Konsep Uber yang beda dengan taksi konvensional biasa membuatnya sangat menarik dan menjadi ancaman terberat bagi taksi konvensional. Gimana nggak jadi ancaman, lha wong jauh lebih murah kok tarifnya dibandingkan taksi reguler.
Demam uber ternyata sampai juga padaku. Setelah mendengar testimoni dari teman kantor yang terlebih dahulu mencoba Taksi Uber, akhirnya aku pun tertarik mencobanya. Pertama mencoba sekitar sebulan yang lalu ternyata aku tak berhasil mendapatkan taksi UBER malam itu, mungkin habis ada razia kali, jadinya pada vakum, akhirnya aku pun naik Xtrans dari bandara ke rumah di kawasan Serpong.
Nah tadi pagi kebetulan aku ke mendarat di Cengkareng lagi, dan bermaksud membeli tiket Xtrans ke BSD di shelter bus DAMRI teriminal 2F. Saat itu aku datang sekitar pukul setengah sepuluh, tapi ternyata jadwal yang jam 10.00, dan 10.30 sudah habis semua, yang ada jam 11.00. Nggak mau menunggu lama, aku langsung teringat UBER "kali aja ada taksi uber sekarang, buka UBER dulu ah..." pikirku spontan saat itu.
Sambil duduk-duduk di ruang tunggu shelter bus DAMRI, aku pun membuka aplikasi UBER di iPad. Begitu kubuka, terlihat banyak mobil UBER berkeliaran di Bandara. Langsunglah kuorder layanan Uber X (Avanza/Xenia) dan menuliskan tujuan akhirku. Dalam hitungan detik langsung aku dapat sms informasi dari Uber dengan bunyi "Your Uber is on the way. Noor (4.3 stars) will arrive in 1 minute. Bahwa sms center uber dengan nomor 081513693547 memberitahu bahwa taksi uber yang kupesan dalam perjalanan, sopir dengan nama Noor (bukan nama sebenarnya) akan segera tiba dalam satu menit.
Di layar iPad-ku juga nampak foto Pak Noor lengkap dengan reputasi bintangnya 4,3 plus foto wajahnya. Di situ juga terlihat nomor HP si sopir yang bisa dihubungi. Nggak sabar menunggu, langsunglah kutelpon Pak Noor, ternyata dia saat itu berada di Parkiran F1. Agak lama kami berbicara di telpon karena Pak Noor juga bilang kalau dia nggak bisa terang-terangan mengambil penumpang karena kalau ketahuan bisa ditangkap petugas bandara.
Akhirnya aku pun berinisiatif untuk ke parkiran F1 di seberang shelter DAMRI. Namun, sebelum sampai parkiran tiba-tiba ada laki-laki setengah baya yang menyapaku, "Mas Sony...? sapanya.
Ternyata laki-laki itu Pak Noor, dan bergegaslah kami ke parkiran menuju mobil avanzanya yang terparkir.
"Mas nanti kalau ada polisi bertanya, bilang saja saya sopir yang jemput Mas, karena kalau sampai ketahuan bisa ditangkap saya, ada beberapa teman yang terkena razia", pintanya.
"Ok Pak!', jawabku singkat.
Sepanjang perjalanan siang itu yang cukup panjang karena jalanannya rame, aku pun banyak mengorek cerita dari Pak Nor tentang profesinya sebagai driver UBER dan seluk beluk serta lika-liku sebagai sopir UBER (nanti akan saya ceritakan di artikel selanjutnya). Tak terasa 1 jam 21 menit berlalu sampailah kami di rumahku di Grand Serpong 2 Residence. Begitu si sopir memencet tombol selesai, keluarlah tarif yang harus kubayar di aplikasi uber selain invoice yang dikirimkan ke emailku. Kulihat, tarif yang harus kubayar ternyata cuma Rp36.500 dengan total jarak perjalanan yang ditempuh 42,36 km.
Screenshot Rute dan Tarif Uber yang saya gunakan |
Tengkiu mas Sony
ReplyDeleteTerima Kasih telah berkunjung.....
Delete