Memancing saat hujan (dok. pribadi) |
Jujur, aku agak jijik dengan ikan, padahal kalau sudah jadi ikan bakar aku pun tak sungkan melahapnya dengan penuh nafsu. Khas bau ikan yang amis, membuatku gk pernah tertarik dengan hal-hal yang berbau ikan hidup apalagi aktivitas memancing.
Pengalaman pertamaku dimulai dari rumah Pak Parjo di Kompleks Graha Indah. Kami berdelapan saat itu, membawa 6 buah pancing dan umpan berupa pelet ikan yang sudah diuleni dengan campuran roti tawar menjadi seperti adonan roti. Kami pun berjalan kira-kira 300 meter menuju lokasi pemancingan di tepi hutan bakau yang nampak masih terjaga keasriannya. Kami melewati beberapa kolam pemancingan, namun pemancingan yang kami tuju adalah tambak bandeng karena memancing bandeng lebih ada sensasi tarikannya. Kegesitan si bandeng mengoyak umpan perlu skill 'khusus' untuk mampu memancingnya meski di tambak sekalipun.
Ini kali pertama aku memancing. Kegiatan yang belum pernah kulakukan sampai usiaku yang hampir kepala 3 ini. Aku diajari oleh teman seniorku bagaimana cara menggunakan pancing, bagaimana cara mengendorkan atau mengunci katrol pancing, melempar kail, sampai dengan menggulung tali pancing. Langsung kucoba untuk memancing, hasilnya satu jam pertama hasilnya nihil. Aku pun beristirahat sambil melihat teman-temanku yang nampaknya sudah mahir mendapatkan ikan satu per satu.
Satu per satu temanku mulai mendapatkan ikan, aku sendiri yang dari tadi hanya memberi support mereka belum dapat seekor pun. Aku pun mulai mencoba lagi karena terpacu oleh teman-temanku yang terlebih dahulu berhasil. Akhirnya sampai sekitar pukul 1 siang aku berhasil mendapatkan 4 ekor bandeng (harusnya bisa dapat 6 bahkan lebih jika ikannya tidak lepas saat ditarik).
Puas rasanya, di saat pertama kali mencoba memancing langsung dapat ikan. Aku mulai merasa enjoy dan lebih percaya diri akan mendapat lebih, saat berhasil untuk pertama kalinya menjerat mulut bandeng di mata kailku.
Pukul 13.30 WITA kami sudahi berburu bandeng. Kami total berdelapan mendapatkan 6 kg bandeng dan 7 ons nila dan ditebus sebesar 200ribu rupiah. Ikan-ikan 'malang' itu pun kami bawa pulang untuk dibakar rame-rame.
Akhirnya sekitar pukul 4 sore semua ikan selesai dibakar. Kami pun pesta ikan bakar yang terasa segar dan nikmat karena hasil tangkapan sendiri plus dimasak sendiri. Namun efeknya badan ini bau asap dan aroma amis di tangan serasa belum hilang sampai 2 hari berikutnya.
Ternyata mancing gk serumit yang kukira. Hanya perlu mengasah feeling saat umpan mulai dimakan dan ditarik oleh ikan. Asik juga ya mancing....... (asal gk mancing kerusuhan saja)
Asyiknya mancing rame-rame(dok. pribadi) |
bole tahu gak ini lokasi pas nya dimana ya ? masuk ke perumahan graha indah nya kah bro ? ada nama pemancingannya gak ? tks alot
ReplyDeleteiya memang masuk perumahan graha indah, nanti nanya saja orang kawasan situ biasanya tahu lokasinya. Lokasinya di ujung perumahan, dekat mangrove. Seingat saya nggak ada papan nama pemancingan, disitu ada beberapa tambak yang memang disediakan untuk memancing.
Deletekemarin saya udah kesana mas, cuma gak ada ikan bandeng lho mas, hehe sepertinya salah masuk pemancingan... ditempatnya pak parjo gitu ya mas namanya ? soalnya sabtu ini pengen kesana lagi, cm pengen ganti, soalnya yg kmrn bau lumpur... kemarin itu kalo ga salah yg punya Pak Haji gitu, ... kalau liat dari fotonya sih kayaknya beda mas hehe... cma mirip pohon kelapanya aja...
ReplyDeleteKalau Pak Parjo itu teman saya yang domisilinya di Graha. Seingat saja lokasi pemancingannya masuk ke dalam, paling tidak jalan kaki 300 m dari jalan perumahan, di belakang pemancingan-pemancingan yang di depan. Mungkin bisa dicoba-coba menyusuri jalan setapak ke arah belakang. Namun memang yang tambak bandeng itu kadang kala saat-saat tertentu tidak sedang dibuka sebagai pemancingan ( mungkin saat bandengnya masih kecil2)
Delete