Sajian Ayam Kuah Pedas yang menggoda (dok. pribadi) |
Balikpapan merupakan kota heterogen yang dihuni oleh berbagai macam pendatang dengan yang anehnya malah mendominasi (kurang lebih 60%) penduduk Balikpapan. Pendatang dengan berbagai budayanya termasuk pula resep masakan daerah asalnya pun dengan mudah ditemui di kota ini.
Ayam Pedas salah satunya, yang kalau di Jawa Timur disebut Lodho. Masakan Ayam Kampung yang dipanggang kemudian disiram kuah bersantan pedas. Masakan Ayam Pedas yang paling terkenal di Balikpapan adalah Depot Bintang Mawar yang beralamat di Jl. MT Haryono Dalam, samping Balai Diklat Keuangan Balikpapan.
Sebelumnya aku kurang begitu suka dengan citarasa ayam Lodho ini yang pernah kunikmati di Tulungagung, Jawa Timur. Saat itu yang kumakan ayamnya agak keras dan rasanya menurutku biasa saja malah jujur lebih enak ingkung ayam kampung buatan Ibu di rumah. Sampai dengan saat aku bertugas di Balikpapan dan mencoba Masakan Ayam Kuah Pedas Depot Bintang Mawar di Kawasan Ring Road, Luar Biasa Rasanya, Bintang 5 dah...! Membuatku ketagihan...!
Rasanya memang uenakkk tenan, menurutku ini masakan ayam terenak yang pernah kumakan. Bahkan rasanya mengalahkan masakan serupa di tanah asalnya daerah Jawa Timur. Ini memang masakan bercita rasa tinggi sing ora eman bumbu, nyokot banget rasane.....!
Rasanya mirip opor ayam dengan rasa yang sangat pedas. Rasa pedasnya bukan berasal dari merica melainkan dari cabe rawit utuh yang jumlahnya sangat banyak. Ayam yang disajikan adalah ayam kampung. Ayamnya sebelumnya sudah diungkep, kemudian dipanggang (tidak kering ataupuin gosong), lalu terakhir disajikan di mangkuk besar dan disiram kuah. Didampingi dengan Nasi Putih hangat yang pulen dan lalapan daun singkong rebus dan potongan mentimun, membuat mulut ini tambah ngiler tak sabar melahapnya.
Depot Bintang Mawar hanya menyajikan 2 ukuran ayam, setengah dan utuh satu ekor. Harganya saat ini kalau belum berubah untuk yang setengah ekor Rp80.000,- (bisa untuk 2-3 orang), sedangkan yang utuh satu ekor berkisar antara Rp160.000 - Rp180.000 tergantung ukuran ayamnya. Harga itu belum termasuk nasi putih dan minuman.
Sejak pertengahan Mei kemarin Depot Bintang Mawar pindah lokasi ke Jl. MT Haryono Dalam RT 40 samping Balai Diklat Keuangan Balikpapan. Dibandingkan dengan lokasi lama, lokasi baru ini jauh lebih luas, meskipun begitu selalu terasa sempit karena saking banyaknya pengunjung. Jam Buka antara sekitar pukul 11.00 s.d. 16.00. Lebih dari jam 4 sore seringkali sudah habis ayamnya. Pelanggannya seperti tidak ada habis-habisnya apalagi saat jam makan siang, tempat duduk hampir selalu dipastikan penuh, dan badan jalan MT Haryono dalam di pinggir kanan kirinya dipenuhi mobil-mobil pelanggan yang sedikit banyak mengganggu lalu lintas di situ, karena Depot ini hanya dilengkapi lahan parkir yang relatif sempit yang hanya cocok untuk menampung sepeda motor dan 2 - 3 buah mobil saja.
Harga memang tidak pernah bohong. Ungkapan itu sekiranya cocok menggambarkan Masakan Ayam Pedaas Depot Bintang Mawar ini, karena memang harganya yang relatif mahal untuk masyarakat kebanyakan, namun sebanding dengan citarasa yang diberikan. Ono rego ono rupo. Harga memang relatif, dan harga segitu dirasakan tidak masalah bagi pecinta kuliner yang memburu citarasa sebuah masakan.
Bisa dimaklumi harganya yang relatif mahal. Harga ayam kampung jelas lebih mahal dibandingkan harga ayam potong, apalagi di Balikpapan yang jarang masyarakatnya memelihara ayam kampung. Praktis ayam kampung harus didatangkan dari luar kota yang jelas akan menambah ongkos produksi masakannya. Saya seringkali melihat pick up yang membawa puluhan ayam kampung yang memasok ke Depot Bintang Mawar. pikiranku saat itu "Setiap hari Depot ini membutuhkan puluhan ekor ayam kampung, bagaimana mereka dapat suplainya ya, kan sulit di Balikpapan cari ayam kampung, pastinya mereka telah bekerjasama dengan para tengkulak ayam kampung yang 'berburu' ayam kampung ke desa-desa sekitar di kabupaten tetangga, atau mungkin ayam-ayam itu didatangkan dari luar pulau Kalimatan? Siapa tahu, aku sendiri nggak pernah bertanya ke Bos Depot ini.
Alasan kedua mengapa harganya relatif mahal adalah karena Depot Bintang Mawar berani dengan BUMBU, ora eman bumbu. Rasa pedas dari cabe rawit utuh tentunya lebih mahal daripada jika cabenya itu dihaluskan ataupun menggunakan merica untuk rasa pedasnya. Namun, citarasa yang dihasilkan dari cabe rawit utuh itu luar biasa, kalau citarasa pedas itu dari merica pastinya kurang cocok menurutku. Kuah Santannya yang kental dan gurih plus pedas membangkitkan selera makan yang menggebu-gebu. Menurut saya pribadi, disamping ayam kampungnya yang gurih dan empuk, kuahnya ini yang menjadi kunci mantapnya masakan Depot ini. Sampai-sampai terpikir makan sama kuahnya pun saja kayaknya sudah puas sekali, ha ha.....
Setiap sore sekitar pukul 5, sepulang dari kantor aku sering lewat di Depot Bintang Mawar. Di situ sering terlihat aktivitas, mbubut bulu-bulu ayam (dengan mesin khusus bubut bulu ayam yang seperti di pasar-pasar), kemudian kegiatan mencongkel puluhan butir kelapa yang akan digunakan untuk membuat santan, selebihnya tentunya hanya bisa dilihat di dapurnya.
Bisnis rumah makan memang harus punya ciri khas tersendiri. Ayam Pedas Depot Bintang Mawar mempunyai ciri khas masakan yang cita rasanya luar biasa. Jadi meskipun mematok dengan harga relatif teinggi, tetap saja diburu para pencari goyang lidah yang senantiasa menjadi pelanggan setianya. Depot Bintang Mawar ini sebenarnya juga menyajikan Ayam Panggang Pedas, namun saya belum sempat mencobanya. Nanti saya review kalau sudah mencobanya, he he....
Baca juga: Kuliner Ayam Lodho Tulungagung