Jam Setengah 5 WITA pagi ini aku terbangun oleh alarm HP yang sengaja kusetel tadi malam. Langsung kutelpon ibuku saat itu juga. Ternyata dari pembicaraan di telepon, beliau sudah siap untuk ke bandara, namun katanya di rumah sedang hujan deras sekali. Taksi 'Burung Biru' yang kupesan tadi malam pun belum nongol di depan rumah, padahal jika aku pesan taksi 'Burung Biru Group" selalu datang setengah jam lebih awal. memang sih aku pesannya untuk jam 4.00 WIB.
Aku langsung menelpon costumer service taksi dan katanya taksinya sudah OTW, aku jadi lega. namun, sekitar 10 menit kemudian, dari costumer service memberitahukan jika nomor taksi yang dikirim berubah, pada awalnya aku tak mempermasalahkan hal ini.
Menjelang pukul 4.00 WIB aku menelpon Ibu lagi, dan beliau mengatakan hujan masih deras, taksi pun belum datang. kutelpon kembali taksinya dan aku minta nomor HP sopirnya. Ternyata sopirnya masih terjebak banjir di Jalan Ciater Raya dekat perumahan Ciater Permai. Aku pun pasrah dan terus menelpon ibu, menanyakan sudah datang atau belum taksinya.
Menjelang setengah 5 WIB kutelpon lagi sopirnya, ternata dia sudah sampai di Pintu Gerbang Kompleks Perumahan Grand Serpong 2. Namun, dia berujar kalau disitu ada taksi lain dari group yang sama, dikiranya aku pesan 2 taksi. Dari telepon terdengar olehku debat antar kedua sopir itu siapa yang akan mengantarkan Ibuku ke Bandara. Si sopir yang kutelpon menyarankanku untuk menelpon ke kantor pusat taksi. Aku pun telpon customer service dan dengan nada agak tinggi aku minta mereka memutuskan siapa yang paling berhak mengantar Ibuku ke Bandara karena waktunya sudah sangat mepet sekali.
Pukul 04.35 WIB, Ibu baru berangkat dari rumah dengan jadwal yang sangat mepet. Aku sampai dag-dig dug memikirkan Ibu naik taksi menuju Bandara, mana hujan-hujan dan kalau-kalau terjadi banjir di jalan. Jadwal Take Off Air Asia ke Jogja pagi tadi pukul 05.50 WIB, sedangkan waktu terakhir boarding-nya pukul 05.30 WIB. Kutelpon lagi Ibu sekitar pukul 05.10 WIB, dan beliau belum sampai juga di Bandara. Akhirnya aku cuma berdoa agar Ibu tidak terlambat dan masih bisa masuk pesawat dan lancar perjalanannya.
Aku memutuskan untuk tidak menelpon lagi setelah telponku terakhir itu. Aku tahu kalau aku menelpon di saat Ibu terburu-buru boarding di Bandara pasti akan menambah gugup beliau. Aku berharap-harap cemas untuk mendapat tepon kabar dari Ibu. Aku sudah pasrah saat itu, kalau pun Ibu terlambat, toh masih bisa beli tiket baru dan ikut penerbangan selanjutnya, namun jika hal tiu terjadi pasti Ibu akan sangat kecewa dan aku pun tetap berharap hal itu tidak akan terjadi.
Pada pukul 07.10 WIB, tiba-tiba HP-ku berdering dan kudengar suara Ibu yang sangat bersemangat untuk menceritakan pengalamannya tadi pagi. Ibu mengabarkan bahwa beliau sudah sampai dengan selamat di Bandara Adi Sutjipto Jogja. Beliau tadi boarding sangat terburu-buru sekali, padahal Beliau baru pertama kali ke Terminal 3 Soeta. Beliau juga tidak bisa berlari mengejar pesawat walaupun petugas sudah menyuruh beliau berlari karena kakinya yang pernah patah karena kecelakaan hampir 2 tahun yang lalu. Beliau katanya hampir menangis karena mengejar pesawat dengan tentengan tas yang sebenarnya akan dimasukkannya ke bagasi pesawat. Untungnya ada petugas dari Air Asia yang membantu membawakan tas beliau sampai di kabin. Beliau pun berhasil masuk ke pesawat sebagai penumpang terakhir dan pintu pun langsung ditutup usai Beliau masuk dan tak lama kemudian langsung take off.
Di pesawat beliau mencoba minta minuman hangat kepada pramugari, namun karena dikasih tahu harga teh atau kopi sebesar 15ribu, Beliau pun membatalkan pesananannya. Kursi pesawat banyak yang kosong pagi tadi, dan beliau tidak duduk di kursi yang nomornya tertera di boarding pass. Beruntungnya lagi beliau saat berada di pesawat didekati oleh seorang pramugara dan sempat mengobrol dan ditawari teh hangat, awalnya beliau menolak tapi tetap saja sang pramugara ramah dan baik hati itu memberinya teh hangat dan roti gratis.
Ibu memang bukan sekali dua kali naik pesawat, dan beliau terkenal disiplin dan tepat waktu, paling tidak sejam sebelum boarding beliau sudah di ruang tunggu bandara. Namun kejadian tadi pagi adalah pengalaman pertama Ibu mengejar-ngejar pesawat di saat kondisi badanya tidak selincah dulu lagi. Untungnya Ibu tidak perlu cek in lagi di bandara karena sudah ku cek in-kan lewat internet dan mencetak sendiri boarding passnya. Perkiraan waktu yang sudah kusetting dan kuperkiraakan agar Ibu tidak terlalu lama menunggu di Bandara gagal total. Aku terlalu percaya diri dengan kebiasaanku naik taksi dari rumah kebandara yang paling lama 30 menit pada fajar hari dan kebiasaan kedatangan taksi 'biru' yang biasanya datang 30 menit lebih awal , ditambah lagi hujan dan banjir yang menghadang taksi pesananku pagi hari ini telah meruntuhkan kesombonganku sebagai activity planner. Alam dan Jakarta telah mengalahkan segala egoku.
Saat kutulis blog ini, pastinya ibu sedang berbaghagia dengan berkumpul bersama adik-adiknya di Jogja. Selamat Liburan Ibu.......
Balikpapan, 15 Januari 2013 (12.00 WITA)
No comments:
Post a Comment