Menanam menurutku hobi yang mengasyikkan. Sejak kecil aku belajar menanam. Mulai dari menanam sayuran semacam bayam dan tomat, sampai dengan menanam pohon buah-buahan semacam nangka, jambu bol, nangka, sirsak, matoa, dan buah-buahan lainnya yang kutanam di sekitar pekarangan rumah.
Kecintaanku akan tanaman terutama pepohonan berkayu keras, membawaku untuk menuntut ilmu di Fakultas Kehutanan UGM. Saat aku ke hutan pun atau di lapangan seringkali aku mengumpulkan biji-bijian yang kemudian kusemaikan dan kutanam. Sebagai 'korbanya' adalah pekarangan kosku di daerah Pringgolayan Jogja, di rumah Bapak Tresno Utomo tepatnya kutanami berbagai jenis tanaman dari tanaman hias, buah-buahan sampai tanaman keras yang parahnya semua itu semula kutanam di polybag dan tidak kutanam di dalam tanah melainkan hanya kuletakkan di atas pekarangan yang semuanya di paving. Jadilah akar-akar tanaman yang semula di polybag menerobos sela-sela paving untuk menembus tanah. Akhirnya tanaman-tanaman di polybag semakin besar dan rimbun, bahkan tanaman pepaya emas-ku sampai berbuah lebat.
Pekarangan rumah eyangku di Bantul pun tak bisa terhindar dari jamahan tanganku. Tangan ini serasa gatal jika melihat ada sisa tanah di pekarangan yang kosong tak tertutup vegetasi. Matoa salah satu tanaman yang kutanam di pekarangan eyangku kini sudah berbuah.
Hobi menanamku berlanjut saat aku pindah ke Jakarta. Kantorku di Bintaro kutanami berbagai buah-buahan dari kelengkeng, kurma, matoa (ketiganya sudah RIP), jambu jamaika, jambu air, sawo, kepel, rambutan bijai, rambutan rapiah, dan rambutan parakan.
Rumahku di kawasan Tangsel juga kutanami berbagai jenis tanaman mulai dari kelengkeng, durian petruk dan montong (ketiganya sudah RIP), belimbing wuluh, jambu air kecil, jeruk bali, jambu air besar, mangga, kurma, rambutan rapiah, jeruk nipis, sirsak, jambu biji, sampai pisang cavendish dan bambu Jepang serta empon-empon memenuhi setiap sudut halaman rumahku yang sempit itu.
Mutasi ke Balikpapan pun tak menyurutkan hobiku untuk menanam pohon. Pagi tadi aku hunting bibit tanaman bersama temanku ke wilayah Jalan Senayan, Karangrejo Balikpapan untuk mencari bibit buah-buahan. Sampailah kami ke kebun persemaian kepunyaan Pak Achmad yang memajang berbagai jenis tanaman buah-buahan.
Kami sempat diajak Pak Achmad melihat koleksi tanamannya di rumahnya yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari kebunnya. Banyak tanaman langka dan aneh-aneh yang baru kulihat saat itu. Ada serikaya gundul berwarna merah, apel india, anggur brazil, dan sejumlah tanaman buah langka lainnya.
Semula aku ingin mencari bibit duku, namun karena stoknya kosong aku akhirnya membeli bibit kelengkeng (aku lupa jenisnya) seringgi 1,5 m seharga 100rb dengan bonus bibit matoa (jenis kelapa) yang biasanya dibanderol 15rb rupiah. Beliau awalnya menawarkanku bibit matoa, namun karena aku sudah terbiasa membudidayakan matoa di kampungku, aku tidak begitu tertarik, namun kalau dikasih sebagai bonus aku tidak menolaknya, he he....
Sore ini akhirnya kutanam Matoa di tepi lapangan di depan kantor karena matoa memang butuh intensitas cahaya yang relatif tinggi. Sedangkan si kelengkeng kutanam di samping kantor, yang lokasinya tidak banyak dilalui orang dengan harapan pertumbuhannya tidak terganggu dengan tangan-tangan jahil.
Tadi juga kusempatkan untuk membeli benih kangkung dan sawi beserta pupuk organik yang rencananya kutanam besok minggu di polybag yang sudah kubeli di toko yang sama dua bulan yang lalu.
Harapanku di sini adalah kuingin menumbuhkan rasa cinta akan tanaman dan menjadikan hobi menanam sebagai gaya hidup setidaknya bagi teman-teman kantorku. Aku juga ingin kantorku dipenuhi dengan tanaman buah-buahan yang selain rindang juga memberikan hasil berupa buah yang bisa dinikmati semua pegawai.
Tantangan hobi menanam di Balikpapan adalah jenis tanahnya yang miskin hara yaitu tanah podzol (kuning) yang miskin hara. Perlu ekstra perhatian untuk memelihara tanaman di sini, berbeda dengan di Jawa yang tidak dipupuk pun sudah tumbuh subur. Yang menguntungkan di sini adalah melimpahnya sinar matahari dan hujan yang turun sepanjang tahun, sehingga tidak terlalu khawatir kekeringan dan tidak direpotkan dengan ritual penyiraman, karena sudah disirami oleh alam, kecuali tidak turun hujan selama 3 hari lebih, tetap harus disiram.
Ayo galakkan hobi menanam sejak dini!
No comments:
Post a Comment