|
Screenshot Rute Mudik Tulungagung - Pati di Google Maps (dok. pribadi) |
Mudik Tahun ini terasa sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, perjalanan mudikku dari Tulungagung Jawa Timur menuju Pati Jawa Tengah, terasa nyaman, lancar, nyaris nggak ada macet.
Dari Tulungagung ke Pati tidak ada transportasi umum langsung. Jika terpaksa menggunakan kendaraan umum dari Tulungagung harus ke Surabaya dulu, baru ganti bus jurusan Semarang yang jelas lewat Pantura Pati Jawa Tengah. Namun waktu yang ditempuh bisa sampai 10 jam. Dari Tulungagung - Surabaya 4 jam, dan Surabaya - Pati 6 jam. Mudik pakai kendaraan umum dari Tulungagung ke Pati pastinya sangat merepotkan apalagi masih ada balita yang seringkali rewel jika kelamaan di bus karena tidak bisa bebas bergerak.
Solusinya? ya terpaksa pakai mobil pribadi. Sejak Manggala lahir 3 tahun yang lalu ini adalah tahun ke-4 kami mudik lebaran naik mobil pribadi. Ada beberapa rute yang kami tempuh menuju Pati. Rute pertama Tulungagung - Trenggalek - Ponorogo - Madiun - Ngawi - Cepu - Blora - Rembang - Pati. Rute kedua Tulungagung - Nganjuk - Ngawi - Cepu - Blora - Rembang - Pati. Dan rute ketiga yang kami peroleh terakhir dari Google Maps adalah Tulungagung - Nganjuk - Bojonegoro - Jatirogo (Tuban) - Rembang - Pati. Ketiga rute tersebut hampir sama jaraknya, cuma yang membedakan kualitas jalan dan kepadatan lalu lintasnya.
Tahun-tahun awal kami mudik ke Pati seringkali menggunakan rute 1 maupun 2, baru tahun lalu kami mulai menggunakan rute 3 yang ternyata relatif lebih cepat karena jalanannya yang lumayan lebih sepi meskipun banyak jalan yang rusak di ruas Bojonegoro - Rembang. Tapi tak masalah toh mobil kami cukup tinggi dengan roda yang relatif besar, lain perkaranya jika kami mudik pakai Jazz atau Yaris, bisa-bisa nyampai Pati rontok semua.
Tahun ini kami memilih kembali rute 3. Dari Tulungagung kami sengaja berangkat sekitar pukul 4 pagi agar tidak terkena imbas macet di ruas Kediri - Nganjuk yang relatif sempit jalannya karena pas lebaran hari kedua yang pastinya akan ramai lalu-lintas masyarakat yang mau silaturahmi. Sekitar pukul 5 pagi kami sampai Nganjuk dan berhenti di masjid menjelang masuk kota Ngajuk untuk sholat Subuh. Lumayan agak lama kami berhenti di masjid karena aku mendadak dapat 'panggilan alam' juga, haha......
Sekitar 40 menit kami di masjid, langsung melanjutkan perjalanan menuju Bojonegoro. Matahari pagi yang mulai bersinar dan suasana sejuk persawahan Nganjuk yang didominasi tanaman bawang merah yang kami lalui plus jalanan yang sepi sangat menyenangkan sekali. Nyetir jadi nggak kerasa capek. Untungnya lagi kita bisa lebih ngirit BBM, soalnya nggak perlu pakai AC, jendela kubuka lebar-lebar bisa menghirup udara pagi yang bersih dan sejuk.
Kira-kira 15 menit meninggalkan kota ngajuk, jalanan mulai menanjak dan pemandangan di kanan kiri jalan digantikan dengan hutan jati yang sedang meranggas karena kemarau. Kontur jalannya pun mulai naik turun berkelak-kelok dengan tikungan yang tajam. Tapi aku slow aja nyetirnya, nggak buru-buru, selain karena pertimbangan safety juga ingin menikmati juga suasana perbukitan. Sekitar 1 jam perjalanan di perbukitan yang lumayan menantang itu, untung jalannya lumayan bagus, meskipun ada beberapa ruas yang sedang ada pengerjaan perbaikan jembatan kecil.
Menjelang masuk kota Bojonegoro kami berhenti di Masjid Besar yang cukup megah di tepi jalan untuk sekedar mendinginkan mesin mobil, ke toilet dan sarapan pagi membuka bekal yang kami bawa, maklum baru sekitar pukul 7 pagi. Kami berhenti sekitar 20 menit dan melanjutkan perjalanan kembali.
Masuk kota Bojonegoro lumayan sepi lalu lintasnyanya. Cukup mudah menemukan 'jalan keluar' dari kota Bojonegoro menuju Rembang. Dari Alun-alun ke arah timur dan begitu ketemu jembatan Bengawan Solo berarti jalan kita sudah benar menuju Jatirogo (Tuban) ataupun Rembang.
Perjalanan sepanjang Bojonegoro - Rembang yang tahun kemarin didominasi jalan rusak, tahun ini kami sungguh tercengang. Ternyata jalanan menuju Rembang dari Bojonegoro sudah mulus dan lebar, hanya beberapa kilometer ruas jalan saja yang masih agak sempit, tapi overall menurutku ini adalah jalan alternatif paling mulus dan lancar jaya........, so kira-kira 1,5 jam dari Bojonegoro kami sudah sampai di perbatasan Jawa Tengah.
Kami pun berhenti di Pom Bensin antara Kecamatan Sale dan Pamotan Rembang yang tahun kemarin kami juga berhenti di situ untuk sekedar ke toilet. Kami pun melanjutkan perjalanan lagi sambil mencari kira-kira di pinggir jalan ada warung bakso, karena Manggala habis muntah. Mungkin perutnya kosong karena nggak mau sarapan ditambah jalanan yang naik turun berkelak-kelok. Akhirnya di kecamatan Pamotan Rembang, di dekat pertigaan yang arah Rembang, sedangkan yang satunya arah ke Lasem, ada warung bakso Solo. Kami pun mampir dan ternyata baksonya cukup enak, Manggala pun lahap menyantapnya.
Sekitar 2o menit kami berhenti di warung bakso dan bergegas kembali melanjutkan perjalanan yang kira-kira 1,5 jam lagi sampai kota Pati. Masuk kota Rembang lalu litas lumayan rame di dekat objek wisata Taman Kartini, dan aku pun mengalami insiden kecil. Bemper depan mobilku nyenggol sedikit motor di depanku, tapi untungnya pengendara motornya nggak jatuh, karena cuma sedikit sekali senggolannya. Alhamdulillah nggak papa......
Pantura siang itu lumayan sepi, aku pun masuk kota Pati sekitar pukul setengah 12 siang. Aku Mampir di Pom Bensin jalan Pati - Tayu untuk mengisi Pertamax. Kuisi Full Tank cuma habis kurang dari 250rb. Jarak rumah eyang Manggala dari Kota Pati sekitar 7 km, kami pun sampai di rumah kira-kira pukul 12. Jadi total perjalanan kami plus mampir-mampirnya sekitar 8 jam, dan anehnya aku tidak terlalu merasa capek, mungkin karena hepi kali ya, haha....