Mengakhiri tahun 2013, kami sekeluarga bersama mertua dan saudara melakukan perjalanan ke Pati, ke rumah ortuku. Sebenarnya, selepas dari Jakarta, aku saja yang berencana sendirian mudik ke Pati untuk mengurus SKCK buat kelengkapan pindah domisili ke Tulungagung. Namun, mertuaku ingin ikut sekalian silahturahmi ke besannya di Pati tentunya bersama Manggala dan Ibunya. Jadilah kami semobil berangkat dari Tulungagung sekitar pukul setengah 5 sore.
Hujan mengiringi keberangkatan kami sejak dari rumah di Tulungagung, kemudian di Trenggalek, sampai dengan Ponorogo. Kami sempat berhenti di Alun-alun Ponorogo untuk beli gorengan. Sesampainya di Madiun, suasana meriahnya tahun baru mulai terasa.
Tibalah kami di Ngawi sekitar pukul 9 malam, sempat salah arah mencari jurusan ke Cepu, lalu lalang sepeda motor anak-anak muda semakin ramai menyambut tahun baru. Sampai di Cepu kami mampir di warung kaki lima pinggir jalan untuk sekedar menikmati wedang kopi yang khas dari Cepu yang disebut Kopi Klotok. Setelah kuamati cara si penjual meraciknya ternyata kopi langsung dimasak bersama air mendidih di panci beserta gula pasirnya. Mungkin bunyi air mendidih 'klotok klotok' itulah yang melatarbelakangi penamaannya. Aku tidak minum kopi hanya mertuaku dan saudaraku yang pesan kopi klotok, aku sendiri hanya pesan es jeruk, karena perutku agak nggak kuat dengan asamnya kopi.
Puas beristirahat sambil ngopi, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Blora. Apes betul, ternyata kami sampai Blora tepat setelah pesta kembang api di Alun-alun Blora usai, jadinya kami terhambat oleh lautan manusia yang mengendarai motor keluar dari alun-alun. Macet sekitar setengah jam, baru kami bisa jalan. Untungnya masih ada orang-orang yang menyalakan kembang api yang menurutku cukup bagus juga, dan Manggala pun terbangun dan tampak senang melihatnya meskipun dia ngantuk banget.
Mobil kami pun bisa berjalan kembali, mutar2 kota Blora karena jalan-jalan yang ditutup arus lalu lintasnya. Aku mencoba pakai GPS di iphone-ku untuk mencari jalan menuju Rembang. Lolos dari jebakan 'Tahun Baru' di Blora, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Rembang. Kurang lebih satu jam kami melewati jalanan yang kondisinya bergelombang dan minim penerangan sepanjang hutan jati dan perkampungan yang kami lalui.
Lega rasanya akhirnya sampai Rembang, yang berarti jalan mulus lebar pantura Rembang-Pati akan menyambut kami. Sesampainya di Juwana, hujan deras menyambut kami dengan jalananan yang cukup lengang dini hari itu.
Akhirnya sekitar pukul 3 pagi kami pun sampai rumah orang tuaku di Pati, dengan hujan yang tetap mengguyur deras dini hari itu.
Keesokan harinya sekitar pukul 9 pagi, mertua, istri dan anakku serta saudaraku pamit pulang, padahal ayahku belum sempat menggendong dan belum puas bermain dengan cucu kesayangannya itu. Rencana semula sore hari baru balik Tulungagung, tapi karena mendadak saudaraku ada keperluan kantornya, maka dipercepat kepulangannya. Aku tetap tinggal di pati selama 3 hari untuk mengurus SKCK sebelum aku balik lagi ke Balikpapan.
Itulah pengalaman Malam Tahun Baru 2014 yang membuat capek dan kurang menggembirakan karena waktu kami yang habis di jalan dihajar macetnya lalu lintas Blora.
No comments:
Post a Comment