu. Tak lupa kuambilkan brosurnya buat temen kantorku yang juga sedang mencari rumah, siapa tahu bisa jadi tetanggaku......
Brosur Grand Serpong 2 (dok. pribadi) |
Sesampainya di kompleks Grand Serpong 2 hujan gerimis masih saja mengiringiku. Kulihat calon rumahku temboknya sudah tinggi dan tinggal nunggu diberi atap rangka baja ringan dengan genteng beton. Kurang lebih sejam lamanya ku disitu, sambil jalan-jalan melihat lingkungan perumahan yang meskipun sudah banyak rumah yang jadi tapi masih sedikit yang menghuninya.
Saat ku berkeliling kompleks, kulihat ada tiang telepon dan galian pemasangan kabel Telkom. "Wah bisa pasang Groovia TV ntar disini sebuah layanan IPTV dari Telkom", pikirku sejenak sambil memperhatikan tiang telepon yang ada kotak kecilnya berlogo Telkom.
Puas berbincang dengan para tukang yang tetap bekerja meski gerimis terus mengguyur, aku pun melanjutkan menuju ke kantor marketing Grand Serpong 2 di kompleks perumahan 'kakaknya' di Grand Serpong (1) untuk memberikan fotokopi transfer uang muka yang udah kucicil keempat kalinya ( tinggal sekali lagi nyicilnya, he he .....). Di kantor marketing kulihat brosur baru yang menurutku lebih 'eye catching' dengan kualitas kertas yang lebih bagus daripada brosur terdahulu. Tak lupa kuambilkan brosurnya buat temen kantorku yang juga sedang mencari rumah, siapa tahu bisa jadi tetanggaku......
Sunday, January 1, 2012
Harapan 2012
Tahun Baru 2012, perayaan tadi malam tidak ada yang terasa spesial bagiku malahan bunyi kembang api tadi malam sungguh mengganggu tidurku. Tadi malam kuhanya menonton Sherlock Holmes di Blok M Plaza, seperti halnya 2 tahun lalu saat malam tahun baru aku menonton pula film Sherlock Holmes tapi di Pondok Indah Mall 2 bersama sepupuku.
Malam Tahun Baru tadi malam aku tidak bisa merayakan bersama istriku tercinta yang berada di Tulungagung. Aku berharap tahun ini kami bisa berkumpul hidup bersama dalam satu rumah.
Tahun 2012 ini kuawali hari dengan menengok progress pembangunan calon rumahku di Grand Serpong 2, di Jalan Ciater Raya, Tangerang Selatan. Semoga pertengahan tahun ini rumah itu sudah jadi dan bisa kutempati. Aku juga menunggu kelahiran putra kecilku yang diperkirakan akan lahir akhir Juni atau awal Juli 2012. Semoga SK PNS si Cempluk segera keluar Januari ini agar bisa mengurus kepindahannya ke Tangsel.
2012...... Semoga tahun ini akan lebih baik untuk keluarga kecilku. Semoga keluarga kami senantiasa diberkahi oleh-Nya. Amin.
Malam Tahun Baru tadi malam aku tidak bisa merayakan bersama istriku tercinta yang berada di Tulungagung. Aku berharap tahun ini kami bisa berkumpul hidup bersama dalam satu rumah.
Tahun 2012 ini kuawali hari dengan menengok progress pembangunan calon rumahku di Grand Serpong 2, di Jalan Ciater Raya, Tangerang Selatan. Semoga pertengahan tahun ini rumah itu sudah jadi dan bisa kutempati. Aku juga menunggu kelahiran putra kecilku yang diperkirakan akan lahir akhir Juni atau awal Juli 2012. Semoga SK PNS si Cempluk segera keluar Januari ini agar bisa mengurus kepindahannya ke Tangsel.
2012...... Semoga tahun ini akan lebih baik untuk keluarga kecilku. Semoga keluarga kami senantiasa diberkahi oleh-Nya. Amin.
Subscribe to:
Posts (Atom)