Pages

Tuesday, April 30, 2013

Cinta Bioskop 1

Aku memang seorang pecinta bioskop. Dulu sewaktu aku masih kecil sering aku diajak Ibuku bersama kakakku nonton bioskop di kota kecil tempat kami tinggal. Film yang diputernya pun kebanyakan film lokal yang saat itu sedang jaya-jayanya di akhir dekade 80-an. Saur Sepuh, Tutur Tinular, sampai dengan Misteri Gunung Merapi yang ada tokoh Mak Lampir di dalamnya sering aku tonton.

Bioskop Indra namanya, sebuah Bioskop kecil yang sekarang hanya tinggal kenangan menjadi toko bahan bangunan di tepi jalan Daendels yang membelah kota Pensiunan yang terkenal dengan Nasi Gandul-nya. Tak ada bangku empuk semacam di XXI ataupun Blitz Megaplex yang kursinya bisa melipat sendiri. Tak Ada AC yang sejuk, tak ada penjaga loket yang cantik-cantik, tak ada pula gerai pop corn. Yang ada hanya bangku-bangku kayu yang ditata berderet yang entah pernah dibersihkan atau tidak, dan karena selalu gelap, tertutup dan cenderung lembab, jadilah sarang kutu busuk (tinggi) yang 'nyempil'di sela-sela kursi. Setiap kali aku pulang dari nonton bioskop, pasti kedua pahaku penuh dengan bentol-bentol gatal (biduren)karena digigit kutu busuk yang tidak terasa karena aku asik menikmati jalan ceritanya.

Dulu hampir di setiap kota kecil di Pulau Jawa mempunyai bioskop, bahkan tidak hanya satu. Namun, akhir pertengahan dekade 90-an bioskop-bioskop itu mulai berguguran seiring runtuhnya industri perfilman tanah air. Aku masih ingat gimana setiap sore petugas bioskop berkeliling kota dengan mobil bak terbuka  berteriak-teriak menggunakan TOA sambil menyebar pamflet yang berisikan promosi film. Pamflet yang menurutku bagus kualitasnya itu, karena dicetak berwarna, membuat kami sering mengejar mobil petugas bioskop itu sambil mengumpulkan pamflet yang disebar sepanjang jalan. ada pamflet berisikan film Warkop Dono Kasino Indro (DKI) yang terbaru, Robo Cop, sampai Saur Sepuh dengan background tokoh utamanya Brahma Kumbara didampingi oleh Lasmini dan Mantili.

Tibalah tahun 2002 aku hijrah ke Jogjakarta untuk kuliah. Selama di Yogyakarta aku sering nonton di Bioskop Mataram. Menurutku Bioskop ini mempunyai ruang yang luas dan mungkin terbaik di Zamannya. Beberapa film seperti Andai Ia Tahu, 30 hari mencari cinta, Virgin, Ghost Ship, Biarkan Bintang Menari, Empat Sehat Lima Sempurna, Rumah Pondok Indah, sampai dengan film debutnya Si Cantik Sandra Dewi yaitu Quickie Express kutonton di bioskop ini. aku juga merasakan pertama kali antre panjang beli tiket film Eiffel I'm in Love juga di Bioskop Mataram ini. Seringkali kujumpai tikus numpang lewat di dinding bioskop menjadi 'hiburan' tersendiri. 

Bioskop Mataram juga menjadi tempat nge-date yang lumayan murah saat itu. gimana tidak, tiket cuma 6000 cocok lah buat mahasiswa yang kantongnya pas-pasan. Seminggu bisa tiga kali aku nonton di situ. Namun sayang Bioskop mataram yang menyimpan banyak kenanganku sekarang sudah tutup. Beberapa tahun lalu Bioskop Mataram terkena angin puting beliung yang mengakibatkan sebagian besar atapnya terbang dan rusak parah, ditambah lagi karena sudah muncul bioskop jaringan 21 di Ambarukmo Plaza Jogja, jadilah semakin kalah pamor dan tamatlah riwayatnya daripada rugi berkepanjangan.

(bersambung.......)



No comments:

Post a Comment