Screenshot Homepage Instagram (dok. pribadi) |
Apa sih hubungan jejaring sosial dengan rantai ekonomi global yang semakin kompleks seperti saat ini?
Salah satunya adalah sektor pariwisata global yang bernilai ribuan miliar US dollar. Kok bisa?
Jejaring Sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, Pinterest, ataupun Foursquare menyediakan layanan berbagi foto ataupun lokasi. Mulai dari ABG sampai dengan orang tua yang sudah pensiun (contohnya ibuku) banyak yang keranjingan upload foto di jejaring sosial. Hasrat untuk tetap eksis dan keren menjadi salah satu pemicunya.
Dengan upload foto di jejaring sosial maka semua teman dalam jejaring sosial kita akan tahu kita sedang apa atau dimana. Misalkan kita sedang berlibur ke luar negeri, kita mengabadikan momen dengan berfoto di sesuatu yang ikonik di negeri tersebut biasanya kita punya hasrat untuk segera pamer kepada teman-teman kalau kita sedang di luar negeri dengan menguploadnya melalui jejaring sosial.
Keinginan untuk tetap eksis di kalangan teman sejawat plus tiket penerbangan yang semakin murah ke luar negeri menjadikan kegiatan untuk upload foto di jejaring sosial semakin menggila.
Apalagi sekarang ada aplikasi semacam Instagram yang bisa membuat foto semakin terlihat dramatis. Pemandangan yang biasa saja bisa seolah menjadi spektakuler dengan filter yang disediakan instagram. Pantas saja aplikasi yang semula eksklusif untuk pengguna iPhone ini dibeli mahal oleh Facebook sekitar 1 milyar US dollar, karena kepopulerannya diranah foto sharing.
Adanya aplikasi berbasis lokasi yaitu Foursquare juga mendorong penggunanya untuk 'check in' dimana mereka sedang berada sekaligus bisa upload foto juga dan sharing ke twitter ataupun tumblr. Para pengguna foursquare cenderung lebih bersemangat check in jika sedang di tempat wisata atau tempat yang populer. Dengan check in maka teman kita pasti akan tahu dimana kita berada. Apalagi kalau sedang berwisata di luar negeri atau tempat-tempat eksotik di dalam negeri semacam Wakatobi, Raja Ampat, Bunaken ataupun Komodo, pasti akan membuat semakin bangga dan secara naluriah ingin pamer kepada temannya' "Nih Gue sudah sampai ke tempat ini nih....!"
Keberadaan aplikasi jejaring sosial terutama yang berbasis foto sharing ataupun location sharing membuat semakin mudah budaya 'pamer' merajalela yang notabene merupakan naluri alamiah seorang manusia. Pamer di media sosial sungguh luar biasa efeknya. Pasti timbul kecemburuan ataupun keinginan untuk bersaing "Temen gue sudah melancong ke berbagai negara, masak gue belum, gue juga bisa dan pasti akan lebih eksis daripada dia!".
Pemikiran yang demikian tentunya tidak sepenuhnya salah, malah di sisi lain bisa membuat geliat dunia pariwisata menjadi lebih bergairah daripada dekade-dekade sebelumnya. Secara tidak langsung, dunia pariwisata sangat diuntungkan dengan media sosial berbasis foto yang sedang marak saat ini. Masyarakat terutama kalangan muda yang belum berkeluarga namun sudah punya penghasilan yang lumayan, biasanya akan menyisihkan penghasilannya relatif besar untuk kegiatan turisme.
Teman-teman sekarang jika berwisata lebih sering ke luar negeri walaupun masih di sekitaran Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan India. Tak lupa pasti mereka langsung update status dan foto di media sosial dan tak ayal mereka menjadi promosi gratis bagi objek-objek wisata di luar negeri. Coba bandingkan dengan 10 tahun yang lalu masih jarang kalangan menengah bawah yang berwisata ke luar negeri, bahkan untuk bermimpi pun tidak berani. Namun sekarang plesiran ke luar negeri malah seringkali lebih murah daripada berkunjung ke Jogja atau Bali. Banyak promo misalkan Air Asia menawarkan tiket cuma 200 ribu rupiah ke Singapore ataupun ke Kuala Lumpur, bahkan memberikan tiket gratis untuk berangkat dan cuma bayar untuk pulangnya saja, semakin membuat orang Indonesia berbondong-bondong kesana, biar dicap "nih gue pernah ke luar negeri".
Dalam hal pariwisata, kita jangan mau kalah dengan Negeri jiran. Sebagai anak muda yang gemar traveling, ayo jelajahi negerimu dulu, upload ke media sosial tempat-tempat eksotik di negeri ini yang kamui kunjungi. Biar virus traveling around Indonesia bergema ke negeri manca dan membuat turis-turis berdatangan ke Indonesia.
Pariwisata sudah terbukti bisa menjadi tulang punggung perekonomian suatu bangsa jika dikelola dengan profesional. Ayo majukan pariwisata Indonesia.
Salah satunya adalah sektor pariwisata global yang bernilai ribuan miliar US dollar. Kok bisa?
Jejaring Sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, Pinterest, ataupun Foursquare menyediakan layanan berbagi foto ataupun lokasi. Mulai dari ABG sampai dengan orang tua yang sudah pensiun (contohnya ibuku) banyak yang keranjingan upload foto di jejaring sosial. Hasrat untuk tetap eksis dan keren menjadi salah satu pemicunya.
Dengan upload foto di jejaring sosial maka semua teman dalam jejaring sosial kita akan tahu kita sedang apa atau dimana. Misalkan kita sedang berlibur ke luar negeri, kita mengabadikan momen dengan berfoto di sesuatu yang ikonik di negeri tersebut biasanya kita punya hasrat untuk segera pamer kepada teman-teman kalau kita sedang di luar negeri dengan menguploadnya melalui jejaring sosial.
Keinginan untuk tetap eksis di kalangan teman sejawat plus tiket penerbangan yang semakin murah ke luar negeri menjadikan kegiatan untuk upload foto di jejaring sosial semakin menggila.
Apalagi sekarang ada aplikasi semacam Instagram yang bisa membuat foto semakin terlihat dramatis. Pemandangan yang biasa saja bisa seolah menjadi spektakuler dengan filter yang disediakan instagram. Pantas saja aplikasi yang semula eksklusif untuk pengguna iPhone ini dibeli mahal oleh Facebook sekitar 1 milyar US dollar, karena kepopulerannya diranah foto sharing.
Adanya aplikasi berbasis lokasi yaitu Foursquare juga mendorong penggunanya untuk 'check in' dimana mereka sedang berada sekaligus bisa upload foto juga dan sharing ke twitter ataupun tumblr. Para pengguna foursquare cenderung lebih bersemangat check in jika sedang di tempat wisata atau tempat yang populer. Dengan check in maka teman kita pasti akan tahu dimana kita berada. Apalagi kalau sedang berwisata di luar negeri atau tempat-tempat eksotik di dalam negeri semacam Wakatobi, Raja Ampat, Bunaken ataupun Komodo, pasti akan membuat semakin bangga dan secara naluriah ingin pamer kepada temannya' "Nih Gue sudah sampai ke tempat ini nih....!"
Keberadaan aplikasi jejaring sosial terutama yang berbasis foto sharing ataupun location sharing membuat semakin mudah budaya 'pamer' merajalela yang notabene merupakan naluri alamiah seorang manusia. Pamer di media sosial sungguh luar biasa efeknya. Pasti timbul kecemburuan ataupun keinginan untuk bersaing "Temen gue sudah melancong ke berbagai negara, masak gue belum, gue juga bisa dan pasti akan lebih eksis daripada dia!".
Pemikiran yang demikian tentunya tidak sepenuhnya salah, malah di sisi lain bisa membuat geliat dunia pariwisata menjadi lebih bergairah daripada dekade-dekade sebelumnya. Secara tidak langsung, dunia pariwisata sangat diuntungkan dengan media sosial berbasis foto yang sedang marak saat ini. Masyarakat terutama kalangan muda yang belum berkeluarga namun sudah punya penghasilan yang lumayan, biasanya akan menyisihkan penghasilannya relatif besar untuk kegiatan turisme.
Teman-teman sekarang jika berwisata lebih sering ke luar negeri walaupun masih di sekitaran Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan India. Tak lupa pasti mereka langsung update status dan foto di media sosial dan tak ayal mereka menjadi promosi gratis bagi objek-objek wisata di luar negeri. Coba bandingkan dengan 10 tahun yang lalu masih jarang kalangan menengah bawah yang berwisata ke luar negeri, bahkan untuk bermimpi pun tidak berani. Namun sekarang plesiran ke luar negeri malah seringkali lebih murah daripada berkunjung ke Jogja atau Bali. Banyak promo misalkan Air Asia menawarkan tiket cuma 200 ribu rupiah ke Singapore ataupun ke Kuala Lumpur, bahkan memberikan tiket gratis untuk berangkat dan cuma bayar untuk pulangnya saja, semakin membuat orang Indonesia berbondong-bondong kesana, biar dicap "nih gue pernah ke luar negeri".
Dalam hal pariwisata, kita jangan mau kalah dengan Negeri jiran. Sebagai anak muda yang gemar traveling, ayo jelajahi negerimu dulu, upload ke media sosial tempat-tempat eksotik di negeri ini yang kamui kunjungi. Biar virus traveling around Indonesia bergema ke negeri manca dan membuat turis-turis berdatangan ke Indonesia.
Pariwisata sudah terbukti bisa menjadi tulang punggung perekonomian suatu bangsa jika dikelola dengan profesional. Ayo majukan pariwisata Indonesia.
No comments:
Post a Comment