Milis google group warga perumahan kami sedang beberapa hari
ini sedang dihebohkan dengan kasus yang menimpa salah satu warga. Kasus yang
menghebohkan itu bertemakan kotoran manusia alias tinja, hiiii.......
Membaca pertama kali kasus yang diungkapkan salah satu warga
ini membuatku prihatin, namun juga diselingi rasa geli karena komentar-komentar
warga lain yang terlampau jujur mengenai topik spesial yang satu ini.
Sebut saja tetangga saya yang satu ini Mr. IT. Si Mr. IT ini
suatu hari dikejutkan dengan mampetnya saluran pembuangan di closet kamar mandi
rumahnya. Semula Mr. IT menduga karena mampet, maka dimintanya salah satu
tukang di kompleks perumahan untuk membereskannya. Tak dinyana, si tukang
mempunyai ide brilian untuk mengatasinya. Si Tukang menyarankan untuk
menyemprot lubang closet itu dengan air bertekanan tinggi. Alhasil si Mr. IT
sebagai empunya rumah menganggap ide itu cukup logis dan jitu. Maka
dieksekusilah ide 'brilian'dari si tukang.
Kejadian yang terjadi selanjutnya sungguh luar biasa. Air
bercampur kotoran muncrat kemana-mana. Air pun tidak terdengar mengalir ke bak
septictanc yang berada di depan rumah. Aku coba membayangkan betapa syoknya Mr.
IT melihat kondisi itu. Kecewa bercampur penasaran, Mr. IT bersama
tukang-tukang di perumahan mengecek saluran pembuangan yang mengarah ke
septictank. Ternyata hasilnya cukup mencengangkan! Tidak ada pipa paralon yang
menyalurkan kotoran dari closet ke septictank. "Jadi kemana larinya air
yang bercampur kotoran itu", pikir Mr. IT dengan lebih syok tentunya. Gila
mengapa developer sebesar ini kontrolnya sangat lemah, dan terkesan cuek
terhadap kualitas bangunan yang dibuatnya.
Para warga pun rame-rame menghujat developer di milis google
group. Ada yang turut prihatin, ada yang penuh semangat menuntut agar developer
mengecek semua saluran pembuangan ke septictank, karena dikhawatirkan kasus ini
juga akan menimpa warga yang lain, ada yang menghujat habis-habisan developer terlebih
letak pompa airnya ditaruh di belakang rumah dan berdampingan langsung dengan
rumah Mr. IT yang kemungkinan besar kotoran yang tidak mengalir ke septictank itu
mengalir ke sumurnya. Edyannnnn.....!
Aku juga kepengen menghujat habis-habisan developer yang
dari awal memang aku tidak sreg dengan cara maupun hasil dari bangunan yang
dihasilkannya. Dari awal pembangunan rumahku, aku selalu menyempatkan melihat
progress-nya setiap minggu. Banyak yang membuatku kurang sreg, mulai dari
pondasi, kualitas cor-coran untuk tulangan bangunan sampai dengan bak
septictank. Khusus untuk Bak septictank aku sangat kecewa dengan developer.
Bagaimana tidak, Bak septictank sedalam 2 meter yang terdiri dari 2 bis beton
kualitasnya sangat jelek. Bis beton septictank rumahku yang bagian atas
terpasang dalam kondisi retak-retak berat. Aku sudah komplain berkali-kali
untuk diganti, namun ternyata hanya ditambal campuran semen, dan mereka
terlihat buru-buru menutupnya dengan tutup beton yang kualitasnya juga patut
dipertanyakan. Aku tidak bisa berbuat banyak dengan ulah mereka saat itu,
karena tidak bisa mengawasi setiap hari proses pembangunan rumahku. Aku berharap
kotoran di septictank rumahku bisa kukontrol desecara mandiri agar tidak
mencemari air tanah. Rencananya aku secara berkala akan memberi cairan bakteri
pengurai tinja yang bisa mengurai dan menetralisir dampak dari bakteri Escherichia
coli yang dapat mencemari air tanah.
Banyak referensi di Indonesia yang menyarankan jarak minimal
antara septictank dengan sumur adalah 10 meter. Jarak sumurku sendiri jika
ditarik dengan garis lurus dengan septictank sekitar kurang lebih 10 m. Ternyata jarak 10
meter ini ada hitung-hitungannya bukan sekadar kepantasan saja. E.Coli bisa
bertahan hidup selama 3 hari, sedangkan kecepatan rata-rata aliran air tanah di
Pulau Jawa sekitar 3 m/hari, Jadi masa hidup E.Coli x kecepatan aliran air = 3
hari x 3m/hari = 9 meter. Sebagai tambahan pengaman maka ditambahkan 1 meter.
Jadi Totalnya 10 meter minimal jarak ideal antara Septictank dan Sumur.
Sebenarnya tidak masalah septictank dekat dengan sumur, asalkan bisa dipastikan
septictank-nya kedap air. Namun, sebagian besar septictank yang dibuat
rata-rata rumah di Indonesia masih memungkinkan untuk merembes, jadi jarak 10
meter itu harusnya menjadi patokan minimal dalam membangun sebuah rumah.
Kembali ke masalah si Mr. IT, akhirnya pihak developer mau
bertanggungjawab namun, MR. IT dan keluarganya tentunya harus diribetkan dengan
proses pembongkaran lantai dan pemasangan pipa pembuangan yang membuat tidak
nyaman di rumah selama beberapa hari. Namun, yang disesalkan kenapa hal sangat
vital itu sampai terlewatkan oleh developer yang sudah puluhan tahun membangun
perumahan. Sungguh terlalu!!!
parah mah kalau itu...
ReplyDeletemakasih banyak artikelnya gan
ReplyDeletesalam kenal gan
ReplyDelete