Pages

Tuesday, July 15, 2014

Kecanduan iPad

"Endi iPad-e.... endi iPad-e.....!", kata-kata yang seringkali diucap Manggala ketika berada di kamar akhir-akhir ini. "Nyetel utub..nyetel utub...!, rengek dia ke Ibunya. Maksudnya ngajak ibunya muter video streaming di youtube. "Lagi loading-lagi loading....!", kata lain yang sering diucapkan ketika proses buffering di youtube sedang berjalan ditandai dengan tanda semacam roda putih yang berputar sebelum video-nya muncul. "Ojo Na......!", teriaknya ketika tantenya (Bu Nana) yang ngusilin saat dia asik nonton youtube dengan iPad-nya.

Anakku, Manggala akhir-akhir ini mulai kecanduan nonton video streaming di Youtube dengan iPad Ibunya. Kebetulan di rumah Ibunya berlangganan Internet dari Telkom Speedy yang sekaligus dipasangi WiFi Router agar bisa diakses nirkabel melalui laptop ataupun perangkat mobile lainnya. Istriku langganan internet sebenarnya untuk keperluan prakteknya juga untuk update data ke BPJS yang harus melalui internet.

Nah kira-kira dua bulan yang lalu aku membelikan iPad Mini untuk istriku, Nining. Maksudku kala itu, karena dia perlu banget sebuah perangkat mobile yang praktis untuk update data ataupun untuk presentasi dan tentunya terhubung dengan internet. Nah, mau tak mau, disengaja ataupun tidak iPad itu mulai 'diakuisisi' Manggala. Bagaimana tidak, ketika di rumah dia selalu ingat dengan iPad dan nonton video-video streaming entah itu video Lokomotif Thomas dan telur-telurnya, video edukasi dari TuTiTu, Marsha & The Bear, Lagu Anak-anak, Permainan Lego, sampai dengan kesukaannya melihat video Traktor, Back Hoe, ataupun alat-alat berat lainnya.

Kegemarannya melihat video di iPad akhir-akhir ini semakin menjadi-jadi dan membuat tidurnya bertambah semakin malam karena asik dengan iPadnya. Kalau dilarang dia akan marah sekali dan teriak-teriak dengan kencang padahal umurnya baru 2 tahun 1 Juli kemarin. Puncaknya adalah dua hari yang lalu ketika malam hari saat mau tidur dia menanyakan iPadnya. Istriku yang sudah capek sekali akhirnya sampai ketiduran, dan si Manggala main ipad sendiri, pencet video yang satu, selesai bosan ganti pencet video lainnya. Kalau videonya error ataupun lama loadingnya, di suka bilang "Error-Error...!", dengan pelafalan huruf R yang sangat jelas untuk anak seusianya. Atau kalau sudah gregetan, di teriak "Piye iki...piye iki...!". Akhirnya malam itu, dia baru bisa tidur dan merengek ke Ibunya minta mimik susu sekitar pukul setengah dua belas malam. Istriku yang kebetulan belum tinggal serumah denganku dan masih tinggal di rumah orang tuanya di Tulungagung pun mendapat protes dari Ibu Mertuaku, Beliau khawatir kecanduan Manggala akan ipad berpengaruh buruk terhadap kesehatan matanya.

Memang salah kami juga dulu, yang mengenalkan Manggala dengan memutarkan video dari Youtube di iPad untuk menenangkan Manggala yang lagi rewel....eh malah sekarang mulai kecanduan. Aku tadi googling tentang kecanduan iPad anak Balita, ternyata ada Balita di Inggris yang kecanduan iPad dan biaya rehabilitasi dengan detoksifikasi digital yang biayanya sangat mahal sekitar Rp237 juta per bulannya (Baca: Artikel Balita Kecanduan iPad). Gila..... amit-amit jangan sampai anakku seperti itu, angka segitu tuh uang semua, bukan krikil......!

Berikut saya cantumkan beberapa artikel tentang Bahaya kecanduan iPad pada anak:
1. Baca artikel dari Kompas.com
2. Baca artikel dari Intisari Online
3. Baca artikel dari Liputan6.com

Kecanduan akan Gadget semacam iPad tentunya akan sangat berbahaya bagi tumbuh kembang anak jika dibiarkan berlarut-larut, dan aku nggak mau hal itu terjadi pada Manggala. Pada kasus Manggala bisa kuanalisis beberapa hal sebagai berikut:

  1. Setiap hari Manggala ketika dititipkan ke Saudara yang ngemong dia saat istriku bekerja, dia tidak bermain iPad atau gadget apapun. Dia lebih banyak bermain yang membutuhkan aktifitas fisik dan motoriknya dengan bermain dengan teman-teman sebanyanya dan sama sekali tidak menanyakan tentang iPad-nya.
  2. Dia mulai ingat kembali dengan iPad-nya ketika tidak ada teman-temannya bermain atau dia tidak sedang bermain, dalam hal ini ketika dijemput pulang kembali ke rumah usai istriku bekerja. Di rumah pun ketika dia asik bermain dengan kakek neneknya ataupun dengan tante dan ibunya, dia juga tidak menanyakan iPad-nya dan tetap asik bermain.
  3. Ketika dia melihat video di Youtube lebih banyak melihat video edukasi balita dan anak-anak yang penuh warna yang  menurutku dalam batas kewajaran merangsang perkembangan kognitifnya.
  4. Dalam sehari rata-rata waktu kumulatif Manggala melihat video di Youtube adalah 3 jam sehari, dan itu sebenarnya masih dalam batas kewajaran, tapi menurutku secara pribadi itu sudah terlalu lama untuk anak seusia dia karena aku juga sangat mengkhawatirkan kesehatan matanya.
  5. Selama ini kami memang terkesan memanjakan Manggala dan jarang memberikan batasan waktu yang tegas dan sering mentoleransi jika dia menggunakan senjatanya yaitu menangis dan teriak-teriak.


Aku tahu kesulitan istriku dalam mengurus Manggala karena kesibukannya yang luar biasa sebagai seorang paramedis, dan aku belum tinggal serumah dengan mereka, tapi walaupun kami belum serumah, mengenai tumbuh kembang Manggala kami selalu berdiskusi untuk yang terbaik. Kami memang harus mulai mengaplikasikan batasan yang tegas untuk Manggala dalam bermain iPad. Coba aku bisa tinggal serumah dengan Manggala, pastinya dia akan lebih banyak kuajak bermain, dan ketika Ibunya praktek dia tidak merengek-rengek untuk bermain iPad.

Kesimpulannya, melihat video youtube di iPad sih boleh-boleh aja asalkan tidak dalam waktu yang berlebihan, apalagi melihat video edukasi yang memang terbukti bagus untuk kognitif anak. Tapi kegemaran anak melihat iPad yang memang penuh warna dan menggoda sudah seharusnya diimbangi dengan permainan fisik yang merangsang perkembangan motorik anak. Kita sebagai orang tua memang harus aktif mengajak anak kita bermain, ngobrol, bercanda ataupun diskusi, jangan sampai kebersamaan kita dengan anak-anak terlewat begitu saja karena kita asik sendiri dengan gadget kita, dan akhirnya anak-anak juga meniru tingkah laku kita asik dengan gadget. Aku ingin anakku tidak hanya pandai secara kognitif melainkan pintar pula bersosialisasi dan bagus perkembangan motoriknya.

Sumber: 
1. tempo.co
2. kompas.com
3. liputan6.com
4. intisari-online.com

1 comment:

  1. Anonymous8:18 PM GMT+7

    sekedar info, riset telah menjabarkan bahwa anak dibawah 2 tahun hanya boleh melihat layar selama 2 jam seminggu (dari televisi), dan radiasi dari hp dan sinyal network baru bisa ditolerir saat anak berusia 3 tahun, krn sebelum itu dapat merusak otak. anak baru bisa dibilang aman menggunakan gadget di atas 3 tahun, dan itupun dengan frekuensi tidak setiap hari. semoga bermanfaat.

    ReplyDelete