Malam hari di Muara Teweh jangan dibayangkan seperti malam hari di kota-kota besar di Kalimantan, apalagi dibandingkan dengan Kota Besar di Jawa, jelas jauh berbeda, sepi tapi sedikit lebih ramai daripada Buntok. Malam itu kebetulan hujan gerimis, nah asiknya makan malam yang bikin anget. Driver kami, Mas Jun menyarankan kami untuk mencoba sate atau tongseng Rusa, salah satu makanan khas di Muara Teweh yang patut dicoba. Ok, kami pun mencobanya dengan banderol harga sate per porsinya sekitar Rp40ribu, tidak mengecewakan lah. Tekstur daging rusanya cukup empuk, kayak daging sapi. Menurutku pribadi, aku lebih prefer sate kambing daripada sate Rusa yang kucoba di Muara Teweh, tapi overall patut dicoba lah daging Rusanya, paling tidak untuk memuaskan rasa penasaran. Usai makan malam, kami berkeliling lagi kota Muara Teweh dan ketemu itu-itu saja, yah maklum lah karena kotanya cukup kecil.
Keesokan harinya, usai sarapan kami pun langsung check out dari hotel. Sebelum meninggalkan Kota Muara Teweh kami mampir ke Kantor Kemenag Muara Teweh, kemudian kami berfoto di Patung Durian di salah satu perempatan di Muara Teweh, dan kami akhiri mengunjungi Kantor Layanan Filial KPPN Buntok di Muara Teweh.
Oiya ada satu yang kelupaan diceritain, ternyata di Muara Teweh hanya ada satu traffic Light, dan itupun lampunya sudah nggak berfungsi lagi, asiknya ya nggak perlu nunggu lama di perempatan, hehe....
Pulang dari Muara Teweh kami melalui jalan yang sedikit beda, yaitu sebelum memasuki Ampah, kami berbelok ke Kanan melalui Jalan Khusus Perusahaan Batubara. Jalannya cukup lebar namun kasar tidak diaspal sehalus jalan raya Muara Teweh - Buntok. Jalan ini cukup signifikan memotong waktu perjalanan paling tidak 30 menit dan tembus di daerah Sanggu, dekat dengan Rumah Dinas Bupati Buntok. Perjalanan Pulang kami dari Muara Teweh ke Buntok hanya butuh sekitar 3 jam saja, lumayan lebih cepat daripada berangkatnya.
No comments:
Post a Comment