Apa yang khas dari Kota Pontianak? Pasti ada yang menjawab Sungai Kapuas, Tugu Khatulistiwa, Pisang Pontianak, sampai dengan Kue Bingke-nya yang terkenal legit dan tentunya cuacanya yang panas. Namun ada satu lagi yang khas dan seolah menjadi rutinitas tahunan yaitu KABUT ASAP! Kalau di Sumatera ada Kota Pekanbaru yang hampir tiap tahun terkena kabut asap hasil kebakaran lahan, kalau di Kalimantan ada Kota Pontianak sebagai ikonnya.
Oh tidak.... akhirnya kabut asap yang tahun-tahun sebelumnya hanya bisa 'kunikmati' di tayangan berita terlevisi, akhirnya tahun ini aku 'berhasil' mencicipinya. Iya kira-kira sudah seminggu ini, kabut asap mengepung kota Pontianak dengan intensitas yang semakin pekat pada malam hari. Tentunya ini hal baru bagiku yang baru menghuni kota ini selama 3 bulan. Hal ini membuat problem yang cukup lumayan bagiku. Mengapa?
Tanya kenapa? Yang namanya asap ya sangat mengganggu lah, bagi semua orang, cuma kadar ketergangguannya yang berbeda-beda. Bagiku sangat mengganggu karena aku punya riwayat problem dengan sistem pernafasanku. Hidungku ini sangat peka sekali terhadap asap, begitu pula dengan paru-paruku.
Sebelum kabut asap melanda Pontianak, kondisi tubuhku tidak begitu fit dan kadangkala batuk-batuk. Begitu kabut asap menghajar Pontianak, oh..... batukku semakin menjadi-jadi apalagi ditambah flu yang bikin kondisi tubuhku di bulan puasa ini ngedrop. Aku yang orang dewasa saja merasa terganggu dengan kabut asap ini, bagaimana dengan anak-anak dan balita di Kota ini ya? Tapi yang aku heran, meskipun kabut asap melanda Pontianak, warga di sini seolah cuek dengan kondisi ini alias sudah sangat terbiasa dan menganggap lumrah. Jalan-jalan tetap rame dengan sepeda motor, sampai-sampai aku pun sulit menyeberang jalan di Kota ini. Wow tangguh sekali ya kondisi tubuh warga sini. Sudah cuaca terik, sedang berpuasa, plus 'vitamin' kabut asap, warga sini tetap enjoy dan berlalu lalang di jalanan seolah tak ada aral yang menghalangi mereka.
Kabut asap di Pontianak bukan disebabkan oleh cuaca panas yang berlangsung hampir sebulan ini, melainkan lebih disebabkan oleh pembakaran lahan yang dilakukan oleh segelintir orang untuk membuka lahan gambut. Kenapa harus dibakar? Karena itu cara termurah, efektif, dan efisien untuk membuka lahan gambut. Nggak perlu banyak keluar ongkos untuk membayar orang membuka lahan, lebih cepat karena musim kemarau, plus dengan dibakar akan menambah pH tanah gambut yang terkenal asam sehingga lebih subur. Tapi dampaknya ke masyarakat luas itu lho.....
Mungkin batuk-batuk ini mekanisme alami tubuhku untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, haha..... 'Dinikmati' sajalah, mumpung belum pindah tugas dari Pontianak, kan bisa nambah pengalaman yang bisa diceritakan ke anak cucu. Kita juga bisa lebih bersyukur dengan kondisi ini, manakala ketika tinggal di Jawa selalu dimanjakan dengan kondisi alam yang subur, banyak air bersih, tanpa asap kebakaran hutan, di Pontianak aku diajarkan sesuatu yang beda mengenai Bumi Indonesia ini. Toh kalau ngomel-ngomel terus nggak merubah juga kondisi ini, malah bisa-bisa tambah sakit, haha....
Just enjoy it!
No comments:
Post a Comment