Pages

Saturday, June 22, 2013

Untung Ada Whatsapp

Screenshot aplikasi WA di appstore (dok. pribadi)
Jauh sebelum kenal whatsapp, saat sedang mocer-moncernya smartphone nokia di pertengahan dekade 2000-an, aku menggunakan nimbuzz, ebuddy, ataupun im+ buat sekedar chatting YM ataupun Gtalk. Di era itu BBM-nya si 'Berry Hitam' belum ada, jadi untuk bisa berchating ria di smartphone kita harus mengunduh ebuddy dkk. 

Akhir dekade 2000-an BBM mulai merajalela di Indonesia. Dengan semakin murahnya handset Blackberry dan berbagai macam pilihan paket Blackberry internet service, tak ayal membuat BBM semakin moncer. Di tengah kedigdayaan BBM sebagai platform chatting yang membuat candu bagi anak muda Indonesia sampai dengan para birokrat, munculah platform chating alternatif yaitu Whatsapp.

Whatsapp semula ditujukan bagi pengguna iphone, namun sekarang sudah tersedia di platform lain seperti android, symbian, blackberry, dan windows phone. Di App store apple, aplikasi ini dibanderol sebesar US$ 0,99 atau sekitar Rp10.000,-. Namun, untungnya dulu saat ada promo download gratis di app store, aku segera mendownloadnya, he he......

Semula aku nggak ngeh, apa sih whatsapp itu. aku pikir semacam aplikasi chating biasa kayak ebuddy cs., ternyata bukan! Whatsapp sering dijuluki BBM killer, karena fiturnya yang mirip hanya saja jika BBM hanya bisa digunakan antar sesama BB user, sedangkan whatsapp bisa lintas platform OS. Beda dengan BB yang menggunakan PIN untuk identitas penggunanya, whatsapp menggunakan nomor telepon sebagai basis identitas penggunanya. Whatsapp akan otomatis mengenali nomor telepon di handphone kita yang sama-sama menggunakan whatsapp. Jadi kita tidak perlu meng-add semacam YM, Gtalk, ataupun Skype, melainkan whatsapp sudah otomatis melakukannya terhadap contact di HP kita.

Simpel dan Praktis, itulah whatsapp. Tak heran jika sampai saat ini Whatsapp mengklaim telah mempunyai lebih dari 250juta pengguna aktif. Wow! Fitur-fiturnya cukup lengkap mulai dari  berbagi text, video, audio/suara, nomor telpon, sampai lokasi kita berada. Nah fitur-fitur inilah yang membuat komunikasiku dengan istri dan anakku semakin terasa dekat.

Mulai sejak sebelum nikah, aku yang menggunakan iphone dan istriku yang menggunakan nokia E71 sering berbagi foto, suara/ucapan, atau sekedar say hello berupa text, semuanya melalui whatsapp. Kami tidak perlu susah-susah attachment email, ataupun bermahal-mahal mengirim MMS, cukup dengan whatsapp semua teratasi dengan praktis dan murah. Apalagi saat ini setelah menikah dan mempunyai putra, kami semakin intens berkomunikasi melalui whatsapp. Fitur Video Sharing dari whatsapp lah yang sangat membantuku mengobati rasa kangen terhadap putraku. Perkembangannya dari lahir sampai dengan saat ini menjelang satu tahun usianya bisa kulihat melalui video yang dikirim oleh istriku. Bagaimana melihat putra kami mulai bicara, senyum, tertawa, mulai tengkurap, sampai jatuh bangun belajar berjalan membuatku sungguh bahagia, meski aku hanya rata-rata sebulan sekali bertemu dengannya. Setiap hari aku dikirimi video oleh istriku, kemudian video itu kuteruskan ke Ibuku di Pati melalui email. Jadilah, setiap hari yang sering menanyakan video putra kami ya kakek neneknya di Pati. "Piye Manggala, wis iso opo meneh, endi videone sing anyar?". Itulah pertanyaan sehari-hari yang ditanyakan kakek neneknya manggala di Pati jika menelponku. Jadilah kuteror istriku setiap hari untuk mengirim video terbaru Manggala, ha ha..... 

Ada peristiwa yang terlupakan olehku saat proses kelahiran Manggala. Saat itu aku baru saja landing di Juanda Surabaya, dan tidak sempat melihat langsung proses kelahiran Manggala di RSUD Tulungagung. Untungnya, tantenya Manggala yang menemani istriku menjalani proses persalinan selalu mengupdate berita terbaru mengenai istriku baik melalui foto maupun tulisan. Saat Manggala lahir, menangis, dan masih ada tali pusarnya di fotolah oleh tantenya dan dikirimkan melalui Whatsapp kepadaku. Sungguh bahagia dan terharunya saat itu, melihat putra mungilku yang sehat lahir ke dunia.

Whatsapp bukannya tidak punya pesaing. Banyak aplikasi baru yang menawarkan fitur serupa seperti Line, Kakao Talk, WeChat, dsb. Namun, setelah kucoba aplikasi-aplikasi itu, ternyata tidak sesimpel, sepraktis, dan se-real time Whatsapp. Jadilah aku tetap setia dengan Whatsapp sampai saat ini. Terima Kasih Whatsapp, engkau telah mendekatkan keluarga kami!

1 comment:

  1. setuju gan! whatsapp emang paling enak dan simpel.. gak berat jugaa hihi

    ReplyDelete