Lebaran tahun ini aku tidak ambil cuti tahunan, karena cuti bersama selama 3 hari plus libur lebaran 2 hari sudah menggenapkan menjadi 9 hari libur yang kuanggap cukup untuk mudik lebaran tahun ini.
Jumat, 2 Agustus 2013
Pukul 16.30 WITA aku langsung fingerprint absensi, dan diantar ke bandara oleh teman kantor. Aku menggunakan Garuda Indonesia yang menggunakan pesawat Bombardier CRJ1000 dengan jadwal take off pukul 17.25 WITA. Hanya 10 menit dari kantorku di kawasan MT Haryono Dalam Balikpapan menuju Bandara Sepinggan. Sebelum boarding kusempatkan beli 2 bungkus Roti O untuk tambahan berbuka di pesawat meskipun nantinya di dalam pesawat juga dapat snack.
Sekira pukul 18.00 WIB pesawat landing di bandara Juanda Surabaya. Langsung kulanjutkan dengan naik Bus DAMRI menuju Terminal Purabaya di Bungurasih Surabaya. Sialnya aku tidak kebagian tempat duduk jadinya berdiri sampai terminal, untungnya hanya sekitar 30 menitan saja.
Sesampainya di Terminal aku langsung mencari Bus Patas Harapan Jaya jurusan Surabaya-Tulungagung, untungnya masih ada tempat duduk tersisa. Lega rasanya tidak berebutan naik bus seperti Idul Adha tahun lalu.
Sekitar pukul 23.00 WIB aku sudah sampai di Tulungagung dan disambut istriku tercinta. Sedangkan anakku tentunya jam segitu sudah tidur pulas. Indomie rebus plus sayuran buatan istri cukup mengenyangkan perut yang sepanjang perjalanan hanya dipenuhi roti dan minuman.
Sabtu, 3 Agustus 2013
Pagi-pagi kuantar istri ke tempat kerjanya di Puskesmas Sembung, Tulungagung. Setelah usai memeriksa pasien-pasiennya, kami pun berkeliling kota untuk membeli baju-baju dan sandal cit- cit buat Manggala. Sore harinya kami ke Sate Kambing "Moro Lego" langganan kami untuk berbuka puasa.
Minggu, 4 Agustus 2013
Puas bermain-main dengan Manggala seharian, malam harinya kami sekeluarga besar menjenguk kerabat yang melahirkan di RSUD Tulungagung, dan diakhiri makan mie godog di pinggir jalan.
Senin, 5 Agustus
Kami bertiga plus adik iparku berangkat naik mobil untuk mudik ke Pati, tempat tinggal orang tuaku. Perjalanan kami tempuh selama kurang lebih 6,5 jam. Seperti tidak terasa saat mudik, karena jalanan lengang dan lancar. Kami melalui rute Tulungagung - Kediri - Nganjuk - Caruban - Ngawi - Cepu - Blora - Rembang - Pati. Sepanjang jalan Ngawi - Cepu banyak jalan yang dilebarkan dan dibeton, namun belum selesai 100%. Jalanan rusak semakin sedikit, hanya beberapa ruas antara Cepu-Blora dan Blora - Rembang. Memasuki Pantura Rembang-Pati yang tahun-tahun kemarin terkenal macet parah karena proses pembetonan danpelebaran jalan, sekarang kondisinya mulus, lebar dan lancar.
Sepanjang perjalanan Manggala tidur nyenyak beberapa kali dalam tempo yang relatif lama. Dia memang senang jika naik mobil, semakin keras goncangannya semakin nyenyak tidurnya. Sesekali dia rewel ingin duduk di kursi kemudi. Sesampainya di Pati Kakek Nenek-nya pun menyambutnya dengan suka cita.
Selasa, 6 Agustus 2013
Kami berwisata menuju kawasan Colo, di Lereng Gunung Muria. Perjalanan kami putuskan melalui kota Kudus karena akses jalannya yang lebih bagus dan tidak terlalu curam. Saat menuju kota Kudus, kami sempatkan mampir ke Kios oleh-oleh Kacang Dua Kelinci di Jalan Raya Pati - Kudus. Ternyata tidak hanya sekedar kios oleh-oleh, Kacang Dua Kelinci membuka rest area bagi para pemudik di lingkungan pabriknya yang asri dan tertata rapi dengan berbagai fasilitas. Ada pijat gratis, ada potong rambut gratis, bahkan yang berani dipotong gundul akan mendapat bingkisan produk Dua Kelinci senilai 120 ribu rupiah. Ada permainan bola sepak. Mushola dan toiletnya pun sangat bersih. Parkir yang luas dan rindang menambah kenyamanan pengunjung.
Manggala sempat duduk di kursi pijat, dan dia merasa nyaman dan betah di situ. Tak lupa kami berfoto-foto dengan patung kelinci yang ada di taman-taman sekitar pabrik. Istri dan Ibuku juga menyempatkan diri untuk potong rambut mumpung gratis. Aku sempat mencoba kursi pijatnya, ternyata enak juga, ha ha.....
Usai berbelanja produk-produk dua kelinci, kami pun melanjutkan perjalanan ke Gunung Muria. Gunung Muria terkenal dengan wisata religi, yaitu adanya Makam Sunan Muria, salah satu anggota Wali Songo yang terkenal sebagai penyebar Islam di Pulau Jawa. Selain wisat religi, Gunung Muria juga menyimpan banyak potensi wisata alam, diantaranya Air Terjun Monthel, Air Tiga Rasa, Area Perkebunan Kopi, dan Hutan Alam yang masih asri.
Sesampainya di kawasan Wisata Gunung Muria, terlihat sangat sepi sekali. Warung-warung penjual makanan dan cenderamata semuanya tutup. Di kawasan ini biasanya banyak bertebaran penjual uwi, gembili dan umbia-umbian lainnya, namun saat itu tidak terlihat satu pun penjual, mungkin karena masih bulan puasa. Tujuan kami ke Muria bukan untuk berziarah ke Makam SUnan Muria melainkan hanya untuk melihat air terjun Monthel. Para pengemudi ojek pun segera mendekati kami menawarkan jasa ojeknya. Kami menyewa 3 ojek untuk menuju air terjun dengan tarif Rp8000,- per orang. Ibu tidak ikut dan hanya memilih beristirahat di gedung pelatihan tempat dimana mobil kami parkir karena beliau tidak kuat jika harus jalan menuruni tebing menuju air terjun mengingat kondisi kaki beliau setelah kecelakaan 2 tahun silam.
Ojek tidak bisa turun sampai di tepi air terjun. Kami masih harus menuruni anak tangga sekitar 150 meter. Udara sejuk langsung menyergap dan sayu-sayu terdengar gemericik air terjun. Sekitar 10 menit berjalan kaki menuruni anak tangga yang sudah dilapisi batu-batu kerikil yang tertata rapi.
Sesampainya di air terjun, kami langsung melepaskan alas kaki dan duduk-duduk di batu kali yang diatas sungai jernih yang dialiri air dari air terjun Monthel. AIr yang begitu dingin dan sejuk membuat manggala sangat senang. Dia bermain air sambil sesekali memasukkan air ke mulutnya untuk diminum.
Puas bermain air dan berfoto di air terjun, kami pun kembali ke parkiran mobil dengan ojek juga. Namun ojek yang datang menjemput kami kali ini cuma dua saja, satu motor bebek dan satu motor 'lanang'. istriku dengan manggala digendongnya naik motor bebek, sedangkan aku dan adik iparku berboncengan tiga naik motor 'lanang'. Agak serem juga naik ojek di sini karena jalanannya yang curam, tapi aku percaya mereka sudah handal mengemudikannya.
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju masjid menara kudus yang di dalam kompleksnya juga terdapat Makam Sunan Kudus. Letaknya memang tidak berada di barat Alun-alun melainkan di jalan sempit daerah Kauman. Kami sempat berputar-putar mencarinya dan bertanya kepada beberapa orang. Sayangnya saat kami kesana, Menara Kudus baru direnovasi sehingga kurang terlihat anggun untuk dinikmati dan menjadi objek foto.
Kami akhiri perjalanan wisata hari itu dengan membeli salah satu masakan khas kudus yaitu pindang kerbau di pujasera dekat alun-alun kudus untuk menu berbuka puasa sore harinya.
Rabu, 7 Agustus 2013
Siang harinya kami diajak Bapak untuk ke pasar burung membeli pakan burung. manggala sudah pasti kami ajak. Ternyata Manggala suka dengan burung parkit yang berwarna-warni, sehingga kami pun membeli sepasang parkit warna biru beserta sangkarnya seharga Rp160 ribu. Kami kemudian melanjutkan untuk berwisata ke Waduk Gunung Rowo di Lereng Muria Bagian Timur. Udara sejuk dan pemandangan air waduk yang melimpah dengan pepohonan ridang di tepiannya menjadikan kami betah berlama-lama menikmati pemandangan waduk dengan menghirup udara segar plus semilir angin berhembus. Di tepi waduk berjejer warung-warung makan yang sedang membakar ikan, yang tentunya menggoda nafsu kami yang kebetulan saat itu masih berpuasa. Tak disangka Bapak membeli setandan Kelapa Muda berisikan 20-an buah kelapa seharga Rp150rb. Kelapa muda yang dibeli ternyata kualitasnya bagus dengan airnya yang manis dan daging kelapanya yang pas (
klamut-klamut).
Sore Harinya, kami menuju Pujasera pati untuk berbuka puasa. Kami memesan Lontong Tahu Telur, Bakso Tangkar, Nasi Gandul, Soda Gembira. Tak disangka anakku si Manggala suka sekali minum Soda Gembira, padahal usianya baru 13 bulan. (bersambung.....)