Pages

Tuesday, May 19, 2015

Perjalanan ke Objek Wisata Pemandian Air Panas Tirta Sanita Gunung Kapur, Ciseeng, Bogor (Bagian II)

Kesan pertama begitu aku memasuki Objek Wisata ini adalah sepi dan kurang terawat. Aku sedikit ragu dengan kondisi objek wisata di dalamnya. Disambut dengan lahan kosong luas yang dipenuhi rumput sebagai tempat parkir. Saat kami kesana terlihat sekitar 3 bus besar parkir dan tidak sampai 50 motor dan cuma beberapa mobil yang parkir.

Usai memarkir motor kami, kami pun langsung menuju gerbang loket tiket masuk. Untuk orang dewasa harus membayar Rp10.000 per orang, jika anak di bawah 4 tahun masih gratis, untungnya Manggala masih belum genap 3 tahun, plus tarif parkir motor Rp3000. Sebelumnya, kami bertanya kepada Mbak-mbak penjaga loket, apakah ada kolam renangnya. Mbaknya pun menjawab,

"Ada Pak di sana, kalau area bermain anak baru dibuka nanti sekitar pukul 4 sore?"

"Waduh, apa-apaan arena bermain anak dibuka mulai pukul 4 sore, sudah mulai mencurigakan nih....!" pikirku saat itu.

Kami pun masuk lokasi wisata dan disambut dengan arena bermain anak-anak yang tidak beroperasi, padahal ada kereta api mini, yang pastinya Manggala senang sekali menaikinya kalau beroperasi. di sampingnya ada danau buatan yang dilengkapi semacam sampan, bebek-bebekan, dan sebuah gelembung bola yang bisa dimasuki orang untuk berjalan-jalan didalamnya sambil menggelinding di atas permukaan danau yang semuanya sedang tidak beroperasi.

Beberapa langkah dari Danau kami disambut batu besar berwarna putih, itulah Gunung Kapur yang mengeluarkan sumber mata air panas. Kami berjalan menuju ke atas bukit kapur dengan pohon-pohon trembesi yang cukup besar berusia puluhan bahkan ratusan tahun membuat teduh di tengah gersangnya lingkungan di sekitarnya. Para penjual makanan minuman banyak yang tutup, tapi tetap ada yang buka dan menawarkan kepada kami kelapa muda, tikar, dan sebagainya.

Ternyata Gunung Kapurnya cukup kecil, cuma kami kelilingi sekitar 5 menit dengan berjalan santai sudah sampai ke tempat semula. Kami pun menghentikan langkah di sebuah rumah pemandian air panas namanya Rumah Bougenvile. Di rumah pemandian air panas itu lagi ramai dengan Ibu-Ibu beserta anak-anak yang habis mandi air panas. Kami pun berniat untuk berendam air panas di situ. Untuk Mandi Air panas di bilik-bilik semacam kamar mandi yang dilengkapi dengan bak dikenakan tarif Rp10.000 per orang. Kami menggunakan satu bilik, cuma Aku dan Manggala yang berendam air panas, sedangkan istriku hanya duduk melihat tingkah polah kami sambil mengabadikannya dengan kamera.

Bak mandinya terlihat putih dengan lapisan kapur seperti stalakmit gua. cukup hangat airnya, dan anehnya airnya ternyata ASIN. malahan Manggala yang tahu lebih dulu kalau airnya sin karena tak sengaja mengecap airnya "Asin-Asin Pak!", ujarnya sambil menjulur-julurkan lidahnya. Dia nampak senang sekali berendam di air hangat itu meskipun berasa asin. Rasa Asin itu mungkin karena tingginya kandungan mineral di air hangat itu, atau jangan-jangan terhubung ke laut, haha.....

Tidak lama-lama kami berendam, karena bahaya jika lama-lama. Sekitar 20 menit berendam, kami pun beranjak keluar bilik dan segera membilas mandi di pancuran air tawar. Puas berendam air panas, kami pun bersantai di bawah pohon besar yang rindang sambil menyewa tikar dan memesan kelapa muda. Senang sekali rasanya bisa berkumpul dengan keluarga kecilku, melihat tawa riang manggala dan senyum mengembang dari istri tercintaku, sayang momen-momen indah seperti itu jarang kami lalui bersama.

Sekitar pukul 1 siang, kami pun beranjak meninggalkan kompleks pemandian air panas, tak lupa kami berfoto dengan background gunung kapur yang eksotis. Kami pulang tidak melewat jalan saat berangkat, melainkan kami pulang melewati Parung seperti yang disarankan si tukang parkir karena jalannya jauh lebih bagus. kami pun dari pintu gerbang belok ke kiri menuju perempatan Ciseeng, menjelang perempatan Ciseeng, jalannya buruk sekali ditambah genangan yang seperti kubangan, huh parah banget, itu jalan terburuk yang pernah kutemui di Jabodetabek. Untungnya nggak terlalu panjang, begitu sampai perempatan dan belok ke kiri menuju parung jalannya pun sudah bagus. Jalan yang Kami tempuh ternyata lebih jauh, tapi nggak papa lah yang penting jalannya bagus. Melewati Pasar Parung ekmudian lurus ke utara menuju daerah Sawangan Depok, dan lurus menuju Ciputat, Kami pun berbelok menuju jalan Aria Putra, dan karena sudah lapar kami pun mampir ke Baksi TiToTi yang cukup terkenal di pinggir jalan Aria Putra, kira-kira 100 meter kanan jalan sebelum belokan jalan Sarua Raya - Bukit Indah.

Lumayan melelahkan perjalanan wisata hari itu, tapi kami puas sudah membuat manggala gembira.



No comments:

Post a Comment