Intisari Edisi Juni 2013 (dok. pribadi) |
Intisari memang bikin ngangenin. Majalah kecil seukuran buku agenda yang usianya jauh lebih tua dariku. Hampir 50 tahun! Jarang-jarang ada majalah yang tetap eksis sampai hampir setengah abad. Perayaan 50 tahun Intisari akan jatuh pada tanggal 17 Agustus 2013, bertepatan peringatan 68 tahun Indonesia merdeka.
Intisari yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia Group bahkan lebih tua umurnya daripada harian terbesar di Indonesia, KOMPAS!
Bentuknya yang kompak sehingga mudah dibawa kemana-mana plus isinya yang ringan, berkualitas dan tidak membosankan, pantas jika majalah kecil ini dinamakan INTISARI. Dalam era digital ini, dimana koran-koran dan majalah berlomba membuat versi online, intisari tetap konsisten dengan format majalah kecilnya, meskipun intisari sendiri mempunyai website, namun keberadaannya kuanggap hanya sebagai promosi/daya tarik agar pembaca yang tertarik dengan artikel online-nya bisa membaca versi lengkap dan detailnya di versi cetaknya.
Sebenarnya aku sudah cukup lama tidak rutin membeli majalah intisari karena harganya yang dulu sempat mencapai 25 ribuan di pertengahan tahun 2000-an, karena waktu itu aku termasuk costumer tipe price sensitive yang sangat keberatan jika harga majalah intisari naik signifikan, padahal saat itu aku belum punya pendapatan sendiri, melainkan masih 'nodong' orang tua.
Kemarin hari minggu saat aku mau kembali ke Balikpapan melalui Bandara Juanda Surabaya, tiba-tiba terbesit di benakku untuk membeli majalah intisari buat membunuh waktu luang saat menunggu boarding ataupun saat suntuk berada dalam pesawat. Bentuknya yang mungil membuatku cukup nyaman mententeng dan membacanya di kabin pesawat.
Rubrik dan ulasan di Intisari termasuk lengkap. Banyak hal-hal yang dekat dengan kita luput dari pengamatan, namun intisari menyajikan hal-hal yang sering kita abaikan dengan detail yang bagus dengan gaya bahasa yang menarik dan simpel.
Aku membeli Intisari di kios koran dan majalah eceran di dekat gerai ATM Bandara Juanda seharga 22 ribu. Padahal harga yang tertera di majalah cuma 20rb untuk Pulau Jawa dan 21rb untuk Luar Jawa. Namun tak menjadi soal, aku juga memaklumi karena mereka harus membayar sewa tempat berjualan yang tidak sedikit kepada pihak Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Juanda Surabaya.
Sambil beristirahat di Blue Sky Lounge, kubaca sekilas artikel-artikel yang ada di dalamnya. Ternyata isinya menarik-menarik dan membuatku tak sabar untuk segera melahapnya. Saat di pesawat, tibalah waktu untuk membaca penuh artikel-artikel di dalam Intisari. Waktu 1 jam 10 menit yang merupakan standar lama penerbangan Jurusan Surabaya-Balikpapan yang biasanya sangat membosankan karena susah tidur ataupun mati gaya, saat penerbangan kemarin kumerasakan hal yang berbeda jauh.
Aku merasakan enjoy saat penerbangan dan waktu terasa cepat berlalu. Namun keasikanku membaca sempat terganggu dengan cuaca yang kala itu kurang bersahabat sehingga goncangan di pesawat terasa kencang. guncangan itu berlangsung kurang lebih sekitar 30 menit dan ternyata saat kutengok jam tanganku, seharusnya pesawat sudah mendarat namun belum juga ada tanda-tanda mendarat. Aku semakin gelisah dan berpikir yang tidak-tidak tentang risiko terburuk. Otomatis dalam suasana seperti itu aku tidak bisa konsentrasi untuk membaca meski bacaan ringan sekalipun.
Intisari dikenal sebagai majalah pengetahuan populer yang simpel namun tetap mengedepankan kualitas. Banyak penggemar setianya yang telah menjadi saksi perjalanan naik turunnya pamor Intisari. Intisari semoga semakin lebih berkualitas dan menarik dari bulan ke bulan selanjutnya.
Intisari yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia Group bahkan lebih tua umurnya daripada harian terbesar di Indonesia, KOMPAS!
Bentuknya yang kompak sehingga mudah dibawa kemana-mana plus isinya yang ringan, berkualitas dan tidak membosankan, pantas jika majalah kecil ini dinamakan INTISARI. Dalam era digital ini, dimana koran-koran dan majalah berlomba membuat versi online, intisari tetap konsisten dengan format majalah kecilnya, meskipun intisari sendiri mempunyai website, namun keberadaannya kuanggap hanya sebagai promosi/daya tarik agar pembaca yang tertarik dengan artikel online-nya bisa membaca versi lengkap dan detailnya di versi cetaknya.
Sebenarnya aku sudah cukup lama tidak rutin membeli majalah intisari karena harganya yang dulu sempat mencapai 25 ribuan di pertengahan tahun 2000-an, karena waktu itu aku termasuk costumer tipe price sensitive yang sangat keberatan jika harga majalah intisari naik signifikan, padahal saat itu aku belum punya pendapatan sendiri, melainkan masih 'nodong' orang tua.
Kemarin hari minggu saat aku mau kembali ke Balikpapan melalui Bandara Juanda Surabaya, tiba-tiba terbesit di benakku untuk membeli majalah intisari buat membunuh waktu luang saat menunggu boarding ataupun saat suntuk berada dalam pesawat. Bentuknya yang mungil membuatku cukup nyaman mententeng dan membacanya di kabin pesawat.
Rubrik dan ulasan di Intisari termasuk lengkap. Banyak hal-hal yang dekat dengan kita luput dari pengamatan, namun intisari menyajikan hal-hal yang sering kita abaikan dengan detail yang bagus dengan gaya bahasa yang menarik dan simpel.
Aku membeli Intisari di kios koran dan majalah eceran di dekat gerai ATM Bandara Juanda seharga 22 ribu. Padahal harga yang tertera di majalah cuma 20rb untuk Pulau Jawa dan 21rb untuk Luar Jawa. Namun tak menjadi soal, aku juga memaklumi karena mereka harus membayar sewa tempat berjualan yang tidak sedikit kepada pihak Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Juanda Surabaya.
Sambil beristirahat di Blue Sky Lounge, kubaca sekilas artikel-artikel yang ada di dalamnya. Ternyata isinya menarik-menarik dan membuatku tak sabar untuk segera melahapnya. Saat di pesawat, tibalah waktu untuk membaca penuh artikel-artikel di dalam Intisari. Waktu 1 jam 10 menit yang merupakan standar lama penerbangan Jurusan Surabaya-Balikpapan yang biasanya sangat membosankan karena susah tidur ataupun mati gaya, saat penerbangan kemarin kumerasakan hal yang berbeda jauh.
Aku merasakan enjoy saat penerbangan dan waktu terasa cepat berlalu. Namun keasikanku membaca sempat terganggu dengan cuaca yang kala itu kurang bersahabat sehingga goncangan di pesawat terasa kencang. guncangan itu berlangsung kurang lebih sekitar 30 menit dan ternyata saat kutengok jam tanganku, seharusnya pesawat sudah mendarat namun belum juga ada tanda-tanda mendarat. Aku semakin gelisah dan berpikir yang tidak-tidak tentang risiko terburuk. Otomatis dalam suasana seperti itu aku tidak bisa konsentrasi untuk membaca meski bacaan ringan sekalipun.
Intisari dikenal sebagai majalah pengetahuan populer yang simpel namun tetap mengedepankan kualitas. Banyak penggemar setianya yang telah menjadi saksi perjalanan naik turunnya pamor Intisari. Intisari semoga semakin lebih berkualitas dan menarik dari bulan ke bulan selanjutnya.
Selamat sore Bapak Sony, apakah Anda memiliki koleksi majalah Intisari pada tahun 2011 dan 2012. Saya membutuhkannya untuk tugas akhir kuliah saya.
ReplyDeleteMohon hubungi saya lewat email saya di ivena_margareta@yahoo.com.
Terima kasih banyak.
Selamat siang Mbak Ivena,
DeleteTahun 2011 dan 2012 saya sepertinya jarang membeli intisari, baru-baru ini saja saya berlangganan kembali. Saya hanya bisa menyarankan Mbak untuk mengunjungi Kantor Layanan Pelanggan Majalah Kompas Gramedia Group di Jalan Palmerah Selatan kalau gk salah (satu lingkungan sama percetakannya). dulu soalnya saya sering berkunjung kesana dan membeli edisi-edisi lawas majalah terbitan grup Kompas Gramedia. Di Jogja pun dulu saya sering berkunjung di kantor kompas untuk mencari (membeli) majalah National Geographic edisi tahun-tahun sebelumnya tentunya dengan harga yang jauh lebih murah tapi masih kondisi baru.
Kalau tidak ada coba dicari di toko buku bekas yang sering menjual majalah-majalah bekas juga.
Terima kasih.