Kue Putu dikukus (dok.pribadi) |
Kue ini mulai jarang kutemui ketika aku beranjak SMP, sampai suatu ketika saat aku sudah bekerja aku menemukan penjual kue putu di kawasan Bintaro, Tangsel. Bukan penjual keliling, melainkan mendompleng di semacam pusat jajanan. Harganya lumayan mahal, namun ukurannya gede dan lumayan bikin kenyang dan tentunya puas, dan sepertinya sekarang sudah tidak ada lagi penjualnya. Entah kurang laku atau berpindah tempat, entahlah.....
Setahun terakhir ini di Kompleks perumahanku di Tangsel, seringkali sore hari ada penjual kue putu keliling. Nggak mau menyia-nyiakan kesempatan biasanya aku langsung memesannya. Harganya Rp800/biji. Masih juga ada kue harganya nggak genap 500 atau kelipatannya. Tapi nggak masalah, yang penting rasanya joss....
Betul rasanya seperti ekspektasiku, seolah mengingatkanku ketika masih kecil. Kue sederhana yang terbuat dari tepung beras kasar (ditumbuk kasar) dengan atau tanpa pewarna hijau, yang dimasukkan ke bumbung kecil (bentuk silinder) dari bambu yang ditengahnya diberi parutan gula merah, dan dikukus di atas kukusan dengan lubang-lubang uap panas yang berbunyi nyaring seperti peluit yang menjadi khas penanda ada tukang putu lewat jika terdengar suara semacam peluit panjang tidak putus-putus, tanpa perlu si penjual berteriak-teriak menawarkan dagangannya. Oiya untuk menikmatinya, Kue putu biasanya ditaburi dengan parutan kelapa muda yang diberi sedikit garam.
Eh ternyata kegemaranku makan kue putu juga menular ke anakku Manggala. Manggala senang sekali makan kue putu. Jika ada penjual putu yang lewat depan rumah di Tulungagung, dia pasti minta untuk dibelikan dan lahap sekali makannya. Hmmmm......Like Father Like Son!
No comments:
Post a Comment