Pages

Friday, February 14, 2014

Kritik itu Ancaman atau Anugerah ?

Rabu, 12 Februari 2014 kemarin terakhir aku mengajar mata kuliah Kapita Selekta Pengembangan Kepribadian Program Diploma I Sekolah Tinggi Akuntansi Negara di Balikpapan.

Tidak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, di akhir pertemuan itu aku mencoba mengajarkan kepada para mahasiswaku untuk belajar menjadi orang yang terbuka dalam hal ini terbuka terhadap kritik maupun saran dari orang lain, tidak menjadi orang yang resisten dan reaktif terhadap kritik.

Kucoba tekankan kepada mereka jika sebuah kritik itu bukan merupakan suatu ancaman, ejekan atau pandangan negatif orang terhadap kita. Namun sebaliknya dengan tetap positive thinking, kritik merupakan suatu bentuk kepedulian orang lain terhadap kita. Dengan adanya kritik kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan terus berupaya memperbaiki diri.

Kebanyakan orang menganggap kritikan adalah ancaman dan sulit untuk menerimanya. Mereka berpikir dengan dikritik, reputasi/citra meraka akan turun atau tercoreng dan kompetensi/kredibilitas mereka menjadi dipertanyakan. Tak jarang pula mereka menganggap orang yang mengkritiknya hanya orang yang sirik dan ingin menjatuhkannya. Pikiran-pikiran negatif itulah yang membuat kita resisten terhadap kritik.

Kadangkala kita tidak mampu melihat kekurangan kita sendiri. Tanpa kita sadari kita merasa nyaman dengan kondisi sekarang karena tanpa seorang pun mencela, mengkritik bahkan sekedar ngasih saran karena sungkan atau tidak berani dengan kita. Kondisi semacam 'comfort zone' itu bisa menjadi bumerang bagi kita, karena perubahan begitu dinamis di sekitar kita, sedangkan kita tetap pada kondisi kita sekarang ini yang merasa sudah paling baik, paling bagus, paling keren, paling pintar, ataupun paling berprestasi, dan tidak perlu melakukan perubahan dengan kenyamanan yang kita anggap seakan melekat seterusnya pada kita.

Seseorang paling mudah mengingat-ingat atau memperhatikan kekurangan orang lain, bukan kebaikan atau kelebihan orang lain. Sebaliknya kita sulit melihat atau menerima secara objektif kekurangan yang ada pada diri kita. Nah dengan prinsip seperti itu, sudah tentu kritik ataupun saran dari orang lain sangat kita perlukan untuk peningkatan kompetensi ataupun membentuk kepribadian kita yang lebih baik. Apalagi saran dan kritik itu dari teman kita atau orang dekat kita yang sering bergaul dengan kita, dengan catatan kritik dan saran itu harus jujur dan objektif.

Tidak semua orang senantiasa bisa menerima dengan legowo dan ikhlas sebuah kritik ataupun saran. Perlu proses untuk kita menjadi orang yang tidak resisten terhadap kritik. Sudah hal yang wajar jika kebanyakan orang lebih suka dipuji daripada dikritik.

Proses itu bisa dimulai dengan merubah pola pikir kita terhadap kritik itu sendiri bahwa kritik tidak berkonotasi negatif melainkan harus kita anggap sesuatu yang positif dan berguna untuk kita. Kemudian kita perlu melatih mental dan emosi dengan mencoba minta kritik dari teman atau orang lain secara jujur.

Nah untuk mengajarkan hal itu kepada para mahasiswa, aku mencoba mereka menuliskan kritik ataupun saran yang ditujukan kepadaku selaku dosen pengampu dan kepada teman sekelas yang memang ingin mereka kritik. Untuk teman yang mereka kritik aku minta mereka menuliskan nama teman mereka yang dikritik, tapa menuliskan nama mereka di lembar kertas kritik itu.

Nah, tibalah mereka mengumpulkan kritikan-kritikan tadi kepadaku. Untuk kritikan antar teman, kuserahkan kritikan kepada mahasiswa yang namanya tertera di kerta kritik. Hasilnya di luar dugaan, ada seorang siswa yang memperoleh kertas kritik signifikan banyaknya dibandingkan teman lainnya, adapula yang hanya dapat satu kritikan bahkan tidak sedikit pula yang tidak mendapat kritik.

Sebenarnya siswa yang mendapat kritik paling banyak itulah siswa yang paling beruntung? Mengapa demikian, karena selama ini teman-temannya memperhatikan tingkah lakunya dan peduli ingin siswa tersebut berubah menjadi lebih baik. Tentunya si penerima kritik paling banyak ini semakin banyak tahu akan kekurangannya dan berpotensi lebih besar untuk merubah berbagai sifat negatifnya. Semakin kita tahu dan sadar akan kekurangan kita, semakin besar peluang kita memperbaikinya, dan semakin terbuka lebar pula perubahan yang lebih baik pada diri kita dan tentunya kita semakin menjadi orang yang rendah hati. Tentunya semua itu bisa berjalan baik jika kita mau ikhlas dan senang hati menerima semua kritikan terhadap kita, tapi jangan sebaliknya kita malah terdemotivasi dan berprasangka buruk terhadap pengkritik kita.

Lebih baik banyak yang mengkritik kita daripada kita larut akan pujian-pujian yang bisa membuat kita terlena dan berakhir sebagai pecundang.

Membaca kritikan-kritikan dari anak didikku ternyata membuatku lebih melek akan kekuranganku selama ini yang seringkali tidak pernah terpikirkan atau kusadari sama sekali. Mulai dari potongan rambutku, bajuku yang kadangkala tampak lusuh/kurang rapi, ataupun dengan mimik mukaku yang kadang terlihat BeTe, padahal selama ini aku menganggap penampilanku selalu OK, fresh, penuh semangat dan ceria. Mungkin saja tanpa kusadari aku menunjukkan apa yang dikritikkan kepadaku tadi pada sejumlah pertemuan meskipun tidak pada semua pertemuan, namun kekuranganku itulah yang mudah melekat dalam ingatan mereka, karena kembali lagi pada dasarnya manusia memang lebih mudah mengingat kekurangan orang lain. Namun itulah anugrah dari Tuhan untuk jeli melihat kekurangan orang lain, agar kita bisa mengkritik dengan objektif dan pada akhirnya mampu memberikan perubahan ke arah yang lebih baik bagi orang yang kita kritik. Tentunya kritik perlu kita sampaikan secara santun dan seyogyanya dilakukan secara personal (bukan di depan umum).

Dalam kelas ini, aku juga belajar menjadi orang yang selalu terbuka terhadap kritik, karena sejak kecil aku terbiasa dengan pujian-pujian akan prestasiku dan tak terbiasa dikritik. Kini dengan kritikan, aku merasa mentalku semakin kuat, dan rasa percaya diriku semakin tinggi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Sebaik-baiknya orang, adalah orang yang keberadaannya bermanfaat bagi orang lain. Kita jangan sampai pandai mengkritik saja, namun tidak melakukan perubahan ke arah lebih baik untuk diri sendiri.

No comments:

Post a Comment