Rabu kemarin, tanggal 9 November 2016 aku ke Bank CIMB Niaga Cabang Bintaro Sektor 1 Jakarta Selatan bermaksud untuk mencairkan Tabungan Mapan-ku yang sebenarnya baru jatuh tempo sekitar 4 tahun lagi. Nah, saat lagi antre menunggu dilayani Customer Service, tiba-tiba HP-ku berdering, ternyata dari telemarketer CIMB Niaga. Biasanya kalau ada telemarketer CIMB Niaga seringnya menawarkan asuransi dan sebagainya, dan biasanya selang beberapa detik langsung kumatikan, tapi berbeda yang terjadi saat itu.
Entah kenapa tidak segera kuakhiri pembicaraanku dengan telemarketer CIMB Niaga saat itu, dan ternyata dia menawarkan pinjaman dana tunai berdasarkan plafon kartu kredit CIMB Niaga Syariah yang aku miliki. Nama program pinjaman itu adalah Cash Plus, dan si telemarketer yang mengenalkan dirinya bernama Tyas menawarkan bunga 0% untuk dana sebesar Rp14juta, separuh dari plafon kartu kreditku, dicicil selama 6 bulan, dan hanya dikenai dana bagi hasil satu kali ditambahkan di cicilan awal sebesar Rp275ribu.
Awalnya aku menolak, tapi aku langsung inget pembicaraan dengan kakakku beberapa hari sebelumnya bahwa dia juga pinjam cash plus dari CIMB Niaga, dan katanya bunganya murah banget, sayang apabila nggak diambil, apalagi dalam kasusku ini malah bunganya 0% karena kartu kreditku syariah. Akhirnya aku setuju dengan program cash plus, dan mbak Tyas berjani bisa mencaikan dananya maksimal 3 hari kerja, atau paling lambat hari Senin tanggal 14 November. Aku malah minta kalau bisa di full-kan plafonnya sebesar 28 juta, aku malah lebih senang, ternyata nggak bisa, haha.....
Eh ngomong-ngomong kenapa aku harus pinjam uang lagi toh sebentar lagi aku mendapat dana segar dari pencairan tabungan mapanku sebanyak 48 juta ++ (dikurangi penalti Rp4,4juta), buat apa lagi????? Tentunya bukan untuk kegiatan konsumtif, aku berniat memasukkan dana pencairan tabungan mapan dan pinjamanku itu ke pasar saham, Lumayan kan, bisa nambah portofolio saham, he he.... Utang buat kegiatan produktif nggak ada salahnya kan.....!
Keesokan harinya aku mencoba ngecek rekeningku melaui CIMB Clicks, dan ternyata cicilan cash plusku sudah tercatat di current balance dan tentunya akan segera tercatat di tagihan tanggal 20 mendatang. "Namun, kok danaku yang 14 juta belum masuk ya.....?", tanyaku dalam hati. Mungkin baru diproses, kan janjinya 3 hari kerja. Eh, ternyata saat kucek siang harinya, pinjaman cash plus sebesar 14 juta sudah dikreditkan ke rekening Tabungan CIMB Niaga Syariah-ku. Wow cepet banget.....! Semoga keputusanku untuk meminjam dana cash plus ini adalah hal yang tepat dan nanti bisa menjadi berkah. Amin.
Pages
▼
Sunday, November 13, 2016
Monday, June 27, 2016
Perpanjangan SIM A dengan Fasilitas SIM Online di Pontianak
Senin tanggal 23 Mei 2016 kemarin stigmaku terhadap polisi berubah. Bagaimana tidak, selama ini stigmaku terhadap polisi kurang begitu bagus, tapi karena momen 23 mei itu ternyata stigmaku selama ini salah. Polisi Telah Berubah!
Kebetulan aku mempunyai SIM A yang ketika itu hampir habis masa berlakunya tanggal 31 Mei 2016, tepat saat ulang tahunku ke-32. Nah, bingunglah aku gimana mau memperpanjangnya. Kalau aku pulang ke Pati, Jawa Tengah kota kelahiranku tempat membuat SIM A-ku dulu jelas aku harus meluangkan banyak waktu alias harus cuti. Opsi itu kayaknya nggak memungkinkan mengingat pekerjaan kantor saat itu lagi padat-padatnya dan tentunya menguras banyak kocekku kalau opsi itu kulakukan. Kubatalkanlah opsi itu!
Opsi kedua, biarlah SIM A-ku hangus sampai jatuh tempo, nanti saat libur lebaran aku mau membuat SIM A baru di Tulungagung Jawa Timur, alamat KTP-ku sekarang, kota dimana anak dan istriku tinggal. Tiba-tiba aku teringat dengan fasilitas SIM Online yang akhir tahun lalu telah di-launching Kepolisian RI. Fasilitas SIM Online ini untuk memfasilitasi perpanjangan SIM secara online bagi masyarakat perantau agar tidak perlu repot-repot pulang ke kampung halaman untuk memperpanjang SIM-nya. Langsunglah ku-googling tentang SIM Online. Di beberapa artikel yang kutemukan rata-rata isinya sama yaitu, fasilitas SIM Online ini hanya bisa dilayani di 45 kota yang terhubung database-nya secara online. Sialnya ternyata kotaku Pati tidak ada di dalam daftar 45 kota itu. Maklum mungkin karena kota kecil kali ya, haha.....
Nggak mau patah arang, dalam pikiranku kubertanya "Masak sih sejak akhir tahun kemarin belum nambah juga kota yang terkoneksi dengan SIM Online ini?" Daripada penuh diliputi rasa penasaran, aku pun memutuskan untuk mampir ke Polresta Pontianak pada hari senin itu. Kubermaksud menanyakan apakah SIM saya yang dibuat di Pati bisa diperpanjang di Pontianak.
Ditemani sopir kantorku, sekitar pukul 1 siang aku bertolak ke Polresta Pontianak. Sesampainya di sana kulangsung bertanya kepada seorang polisi yang sedang berada di pos depan tempat pembuatan SIM semacam resepsionis gitu. Kutanya, "Pak, ini saya mau memperpanjang SIM, untuk kota Pati sudah bisa diperpanjang di sini belum ya Pak?"
"Pati Jawa Tengah ya Mas, coba mas masuk dilihat dulu daftar kota yang sudah bisa SIM Online di banner yang ada di dalam ruangan itu.", jawabnya dengan ramah.
Langsung saja kumasuk ruangan dan kulihat daftar kota di banner yang ada di ruang tunggu pembuatan SIM, ternyata masih sama dengan daftar kota yang kulihat di internet, mungkin banner-nya belum di-update, haha....
Kebetulan saat itu pelayanan SIM masih tutup karena istirahat siang. Masih penasaran dan seolah nggak percaya, kukembali ke depan menemui Pak Polisi yang kutanyai tadi. "Bener ya Pak, belum nambah kotanya ya?", tanyaku dengan penuh harap. Pak Polisi tadi pun meresponku dengan memanggil temannya yang baru datang, kayaknya abis sholat karena masih memakai sandal jepit dan basah rambut di dahinya.
"Ini lho ada yang mau perpanajang SIM dari Pati!", seru Pak Polisi kepada temannya.
Aku pun dipersilakan masuk ke ruang pembuatan SIM dan langsung dicek dataku di komputer kali saja sudah ada. Kuserahkan SIM-ku dan Voila.... ternyata setelah dicek, dataku ada di database SIM Online. Senang banget rasanya..... Kemudian KTP-ku diminta untuk dicocokkan dengan database. Aku pun disuruh melihat di komputer ngecek apakah sudah benar dataku.
Si Polisi yang ramah ini kemudian mempersilakanku menuju ruang foto untuk diambil sidik jariku, tanda tangan dan tentunya difoto. Kemudian aku diminta membayar biaya pembuatan SIM sebesar Rp80ribu, benar-benar sesuai tarif resmi, nggak ada pungutan lainnya. Oh My God....seolah nggak percaya, proses perpanjangan SIM-ku hanya sekitar 5 menit. Sebelum aku pulang, kusempatkan meminta foto bersama dengan Pak Polisi yang membantuku membuat SIM itu. Luar Biasa.... ! Akan kuingat seumur hidupku, haha....
Kepuasanku saat itu kalau di konsep tangg kepuasan konsumen berada di puncak tertinggi yaitu AMAZING. Pelayanan yang luar biasa! Maju Terus Polisi Indonesia!
Kebetulan aku mempunyai SIM A yang ketika itu hampir habis masa berlakunya tanggal 31 Mei 2016, tepat saat ulang tahunku ke-32. Nah, bingunglah aku gimana mau memperpanjangnya. Kalau aku pulang ke Pati, Jawa Tengah kota kelahiranku tempat membuat SIM A-ku dulu jelas aku harus meluangkan banyak waktu alias harus cuti. Opsi itu kayaknya nggak memungkinkan mengingat pekerjaan kantor saat itu lagi padat-padatnya dan tentunya menguras banyak kocekku kalau opsi itu kulakukan. Kubatalkanlah opsi itu!
Opsi kedua, biarlah SIM A-ku hangus sampai jatuh tempo, nanti saat libur lebaran aku mau membuat SIM A baru di Tulungagung Jawa Timur, alamat KTP-ku sekarang, kota dimana anak dan istriku tinggal. Tiba-tiba aku teringat dengan fasilitas SIM Online yang akhir tahun lalu telah di-launching Kepolisian RI. Fasilitas SIM Online ini untuk memfasilitasi perpanjangan SIM secara online bagi masyarakat perantau agar tidak perlu repot-repot pulang ke kampung halaman untuk memperpanjang SIM-nya. Langsunglah ku-googling tentang SIM Online. Di beberapa artikel yang kutemukan rata-rata isinya sama yaitu, fasilitas SIM Online ini hanya bisa dilayani di 45 kota yang terhubung database-nya secara online. Sialnya ternyata kotaku Pati tidak ada di dalam daftar 45 kota itu. Maklum mungkin karena kota kecil kali ya, haha.....
Nggak mau patah arang, dalam pikiranku kubertanya "Masak sih sejak akhir tahun kemarin belum nambah juga kota yang terkoneksi dengan SIM Online ini?" Daripada penuh diliputi rasa penasaran, aku pun memutuskan untuk mampir ke Polresta Pontianak pada hari senin itu. Kubermaksud menanyakan apakah SIM saya yang dibuat di Pati bisa diperpanjang di Pontianak.
Ditemani sopir kantorku, sekitar pukul 1 siang aku bertolak ke Polresta Pontianak. Sesampainya di sana kulangsung bertanya kepada seorang polisi yang sedang berada di pos depan tempat pembuatan SIM semacam resepsionis gitu. Kutanya, "Pak, ini saya mau memperpanjang SIM, untuk kota Pati sudah bisa diperpanjang di sini belum ya Pak?"
"Pati Jawa Tengah ya Mas, coba mas masuk dilihat dulu daftar kota yang sudah bisa SIM Online di banner yang ada di dalam ruangan itu.", jawabnya dengan ramah.
Langsung saja kumasuk ruangan dan kulihat daftar kota di banner yang ada di ruang tunggu pembuatan SIM, ternyata masih sama dengan daftar kota yang kulihat di internet, mungkin banner-nya belum di-update, haha....
Kebetulan saat itu pelayanan SIM masih tutup karena istirahat siang. Masih penasaran dan seolah nggak percaya, kukembali ke depan menemui Pak Polisi yang kutanyai tadi. "Bener ya Pak, belum nambah kotanya ya?", tanyaku dengan penuh harap. Pak Polisi tadi pun meresponku dengan memanggil temannya yang baru datang, kayaknya abis sholat karena masih memakai sandal jepit dan basah rambut di dahinya.
"Ini lho ada yang mau perpanajang SIM dari Pati!", seru Pak Polisi kepada temannya.
Aku pun dipersilakan masuk ke ruang pembuatan SIM dan langsung dicek dataku di komputer kali saja sudah ada. Kuserahkan SIM-ku dan Voila.... ternyata setelah dicek, dataku ada di database SIM Online. Senang banget rasanya..... Kemudian KTP-ku diminta untuk dicocokkan dengan database. Aku pun disuruh melihat di komputer ngecek apakah sudah benar dataku.
Si Polisi yang ramah ini kemudian mempersilakanku menuju ruang foto untuk diambil sidik jariku, tanda tangan dan tentunya difoto. Kemudian aku diminta membayar biaya pembuatan SIM sebesar Rp80ribu, benar-benar sesuai tarif resmi, nggak ada pungutan lainnya. Oh My God....seolah nggak percaya, proses perpanjangan SIM-ku hanya sekitar 5 menit. Sebelum aku pulang, kusempatkan meminta foto bersama dengan Pak Polisi yang membantuku membuat SIM itu. Luar Biasa.... ! Akan kuingat seumur hidupku, haha....
Kepuasanku saat itu kalau di konsep tangg kepuasan konsumen berada di puncak tertinggi yaitu AMAZING. Pelayanan yang luar biasa! Maju Terus Polisi Indonesia!
Saturday, June 11, 2016
Mudahnya Membayar PBB dengan Klik BCA
Dua tahun sebelumnya saya selalu membayar PBB melalui Bank Jabar Banten (BJB). Saya harus meluangkan waktu untuk pergi ke BJB untuk sekedar membayar PBB senilai beberapa ratus ribu, sungguh menyita waktu. Sebenarnya bisa membayar melalui ATM BJB ataupun internet bankingnya, namun sayangnya saya tidak nasabah dari BJB so harus datang langsung ke teller BJB.
Tahun 2014 ketika bertugas di Balikpapan kusempatkan membayar di BJB perwakilan Balikpapan. Tahun 2015 PBB kubayar di BJB Bintaro saat aku sedang bertugas di Jakarta. Sebelum pengelolaan PBB diserahkan dari Kantor Pelayanan Pajak ke Pemda setempat, dalam hal ini Pemda Tangsel, aku masih bisa membayar PBB melalui internet banking Bank Mandiri, sangat mudah dan praktis, tidak menyita waktu.
Nah, tahun ini saat kulihat slip tagihan PBB-ku teryata pembayarannya selain di BJB bisa juga dilakukan melalui BCA. Kebetulan aku punya rekening BCA dan punya fasilitas internet banking-nya (Klik BCA) so nggak kulewatkan kesempatan ini. Langsung saja sekitar awal Mei kemarin kubayar PBB-ku melalui Klik BCA, nggak perlu lagi datang ke BJB.
Cara pembayarannya gampang, jika kamu punya account klik BCA ikuti caranya sebagai berikut:
Tahun 2014 ketika bertugas di Balikpapan kusempatkan membayar di BJB perwakilan Balikpapan. Tahun 2015 PBB kubayar di BJB Bintaro saat aku sedang bertugas di Jakarta. Sebelum pengelolaan PBB diserahkan dari Kantor Pelayanan Pajak ke Pemda setempat, dalam hal ini Pemda Tangsel, aku masih bisa membayar PBB melalui internet banking Bank Mandiri, sangat mudah dan praktis, tidak menyita waktu.
Nah, tahun ini saat kulihat slip tagihan PBB-ku teryata pembayarannya selain di BJB bisa juga dilakukan melalui BCA. Kebetulan aku punya rekening BCA dan punya fasilitas internet banking-nya (Klik BCA) so nggak kulewatkan kesempatan ini. Langsung saja sekitar awal Mei kemarin kubayar PBB-ku melalui Klik BCA, nggak perlu lagi datang ke BJB.
Cara pembayarannya gampang, jika kamu punya account klik BCA ikuti caranya sebagai berikut:
- Login, dan milih menu PEMBAYARAN
- Kemudian pilih menu PAJAK
- Kemudian pilih PBB, isi Nomor Objek Pajak (NOP) biasanya tercantum di tagihan PBB terdiri dari 18 digit
- Isi tahun tagihan, misal: 2016
- Akan muncul berapa nominal yang harus kamu bayar, dan segera selesaikan dengan key BCA.
Mudah, Praktis, dan tidak menyita waktu.
Saturday, June 4, 2016
Ganti Kartu Tri 4G di 3 Store Pontianak
Akhirnya Tri menjadi operator seluler terakhir yang mulai menggelar layanan 4G-nya, menyusul Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata yang telah duluan menggelar layanan ini. Tak bisa dipungkiri handset 4G yang semakin awam mendorong Tri untuk menggelar layanan 4G di beberapa Kota di Indonesia dalam tahap awal peluncurannya.
Saat ini aku berdomisili di Pontianak, dan ternyata sejak awal tahun ini, Pontianak termasuk salah satu kota dari enam kota yang mendapat kesempatan pertama mencicipi layanan 4G Tri. Mungkin di Pontianak sudah banyak pelanggan Tri yang menggunakan handset 4G, jadi kota Khatulistiwa ini menjadi prioritas utama dalam gelaran layanan 4G Tri.
Kebetulan aku menggunakan kartu Tri untuk dua gadgetku, iPad Mini 2 dan BB Z3. Untuk iPad Mini 2 sudah support 4G, sedangkan BB Z3 belum. Nah, siang tadi aku datang ke 3 Store Pontianak yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No.69 C, dekat Kantor Gubernur Kalimantan Barat. Untungnya siang tadi lagi sepi, so tidak pakai antre lama dan langsung dilayani CS-nya.
Kuutarakan maksudku untuk mengganti SIM card nano di iPad-ku dengan SIM card yang support 4G. Sekalian saja kuganti kartu di BB Z3-ku dengan kartu baru yang support 4G meskipun handsetnya belum support 4G, nggak papa lah, kali aja nanti ganti handset baru, haha......
Untuk penggantian kartu tidak dikenakan biaya, namun disyaratkan untuk top up pulsa minimal Rp20ribu. jadilah aku top up 20ribu untuk masing-masing nomor. Mumpung masih ada stok kartu 4G, sekalian saja kubeli kartu perdana baru untuk iPad istriku yang sudah lama nggak aktif kartunya seharga Rp25ribu.
Pelayanan CS-nya cukup ramah dan profesional. Sekitar 20 menit aku di situ, tak disangka ternyata antrean pelanggan yang ada di belakangku sudah banyak, untung aku datang agak pagian , haha.......
Monday, April 18, 2016
UBER Motor di Jabodetabek
sumber: newsroom.uber.com/indonesia |
Aku sendiri belum pernah mencobanya, soalnya sekarang lagi di Pontianak, hehe..... padahal UBER lagi memberikan promo voucher gratis Rp75.000 dengan memasukan kode promosi "uberMOTORJKT" di aplikasi UBER sampai dengan 11 Juli 2016. Wah lumayan tuh, patut dicoba!
Iseng-iseng kucoba buka aplikasi UBER (harus update aplikasi UBER terbaru), masih jarang ditemukan Uber Motor dalam layar gadget, kalaupun ada hanya satu dua nongol gambar sepeda motor itupun pada waktu-waktu tertentu saja. Entah mungkin masih sedikit armadanya atau masih jarangnya pengendara sepeda motor yang mau bergabung dengan UBER karena tarifnya yang sangat rendah itu? Kalau menurut analisisku nggak mungkin pada periode promosi ini UBER nggak memberikan insentif kepada driver motornya, karena mereka harus mampu merekrut banyak driver motor agar layanannya mudah ditemukan pelanggan.
Oiya, untuk metode pembayarannya pun sangat beragam mulai dari kartu kredit, debit ataupun dibayar secara tunai. Wah cocok banget tuh..... berharap UBER dan layanan sejenisnya segera dilegalkan oleh pemerintah yang pada akhirnya masyarakatlah yang diuntungkan, hehe.....
Sunday, April 3, 2016
Pengalaman Pertama Mencoba GoJek
Usai dari acara di kawasan Jl Purnawarman Kebayoran Baru, sore itu aku bermaksud untuk menuju ke Hotel Amaris Panglima Polim, Blok M. Sehari sebelumnya aku sudah beli voucher hotel di Traveloka. Nah, daripada naik taksi, aku pilih pakai ojek online, dan kebetulan memang aku penasaran pengen naik GoJek.
Sebelumnya aku sudah mencoba Grab Bike, kali ini aku mau nyoba Gojek, dan nggak seperti Grab Bike kemarin yang kasih voucher gratisan, kali ini Gojek lagi nggak ada promo untuk pengguna pertama. Kuutak-atik aplikasi Gojek agak lama, dan belum berhasil juga order karena tidak berhasil menemukan kolom pengisian tujuan, eh tak tahunya karena kesalahanku belum menggeser halaman awal ke bawah, so nggak ketemu-ketemu kolom tujuannya yang tentunya nggak bisa orderlah.
Sebelum klik order ternyata ada estimasi tarifnya menuju Hotel Amaris Panglima Polim yaitu senilai Rp17ribu. Nah, sebelum kuklik order, iseng kubuka aplikasi Grab Bike, dan ternyata untuk tujuan yang sama tarifnya Rp15ribu, so lebih murah Grab Bike Rp2000. Tapi tetap saja kupilih GoJek karena niat awalnya mau nyobain GoJek, dan kalaupun aku naik Grab Bike juga nanti drivernya kubayar Rp20ribu nggak Rp15ribu, sama seperti yang kuberikan ke driver Gojek yang seharusnya kubayar Rp17ribu tapi kubayar Rp20ribu, ya tambah tips sedikit lah, hehe.... Ternyata bener apa yang diomongkan Pak Husain si driver Grab Bike dulu yang bilang kalau tarif Grab Bike lebih murah dari GoJek.
Keesokan paginya tanggal 22 Maret 2016 ketika ada demo besar-besaran sopir taksi di Jakarta, aku lagi-lagi pesan GoJek ke kawasan Purnawarman Kebayoran Baru. Si driver GoJek yang datang nggak pakai jaket ataupun helm GoJek karena riskan banyak demo sopir taksi.
Secara umum antara Grab Bike dan GoJek hampir sama pelayanannya, tapi yang kurasakan untuk aplikasinya menurutku lebih user friendly Grab Bike dibanding GoJek. Ayo GoJek jangan sampai kalah dengan aplikasi negeri jiran....!
Sebelumnya aku sudah mencoba Grab Bike, kali ini aku mau nyoba Gojek, dan nggak seperti Grab Bike kemarin yang kasih voucher gratisan, kali ini Gojek lagi nggak ada promo untuk pengguna pertama. Kuutak-atik aplikasi Gojek agak lama, dan belum berhasil juga order karena tidak berhasil menemukan kolom pengisian tujuan, eh tak tahunya karena kesalahanku belum menggeser halaman awal ke bawah, so nggak ketemu-ketemu kolom tujuannya yang tentunya nggak bisa orderlah.
Sebelum klik order ternyata ada estimasi tarifnya menuju Hotel Amaris Panglima Polim yaitu senilai Rp17ribu. Nah, sebelum kuklik order, iseng kubuka aplikasi Grab Bike, dan ternyata untuk tujuan yang sama tarifnya Rp15ribu, so lebih murah Grab Bike Rp2000. Tapi tetap saja kupilih GoJek karena niat awalnya mau nyobain GoJek, dan kalaupun aku naik Grab Bike juga nanti drivernya kubayar Rp20ribu nggak Rp15ribu, sama seperti yang kuberikan ke driver Gojek yang seharusnya kubayar Rp17ribu tapi kubayar Rp20ribu, ya tambah tips sedikit lah, hehe.... Ternyata bener apa yang diomongkan Pak Husain si driver Grab Bike dulu yang bilang kalau tarif Grab Bike lebih murah dari GoJek.
Keesokan paginya tanggal 22 Maret 2016 ketika ada demo besar-besaran sopir taksi di Jakarta, aku lagi-lagi pesan GoJek ke kawasan Purnawarman Kebayoran Baru. Si driver GoJek yang datang nggak pakai jaket ataupun helm GoJek karena riskan banyak demo sopir taksi.
Secara umum antara Grab Bike dan GoJek hampir sama pelayanannya, tapi yang kurasakan untuk aplikasinya menurutku lebih user friendly Grab Bike dibanding GoJek. Ayo GoJek jangan sampai kalah dengan aplikasi negeri jiran....!
Pengalaman Mencoba Grab Bike
"Ini saatnya mencoba Grab Bike!", pikirku saat itu. Iya saat sedang naik UBER abis keluar Tol JORR di pintu keluar Fatmawati, tepatnya di sekitaran CiTos, karena pagi itu macet banget, di kiri jalan kulihat Baliho iklan Grab Bike. Iklan yang benar-benar mencolok dengan promonya Gratis Naik Grab Bike untuk pengguna baru selama periode 14 - 20 Maret 2016. Wow, gratis vouchernya sampai nominal Rp50ribu, Luar Biasa promonya! Dengan memasukkan kode voucher COBAGRAB sebelum order, kita bisa naik Grab Bike Gratis!
Pertama kucoba saat mau ngambil STNK di dealer Vespa Serpong, tentunya sebelumnya kudownload dulu aplikasinya. Aku benar-benar baru pertama kali itu mencoba ojek online, bahkan Go-Jek yang fenomenal itupun belum pernah kucoba sama sekali. Begitu kubuka aplikasi GRAB dan kupilih menu Grab Bike, ada semacam notifikasi gratis 20x naik Grab Bike selama periode promosi 14-20 Maret 2016. Wow ternyata 20 kali, nggak cuma sekali doang. Langsunglah kumasukkan kode voucher COBAGRAB dan nggak sampai 1 menit sudah ada konfirmasi driver yang akan menjemputku.
Selama perjalanan menuju Dealer Vespa Serpong, aku berbincang dengan si driver bernama Pak Husain. Kira-kira dia baru sekitar 2 bulan jadi driver Grab Bike, dan menurutnya lumayan penghasilannya. Sebenarnya profesi sebagai driver Grab Bike bukan pekerjaan utamanya, dan hanya sebagai sampingan. Dia juga ngasih tahu kalau tarif Grab Bike lebih murah daripada GoJek, aku saat itu sih iya-iya saja, lha wong aku belum pernah juga naik GoJek, "jJka si Driver anggota GoJek ya mungkin bilang juga tarif Gojek lebih murah daripada Grab Bike!", pikirku saat itu, haha.....
Pak Husain memacu motornya dengan sangat hati-hati, setiap kali melewati garis kejut motor dipelankan sekali, dan nggak ngoyo banget.
"Pak, nanti bisa nggak ditunggu, palingan saya cuma 5-10 menit doang di dealer!", tanyaku.
"O Bisa Pak, nanti saya tunggu, tapi memang harus di selesaikan dulu, dan nanti bapak order lagi. Ya untung-untungan Pak, nanti kalau saya yang dapat ordernya ya rezeki saya, kalau nggak ya nggak papa, tapi biasanya dikasih order ke driver terdekat, kemungkinan besar saya nanti yang dapat", jawabnya.
Sesampainya di Dealer Vespa Serpong, sekitar 10 menit aku berada di dalam, dan Pak Husain menungguku di luar. Usai urusanku, langsung kuorder lagi dan Alhamdulillah Pak Husain dapat lagi orderanku, so aku nggak nunggu-nunggu lagi driver grab bike lainnya. Sesampainya di Kompleks kukasihlah tips Rp10ribu buat beli minuman, toh pak Husain sudah menungguku tadi, hehe.....
Kesimpulannya cukup puas percobaan pertama naik Grab Bike!
Pertama kucoba saat mau ngambil STNK di dealer Vespa Serpong, tentunya sebelumnya kudownload dulu aplikasinya. Aku benar-benar baru pertama kali itu mencoba ojek online, bahkan Go-Jek yang fenomenal itupun belum pernah kucoba sama sekali. Begitu kubuka aplikasi GRAB dan kupilih menu Grab Bike, ada semacam notifikasi gratis 20x naik Grab Bike selama periode promosi 14-20 Maret 2016. Wow ternyata 20 kali, nggak cuma sekali doang. Langsunglah kumasukkan kode voucher COBAGRAB dan nggak sampai 1 menit sudah ada konfirmasi driver yang akan menjemputku.
Selama perjalanan menuju Dealer Vespa Serpong, aku berbincang dengan si driver bernama Pak Husain. Kira-kira dia baru sekitar 2 bulan jadi driver Grab Bike, dan menurutnya lumayan penghasilannya. Sebenarnya profesi sebagai driver Grab Bike bukan pekerjaan utamanya, dan hanya sebagai sampingan. Dia juga ngasih tahu kalau tarif Grab Bike lebih murah daripada GoJek, aku saat itu sih iya-iya saja, lha wong aku belum pernah juga naik GoJek, "jJka si Driver anggota GoJek ya mungkin bilang juga tarif Gojek lebih murah daripada Grab Bike!", pikirku saat itu, haha.....
Pak Husain memacu motornya dengan sangat hati-hati, setiap kali melewati garis kejut motor dipelankan sekali, dan nggak ngoyo banget.
"Pak, nanti bisa nggak ditunggu, palingan saya cuma 5-10 menit doang di dealer!", tanyaku.
"O Bisa Pak, nanti saya tunggu, tapi memang harus di selesaikan dulu, dan nanti bapak order lagi. Ya untung-untungan Pak, nanti kalau saya yang dapat ordernya ya rezeki saya, kalau nggak ya nggak papa, tapi biasanya dikasih order ke driver terdekat, kemungkinan besar saya nanti yang dapat", jawabnya.
Sesampainya di Dealer Vespa Serpong, sekitar 10 menit aku berada di dalam, dan Pak Husain menungguku di luar. Usai urusanku, langsung kuorder lagi dan Alhamdulillah Pak Husain dapat lagi orderanku, so aku nggak nunggu-nunggu lagi driver grab bike lainnya. Sesampainya di Kompleks kukasihlah tips Rp10ribu buat beli minuman, toh pak Husain sudah menungguku tadi, hehe.....
Kesimpulannya cukup puas percobaan pertama naik Grab Bike!
Wednesday, March 30, 2016
Pengalaman Naik Uber Ketemu Sopir Newbie
Hampir tiga minggu di Jakarta aku benar-benar dimanjakan sama UBER. Gimana nggak, pergi ke kantorku di daerah Kebayoran Baru balik lagi ke rumahku di daerah Serua, Tangsel dengan jarak sekitar 30km, terasa nyaman dan tentunya nggak capek. Nah, kemarin hari minggu aku ada pengalaman unik dengan salah satu sopir UBER ketika aku mau balik ke Pontianak.
Minggu siang itu, abis dzuhur kupesanlah UBER dengan tujuan ke Bandara Cengkareng. Sempat muncul tarif tinggi UBER karena mungkin permintaan yang banyak, tapi kutunggu sekitar 3 menit tarifnya berubah normal. Agak lama aku mendapatkan UBER, dan akhirnya dapat juga, tapi kok estimasi kedatangan sopir UBER lebih dari 20 menit. "Ah nggak papa, malah aku bisa siap-siap dulu, nggak keburu-buru!", pikirku saat itu.
Penasaran berada dimana, kutelponlah si sopir UBER-nya, ternyata dia masih di daerah Bintaro Hill, Jalan Merpati Raya, kira-kira berjarak 3,5 km dari rumahku. Kutunggu-tunggu sampai jam 2 siang kok nggak datang-datang, padahal kulihat di aplikasi UBER, dia sudah masuk ke kompleksku, dan kemudian keberadaannya di layar iPad-ku hilang ting....! Kucoba telpon, tapi nggak nyambung-nyambung karena nggak aktif atau di luar jangkauan. Kucoba telpon terus akhirnya bisa dan ternyata benar dia sudah berada di depan kompleks dan memberitahuku kalau HP-nya error.
Lega juga rasanya, hampir aja aku pesan taksi konvensional karena rencananya take off jam 17.10 sore.
"Maaf Pak tadi HP saya ngedrop dan error, saya jadi bingung!", ujarnya.
"OK, nggak papa, kita langsung ke Bandara ya Mas Terminal 2F!", sahutku
Langsung lah kami jalan, tak beberapa keluar dari kompleks aku tanya ke si sopir,
"Mas, tahu jalan ke bandara ya yang nggak lewat tol?"
"Wah saya kurang tahu Pak!", jawabnya singkat
"Waduh, lha terus kalau nganter penumpang biasanya gimana?", tanyaku
"Ya saya lihat rute di HP saja Pak!"
"OK, silakan ikuti rute saja!"
Menjelang pintu tol BSD dia ngambil ke arah tol, nggak ambil lurus ke arah Kota Tangerang.
"O lewat tol ya mas?, tanyaku lagi
"O ini lewat tol ya Pak?", tanyanya balik
"Iya lewat tol, yo wis lewat tol aja, daripada susah-susah nyari njalan, ini kartu tol-nya!", sambil kusodorkan kartu indomaret yang sekaligus sebagai e-toll card (emoney Mandiri).
"Ini nggunainnya gimana Pak!", tanyanya lagi
"Whatttss.... mosok nggak tahu, mosok nggak pernah sekalipun masuk ke gerbang tol otomatis? Itu lho mas gerbang tol yang warnanya kuning oranye ada tulisannya GTO!", jelasku agak gregetan.
"Iya Pak sekalipun saya belum pernah lewat pintu tol yang pakai kartu!", jawabnya.
"Oalah kok bisa ya orang kayak gini jadi sopir UBER, nekat banget nih orang, untung orangnya ramah, kalau nggak udah kuomelin tuh orang!", pikirku saat itu.
Sampai di GTO Pondok Ranji, kuminta dia untuk menempelkan kartu di alat pembaca kartu tol sampai terbuka portalnya. Percobaan pertama ternyata lancar. Selama perjalanan aku lihat google maps sambil sesekali mengingatkan dia untuk siap-siap ambil arah kiri atau kanan dan selalu waspada dengan papan penunjuk arah. Waduh,...... Biasanya aku bisa tidur nyenyak, malah ini kayak jadi navigator.
Sesampainya di kawasan Bandara dia nanya lagi di mana letak Terminal 2
"Udah mas diikuti saja papan-papan penunjuk arahnya tuh, nanti kalau di keberangkatan itu yang lantai dua, naik flyover", jawabku.
Akhirnya sampai juga aku di bandara, kukasih lah tips Rp20ribu buat dia. Dari rumahku ke bandara eh cuma 75 ribu padahal seharusnya lebih dari itu, setelah kulihat histori jalurnya ternyata agak ngaco, lebih pendek alias motong jalur, mungkin karena HP-nya yang lagi error, kasihan juga masnya. Selama di perjalanan selain sebagai 'navigator, aku juga nanya-nanya tentang dia. Dia sebelumnya bekerja sebagai bartender di salah satu Hotel di Kemang, dan karena menikah dengan teman yang berkerja dalam satu hotel yang sama, diharuskan salah satu resign, dan dia yang milih resign. Dia pun katanya baru sekitar semingguan nyoba jadi soir UBER, itupun diajak kerjasama dengan temannya yang punya mobil. Dia juga jujur nekad menjalani profesi ini karena belum hafal jalanan ibukota. tapi salud aku dengan kenekatannya meskipun agak merepotkanku, coba bayangkan kalau penumpangnya nggak tahu jalan juga atau gagap teknologi google maps, haha.....
Ok, ternyata memang UBER selain memberikan kemudahan bagi para penumpangnya, juga memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
Pengalamanku naik UBER selama ini cukup nyaman, dan aku merekomendasikan bagi teman-teman yang belum pernah mencobanya. Untuk bisa dapat voucher Rp75ribu bagi yang mau pertama kali nyoba UBER download aplikasinya di https://www.uber.com/invite/8vywygh8ue atau masukkan kode promo 8vywygh8ue di menu promotion UBER.
Selamat Mencoba!
Minggu siang itu, abis dzuhur kupesanlah UBER dengan tujuan ke Bandara Cengkareng. Sempat muncul tarif tinggi UBER karena mungkin permintaan yang banyak, tapi kutunggu sekitar 3 menit tarifnya berubah normal. Agak lama aku mendapatkan UBER, dan akhirnya dapat juga, tapi kok estimasi kedatangan sopir UBER lebih dari 20 menit. "Ah nggak papa, malah aku bisa siap-siap dulu, nggak keburu-buru!", pikirku saat itu.
Penasaran berada dimana, kutelponlah si sopir UBER-nya, ternyata dia masih di daerah Bintaro Hill, Jalan Merpati Raya, kira-kira berjarak 3,5 km dari rumahku. Kutunggu-tunggu sampai jam 2 siang kok nggak datang-datang, padahal kulihat di aplikasi UBER, dia sudah masuk ke kompleksku, dan kemudian keberadaannya di layar iPad-ku hilang ting....! Kucoba telpon, tapi nggak nyambung-nyambung karena nggak aktif atau di luar jangkauan. Kucoba telpon terus akhirnya bisa dan ternyata benar dia sudah berada di depan kompleks dan memberitahuku kalau HP-nya error.
Lega juga rasanya, hampir aja aku pesan taksi konvensional karena rencananya take off jam 17.10 sore.
"Maaf Pak tadi HP saya ngedrop dan error, saya jadi bingung!", ujarnya.
"OK, nggak papa, kita langsung ke Bandara ya Mas Terminal 2F!", sahutku
Langsung lah kami jalan, tak beberapa keluar dari kompleks aku tanya ke si sopir,
"Mas, tahu jalan ke bandara ya yang nggak lewat tol?"
"Wah saya kurang tahu Pak!", jawabnya singkat
"Waduh, lha terus kalau nganter penumpang biasanya gimana?", tanyaku
"Ya saya lihat rute di HP saja Pak!"
"OK, silakan ikuti rute saja!"
Menjelang pintu tol BSD dia ngambil ke arah tol, nggak ambil lurus ke arah Kota Tangerang.
"O lewat tol ya mas?, tanyaku lagi
"O ini lewat tol ya Pak?", tanyanya balik
"Iya lewat tol, yo wis lewat tol aja, daripada susah-susah nyari njalan, ini kartu tol-nya!", sambil kusodorkan kartu indomaret yang sekaligus sebagai e-toll card (emoney Mandiri).
"Ini nggunainnya gimana Pak!", tanyanya lagi
"Whatttss.... mosok nggak tahu, mosok nggak pernah sekalipun masuk ke gerbang tol otomatis? Itu lho mas gerbang tol yang warnanya kuning oranye ada tulisannya GTO!", jelasku agak gregetan.
"Iya Pak sekalipun saya belum pernah lewat pintu tol yang pakai kartu!", jawabnya.
"Oalah kok bisa ya orang kayak gini jadi sopir UBER, nekat banget nih orang, untung orangnya ramah, kalau nggak udah kuomelin tuh orang!", pikirku saat itu.
Sampai di GTO Pondok Ranji, kuminta dia untuk menempelkan kartu di alat pembaca kartu tol sampai terbuka portalnya. Percobaan pertama ternyata lancar. Selama perjalanan aku lihat google maps sambil sesekali mengingatkan dia untuk siap-siap ambil arah kiri atau kanan dan selalu waspada dengan papan penunjuk arah. Waduh,...... Biasanya aku bisa tidur nyenyak, malah ini kayak jadi navigator.
Sesampainya di kawasan Bandara dia nanya lagi di mana letak Terminal 2
"Udah mas diikuti saja papan-papan penunjuk arahnya tuh, nanti kalau di keberangkatan itu yang lantai dua, naik flyover", jawabku.
Akhirnya sampai juga aku di bandara, kukasih lah tips Rp20ribu buat dia. Dari rumahku ke bandara eh cuma 75 ribu padahal seharusnya lebih dari itu, setelah kulihat histori jalurnya ternyata agak ngaco, lebih pendek alias motong jalur, mungkin karena HP-nya yang lagi error, kasihan juga masnya. Selama di perjalanan selain sebagai 'navigator, aku juga nanya-nanya tentang dia. Dia sebelumnya bekerja sebagai bartender di salah satu Hotel di Kemang, dan karena menikah dengan teman yang berkerja dalam satu hotel yang sama, diharuskan salah satu resign, dan dia yang milih resign. Dia pun katanya baru sekitar semingguan nyoba jadi soir UBER, itupun diajak kerjasama dengan temannya yang punya mobil. Dia juga jujur nekad menjalani profesi ini karena belum hafal jalanan ibukota. tapi salud aku dengan kenekatannya meskipun agak merepotkanku, coba bayangkan kalau penumpangnya nggak tahu jalan juga atau gagap teknologi google maps, haha.....
Ok, ternyata memang UBER selain memberikan kemudahan bagi para penumpangnya, juga memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
Pengalamanku naik UBER selama ini cukup nyaman, dan aku merekomendasikan bagi teman-teman yang belum pernah mencobanya. Untuk bisa dapat voucher Rp75ribu bagi yang mau pertama kali nyoba UBER download aplikasinya di https://www.uber.com/invite/8vywygh8ue atau masukkan kode promo 8vywygh8ue di menu promotion UBER.
Selamat Mencoba!
Cara Mendapatkan Kursi di Pintu Darurat Pesawat Garuda Indonesia
Setiap kali aku naik pesawat, aku punya tempat favorit duduk yaitu di kursi di pintu darurat khususnya di samping jendela. Bukannya malah kesannya menakutkan? Nggak bagiku, malah menyenangkan karena kakiku yang panjang ini bisa selonjor bebas ke depan.
Aku biasanya check in melalui fasilitas web check in Garuda di websitenya, nah kan bisa milih kursi tuh, tapi setiap kali check ini pasti slot di kursi darurat tandanya silang yang berarti sudah terisi. Tapi ternyata tanda silang itu bukan menunjukkan keterisian melainkan memang dikosongkan untuk check in secara online, yang berarti kita tidak bakal bisa memilih pintu darurat jika check in secara online.
Mengapa hal itu dilakukan? Ya lagi-lagi karena urusan safety, jadi yang menentukan penumpang di pintu darurat haruslah petugas counter check in di bandara dengan pertimbangan bisa melihat secara fisik langsung siapa nanti calon penumpang yang akan duduk di kursi darurat yang harus memenuhi kualifikasi tertentu seperti cukup dewasa dan sehat secara fisik. Coba bayangkan kalau yang duduk di kursi darurat adalah seorang anak-anak, bisa-bisa dia main-main dengan gagang pintu darurat dan tidak sengaja membukanya, bisa berabe ntar.... atau penyandang disabilitas yang sekiranya kesulitan jika bergerak cepat dan membuka pintu darurat.
OK, so bagaimana caranya agar dapat duduk di kursi pintu darurat tapi ingin tetap web check in dengan alasan agar tenang tidak terburu-buru mengejar waktu check in di bandara? Kalau aku sih tetap saja melakukan web check in dan memilih kursi sembarang yang sekiranya masih kosong sesuai preferensiku, nah saat aku di bandara langsung saja menuju ke counter check in, dan bilang saja sudah web check in dan kita ingin pindah di kursi darurat. Biasanya kita diizinkan jika memang memenuhi kriteria fisik penumpang yang bisa duduk di pintu darurat. DI Boarding pass kita juga akan tertera keterangan special request.
Meskipun secara ruang kaki (leg space)-nya luas, ada beberapa kekurangan jika kita duduk di pintu darurat:
- Kita tidak bisa menaruh barang bawaan di bawah kaki, karena dianggap bisa menghalangi jalan ketika suatu keadaan darurat terjadi, so kita wajib memangkunya atau ditaruh di bagasi kabin.
- Ketika makanan berat dibagikan, biasanya penumpang yang duduk di pintu darurat akan mendapatkan makanan paling akhir alias lama menunggu. Coba kalau pas lagi laper banget, ngiler tuh liat penumpang di depan sudah makan duluan. Untungnya biasanya aku ke lounge 'gratisan' dulu sebelum boarding, so nggak laper-laper banget, hehe....
- Jika penumpang lainnya meja makannya ada di sandaran belakang kursi di depannya, maka di pintu darurat meja makan itu dikunci, jadi sebagai gantinya, ada meja makan lipat yang terselip di sandaran tangan di kursi, yang agak ribet kita membukanya apalagi jika penumpang sebelah kita badannya besar, harus permisi-permisi dulu.....
Tapi kekurangan-kekurangan itu nggak masalah bagiku, senyampang ruang kakinya luas, hehe....
Tuesday, March 29, 2016
Pengalaman Menginap di Hotel Amaris Panglima Polim Blok M
Setelah dua hari menginap di Fave Hotel Melawai Blok M, akhirnya senin pekan lalu aku mencoba menginap di Hotel Amaris Panglima Polim Blok M. Kesan pertama begitu aku masuk di lobby-nya adalah simple. Kebetulan aku pesan kamar standar dengan twin bed, tapi berhubung temanku tidak jadi ikut menginap kuminta diubah menjadi kamar standar single bed.
Aku diberi kunci kamar 101. Begitu aku mau membuka pintu, aku surprise dengan bentuk kuncinya yang berupa kartu bolong-bolong yang baru pertama kali itu aku liat. Biasanya yang pernah kulihat adalah kunci berbentuk kartu magnetik ataupun RFID. Ternyata setelah kugoogling itu jenis kunci kartu manual yang memang ada lubang-lubang uniknya, jadi ingat zaman telepon kartu, haha....
Begitu masuk kamar, ternyata kamarnya lebih sempit daripada kamar di Fave Hotel. Cukup minimalis. Ternyata kamarku terletak di samping tangga darurat yang berada di balik jendelaku. Wah nggak asik banget pemandangannya.....! tapi lumayan lah spring bednya ukuran queen, so masih bisa guling sana-sini tanpa khawatir terjatuh.
Kamar mandinya juga cukup sempit dengan dilengkapi closet dan shower saja, sedangkan wastafel berada di luar kamar mandi. Untuk springbed-nya aku lupa mereknya apa tapi cukup nyaman lah. Tidak tersedia teko pemanas, namun disediakan dispenser di luar kamar yang entah aku tidak memperhatikan berada dimana (keberadaan dispenser itu kata temanku yang pernah menginap di amaris).
Saatnya breakfast keesokan harinya. Menurutku makanannya sedikit lebih komplit daripada di Fave Hotel. Ada omelet-nya, dan masakannya juga cukup enak meskipun secara variasi kurang. Ruang makannya jauh lebih kecil daripada di Fave Hotel.
Untuk parkirannya meskipun sempit hanya berada di depan hotel, yang pasti tidak ditarik biaya parkir , berbeda dengan apa yang terjadi di Fave Hotel. Oiya, Amaris ini merupakan hotel jaringan Santika khusus hotel kelas budget. Tapi tarif hotel di Blok M memang terkenal nggak 'budget' alias mahal untuk fasilitas sekelas bintang dua.Oiya, letak Hotel Amaris Pangloma POlim ini berada di dekat Ujung Blok M Plaza arah ke Fatmawati.
Aku diberi kunci kamar 101. Begitu aku mau membuka pintu, aku surprise dengan bentuk kuncinya yang berupa kartu bolong-bolong yang baru pertama kali itu aku liat. Biasanya yang pernah kulihat adalah kunci berbentuk kartu magnetik ataupun RFID. Ternyata setelah kugoogling itu jenis kunci kartu manual yang memang ada lubang-lubang uniknya, jadi ingat zaman telepon kartu, haha....
Begitu masuk kamar, ternyata kamarnya lebih sempit daripada kamar di Fave Hotel. Cukup minimalis. Ternyata kamarku terletak di samping tangga darurat yang berada di balik jendelaku. Wah nggak asik banget pemandangannya.....! tapi lumayan lah spring bednya ukuran queen, so masih bisa guling sana-sini tanpa khawatir terjatuh.
Kamar mandinya juga cukup sempit dengan dilengkapi closet dan shower saja, sedangkan wastafel berada di luar kamar mandi. Untuk springbed-nya aku lupa mereknya apa tapi cukup nyaman lah. Tidak tersedia teko pemanas, namun disediakan dispenser di luar kamar yang entah aku tidak memperhatikan berada dimana (keberadaan dispenser itu kata temanku yang pernah menginap di amaris).
Saatnya breakfast keesokan harinya. Menurutku makanannya sedikit lebih komplit daripada di Fave Hotel. Ada omelet-nya, dan masakannya juga cukup enak meskipun secara variasi kurang. Ruang makannya jauh lebih kecil daripada di Fave Hotel.
Untuk parkirannya meskipun sempit hanya berada di depan hotel, yang pasti tidak ditarik biaya parkir , berbeda dengan apa yang terjadi di Fave Hotel. Oiya, Amaris ini merupakan hotel jaringan Santika khusus hotel kelas budget. Tapi tarif hotel di Blok M memang terkenal nggak 'budget' alias mahal untuk fasilitas sekelas bintang dua.Oiya, letak Hotel Amaris Pangloma POlim ini berada di dekat Ujung Blok M Plaza arah ke Fatmawati.
Saturday, March 19, 2016
Pengalaman Menginap di Fave Hotel Melawai Blok M
Hotel di kawasan Blok M terkenal agak mahal-mahal untuk ukuran hotel bintang 2 atau 3. KEbetulan hari hari senin dan selasa lalu aku menginap di Fave Hotel Melawai Blok M. Mengapa aku memilihnya, karena lokasinya berhadapan dengan Blok M Square, pusat perbelanjaan kelas menengah bawah yang lumayan lengkap di Blok M, so kalau mau nyari makan cukup mudah. Lokasinya juga dekat dengan tempat acaraku.
Aku beli voucher hotel di pegipegi.com karena lebih murah dari publish rate resmi hotelnya. Fave Hotel Melawai yang masih satu manajemen dengan Aston Group ini merupakan hotel budget bintang 2, tapi jangan ditanya, ternyata tarifnya kayak tarif bintang tiga bahkan empat. Untuk kamar standarnya saja tarifnya saat itu lebih dari Rp600ribu.
Aku pesan kamar standar dengan twin bed karena aku mengajak teman kantor untuk menemaniku menginap. Nah betapa terkejutnya aku, ternyata springbed-nya kecil banget ukuran 100x200 yang menurutku terlalu kecil untuk orang dewasa, standar twin bed di hotel-hotel yang pernah kusinggahi ya 120x200. Tapi kualitas springbed lumayan juga sih, mereknya SERTA yang menurutku sudah cukup bagus hampir setara King Koil. Kamarnya kira-kira cuma sekitar 17 m2 dengan penataan yang memberikan kesan lapang, sehingga masih ada cukup tempat untuk tempat sholat.
Kebetulan aku dapat kamar di lantai 5 yang langsung menghadap blok M Square dan kawasan Blok M, sehingga dari segi view-nya cukup bagus. Namun yang kusayangkan jendelanya dapat dibuka dengan mudah, sehingga cukup membahayakan jika yang menginap adalah keluarga dengan anak-anak kecil.
AC yang ada di kamar bukan berupa AC Sentral melaikan AC Split yang suaranya cukup berisik sepanjang malam, tapi tetap saja aku bisa tidur karena capek banget, hehe.....
Untuk kamar mandinya cukup luas. dengan air panas yang lancar. Saat mau mandi aku sempat mencari-cari keberadaan shampo, dan tidak ketemu-ketemu, kuminta temanku untuk menghubungi room service, ternyata shamponya jadi satu dengan sabun cair, two in one, haha...... Di kamar mandi juga tersedia dua botol air mineral ukuran kecil, entah bermerek apa namanya, aku lupa.
Salah satu competitive advantage dari pelayanan sebuah hotel yang paling memberikan kesan kepada para tamu hotel adalah menu makan paginya. Dan ternyata eng ing eng..... tidak memuaskan sama sekali menu makan paginya. Sangat irit sekali dalam menyajikan menu makanan. Ok lah hotel budget, tapi tarifmu kan nggak budget hai fave hotel.... kamu menang lokasi saja. Mengenaskan lah, kayak menu makan sebuah guest house 200ribuan saja. Alih-alih jus jeruk yang disajikan, ternyata cuma sirup jenis orson, arghhh......
Jujur aku nggak merekomendasikan untuk menginap di fave hotel melawai, kecuali jika kamu memang pengen dekat pusat perbelanjaan. Fave cuma menang di lokasi yang sangat strategis, dekat pusat perbelanjaan dan bisnis. Sesuatu yang membuatku sangat jengkel adalah ketiadaan free parking-nya. Masak sudah bayar mahal-mahal harus bayar parkir sesuai tarif parkir area blok M square yang kebetulan saat itu aku naik motor sama temanku dengan tarif Rp2000/jam, so kalikan saja semalam habis berapa, atau bisa juga membeli voucher parkir Rp25ribu ke hotel Fave untuk sekali keluar kompleks Blok M Square tidak terbatas waktu. Kenapa Fave nggak menggratiskan saja tarif parkir untuk para tamu hotelnya, malah disuruh beli, ngaco nih manajemen hotelnya, nggak mau memanjakan tamunya sedikitpun. Kata mbak-mbak resepsionis hotel Fave sih, pengelola parkir Blok M Square nggak mau kerja sama sengan Hotel Fave, tapi meskipun nggak mau kerja sama, berilah frevoucher 25ribu setiap hari untuk tamu hotelnya, apa ruginya sih dibandingkan dengan tarif hotelnya yang sudah mahal.
Semoga jika ada manajemen Fave Hotel yang membaca tulisanku ini, bisa menjadi bahan perbaikan ke depannya.
Aku beli voucher hotel di pegipegi.com karena lebih murah dari publish rate resmi hotelnya. Fave Hotel Melawai yang masih satu manajemen dengan Aston Group ini merupakan hotel budget bintang 2, tapi jangan ditanya, ternyata tarifnya kayak tarif bintang tiga bahkan empat. Untuk kamar standarnya saja tarifnya saat itu lebih dari Rp600ribu.
Aku pesan kamar standar dengan twin bed karena aku mengajak teman kantor untuk menemaniku menginap. Nah betapa terkejutnya aku, ternyata springbed-nya kecil banget ukuran 100x200 yang menurutku terlalu kecil untuk orang dewasa, standar twin bed di hotel-hotel yang pernah kusinggahi ya 120x200. Tapi kualitas springbed lumayan juga sih, mereknya SERTA yang menurutku sudah cukup bagus hampir setara King Koil. Kamarnya kira-kira cuma sekitar 17 m2 dengan penataan yang memberikan kesan lapang, sehingga masih ada cukup tempat untuk tempat sholat.
Kebetulan aku dapat kamar di lantai 5 yang langsung menghadap blok M Square dan kawasan Blok M, sehingga dari segi view-nya cukup bagus. Namun yang kusayangkan jendelanya dapat dibuka dengan mudah, sehingga cukup membahayakan jika yang menginap adalah keluarga dengan anak-anak kecil.
AC yang ada di kamar bukan berupa AC Sentral melaikan AC Split yang suaranya cukup berisik sepanjang malam, tapi tetap saja aku bisa tidur karena capek banget, hehe.....
Untuk kamar mandinya cukup luas. dengan air panas yang lancar. Saat mau mandi aku sempat mencari-cari keberadaan shampo, dan tidak ketemu-ketemu, kuminta temanku untuk menghubungi room service, ternyata shamponya jadi satu dengan sabun cair, two in one, haha...... Di kamar mandi juga tersedia dua botol air mineral ukuran kecil, entah bermerek apa namanya, aku lupa.
Salah satu competitive advantage dari pelayanan sebuah hotel yang paling memberikan kesan kepada para tamu hotel adalah menu makan paginya. Dan ternyata eng ing eng..... tidak memuaskan sama sekali menu makan paginya. Sangat irit sekali dalam menyajikan menu makanan. Ok lah hotel budget, tapi tarifmu kan nggak budget hai fave hotel.... kamu menang lokasi saja. Mengenaskan lah, kayak menu makan sebuah guest house 200ribuan saja. Alih-alih jus jeruk yang disajikan, ternyata cuma sirup jenis orson, arghhh......
Jujur aku nggak merekomendasikan untuk menginap di fave hotel melawai, kecuali jika kamu memang pengen dekat pusat perbelanjaan. Fave cuma menang di lokasi yang sangat strategis, dekat pusat perbelanjaan dan bisnis. Sesuatu yang membuatku sangat jengkel adalah ketiadaan free parking-nya. Masak sudah bayar mahal-mahal harus bayar parkir sesuai tarif parkir area blok M square yang kebetulan saat itu aku naik motor sama temanku dengan tarif Rp2000/jam, so kalikan saja semalam habis berapa, atau bisa juga membeli voucher parkir Rp25ribu ke hotel Fave untuk sekali keluar kompleks Blok M Square tidak terbatas waktu. Kenapa Fave nggak menggratiskan saja tarif parkir untuk para tamu hotelnya, malah disuruh beli, ngaco nih manajemen hotelnya, nggak mau memanjakan tamunya sedikitpun. Kata mbak-mbak resepsionis hotel Fave sih, pengelola parkir Blok M Square nggak mau kerja sama sengan Hotel Fave, tapi meskipun nggak mau kerja sama, berilah frevoucher 25ribu setiap hari untuk tamu hotelnya, apa ruginya sih dibandingkan dengan tarif hotelnya yang sudah mahal.
Semoga jika ada manajemen Fave Hotel yang membaca tulisanku ini, bisa menjadi bahan perbaikan ke depannya.
Pengalaman Naik UBER saat Jam Berangkat Kantor
"Waduh, sudah jam enam lebih kok belum juga dapat UBER ya, wah bisa-bisa terlambat nih!", pikirku saat itu. Iya ternyata pesan UBER saat jam-jam berangkat kantor agak susah juga ya. Memang sebelumnya aku pernah pesan UBER sekitar jam 05.50 bisa langsung dapat, eh ternyata lain waktu berikutnya tidak semudah saat itu.Kesuitan mencari Uber bukan karena ada semacam tarif tinggi seperti halnya saat jam pulang kantor, atau jam-jam sibuk lainnya, melainkan ketiadaan mobil UBER.
Hari Senin lalu aku pesan UBER dari sekitar jam setengah 6 sampai jam 6 lebih nggak dapat-dapat juga. Seringkali status di aplikasinya NO Cars Available. Tapi akhirnya dapat juga, dan senangnya tarifnya masih normal. Hiks!
Tapi perjalananku pagi itu terasa lama banget karena terkena macet di perempatan Fatmawati, untungnya di flyover JLNT Antasari lancar jaya, so akhirnya nyampai kantor sekitar pukul 8 pagi, hampir saja terlambat, hehe....
Memang di daerah tempat tinggalku di sekitar BSD yang tergolong jauh dari ibukota, banyak pekerja yang memanfaatkan UBER pada pagi hari untuk berangkat kerja, daripada capek-capek nyetir mobil sendiri bermacet-macet ria. So sebaiknya kita pesan lebih awal agar bisa mendapatkan mobil UBER secepatnya, atau kita bisa menghubungi driver UBER yang sudah kita kenal atau menjadi langganan kita untuk menjemput kita, dan baru menghidupkan aplikasinya ketika sudah di rumah kita agar dapat orderannya.
UBER memang sagat membantu.....!
Oiya buat kamu yang mau nyoba UBER untuk pertama kalinya dapatkan voucher gratis Rp75ribu dengan cara mengunduh aplikasinya di https://www.uber.com/invite/8vywygh8ue atau masukkan kode voucher promo 8vywygh8ue
Hari Senin lalu aku pesan UBER dari sekitar jam setengah 6 sampai jam 6 lebih nggak dapat-dapat juga. Seringkali status di aplikasinya NO Cars Available. Tapi akhirnya dapat juga, dan senangnya tarifnya masih normal. Hiks!
Tapi perjalananku pagi itu terasa lama banget karena terkena macet di perempatan Fatmawati, untungnya di flyover JLNT Antasari lancar jaya, so akhirnya nyampai kantor sekitar pukul 8 pagi, hampir saja terlambat, hehe....
Memang di daerah tempat tinggalku di sekitar BSD yang tergolong jauh dari ibukota, banyak pekerja yang memanfaatkan UBER pada pagi hari untuk berangkat kerja, daripada capek-capek nyetir mobil sendiri bermacet-macet ria. So sebaiknya kita pesan lebih awal agar bisa mendapatkan mobil UBER secepatnya, atau kita bisa menghubungi driver UBER yang sudah kita kenal atau menjadi langganan kita untuk menjemput kita, dan baru menghidupkan aplikasinya ketika sudah di rumah kita agar dapat orderannya.
UBER memang sagat membantu.....!
Oiya buat kamu yang mau nyoba UBER untuk pertama kalinya dapatkan voucher gratis Rp75ribu dengan cara mengunduh aplikasinya di https://www.uber.com/invite/8vywygh8ue atau masukkan kode voucher promo 8vywygh8ue
Pengalaman Naik UBER saat Jam Sibuk Pulang Kantor
Ternyata nyari UBER saat jam-jam sibuk terutama saat pulang kantor susah-susah gampang. Susahnya tarifnya naik berkali-kali lipat dari tarif normal, gampangnya ya jika kita setuju dengan tarif tinggi ya gampang dapat mobil UBER.
Memang UBER menggunakan kebijakan ini agar si sopir mendapatkan penghasilan lebih karena biasanya menghadapi kemacetan, dan penumpang pun yang mau membayar lebih bisa lebih mudah mendapatkan mobil UBER. Kenaikan harga UBER berkali-kali lipat ini kualami kemarin hari Rabu. Saat itu aku pulang pukul 5 sore, langsung lah aku pesan UBER dengan tujuan ke rumahku di Tangsel dari kantorku di kawasan Kebayoran Baru. Betapa terkejutnya aku ketika kubuka ternyata tarif saat itu 2 kali lipat dari normal. Kutunggulah beberapa saat agar tarifnya turun. Biasanya memang tarif UBER terupdate dalam rentang waktu sekitar 5 menit.
Lima menit sudah berlalu, kubuka lagi aplikasi UBER dan membuatku lebih terperangah, tarifnya naik menjadi lebih dari 2 kali lipat. Kutunggu lagi, akhirnya tarifnya turun menjadi 1,6x lipat, dan kutunggu lagi akhirnya turun lagi jadi 1,4x lipat. Bermaksud pengen menunggu menjadi 1,2x lipat, eh malah tarif berikutnya langsung loncat jadi 2 x lipat, terus menjad ouncaknya 2,7x lipat, Oh No..... mengapa tadi nggak langsung kuorder saat tarifnya 1,4x lipat. Sampai azan maghrib, yang berarti sudah sekitar satu jam aku ngubek-ubek aplikasi UBER, masih saja tinggi tarifnya, akhirnya kuputuskan untuk maghriban dulu di masjid kantor, kali aja habis maghrib tarifnya terjun bebas karena doaku dikabulkan Allah, hehe.....
Eh bener juga lho, abis maghriban kubuka lagi aplikasi UBER tarifnya telah turun jadi 1,5x lipat, langsung saja kuorder daripada nanti naik lagi seperti sebelumnya. Lega juga akhirnya aku dapat mobil UBER dan bisa pulang ke rumah meskipun tarifnya lebih mahal dari tarif normal, toh masih lebih murah jika aku harus naik taksi, hehe.....
So saranku jika saat jam sibuk pulang kantor tapi kamu tidak terburu-buru, lebih baik nunggu dulu tarifnya turun ketinggi lagi tinggi-tingginya, kalau menurutku ya kalau tarifnya masih 1,5x lipat ya diambil saja toh masih lebih murah dari taksi biasa.
Memang UBER menggunakan kebijakan ini agar si sopir mendapatkan penghasilan lebih karena biasanya menghadapi kemacetan, dan penumpang pun yang mau membayar lebih bisa lebih mudah mendapatkan mobil UBER. Kenaikan harga UBER berkali-kali lipat ini kualami kemarin hari Rabu. Saat itu aku pulang pukul 5 sore, langsung lah aku pesan UBER dengan tujuan ke rumahku di Tangsel dari kantorku di kawasan Kebayoran Baru. Betapa terkejutnya aku ketika kubuka ternyata tarif saat itu 2 kali lipat dari normal. Kutunggulah beberapa saat agar tarifnya turun. Biasanya memang tarif UBER terupdate dalam rentang waktu sekitar 5 menit.
Lima menit sudah berlalu, kubuka lagi aplikasi UBER dan membuatku lebih terperangah, tarifnya naik menjadi lebih dari 2 kali lipat. Kutunggu lagi, akhirnya tarifnya turun menjadi 1,6x lipat, dan kutunggu lagi akhirnya turun lagi jadi 1,4x lipat. Bermaksud pengen menunggu menjadi 1,2x lipat, eh malah tarif berikutnya langsung loncat jadi 2 x lipat, terus menjad ouncaknya 2,7x lipat, Oh No..... mengapa tadi nggak langsung kuorder saat tarifnya 1,4x lipat. Sampai azan maghrib, yang berarti sudah sekitar satu jam aku ngubek-ubek aplikasi UBER, masih saja tinggi tarifnya, akhirnya kuputuskan untuk maghriban dulu di masjid kantor, kali aja habis maghrib tarifnya terjun bebas karena doaku dikabulkan Allah, hehe.....
Eh bener juga lho, abis maghriban kubuka lagi aplikasi UBER tarifnya telah turun jadi 1,5x lipat, langsung saja kuorder daripada nanti naik lagi seperti sebelumnya. Lega juga akhirnya aku dapat mobil UBER dan bisa pulang ke rumah meskipun tarifnya lebih mahal dari tarif normal, toh masih lebih murah jika aku harus naik taksi, hehe.....
So saranku jika saat jam sibuk pulang kantor tapi kamu tidak terburu-buru, lebih baik nunggu dulu tarifnya turun ketinggi lagi tinggi-tingginya, kalau menurutku ya kalau tarifnya masih 1,5x lipat ya diambil saja toh masih lebih murah dari taksi biasa.
Pro Kontra UBER dan GRAB
Tahun 90-an atau bahkan tahun 2000-an tak pernah seorang pun berpikir kalau perusahaan taksi akan mendapatkan pesaing sengit. Ya, adanya aplikasi 'taksi' online saat ini yaitu UBER yang telah mendunia ataupun GRAB si aplikasi taksi online dari negeri jiran Malaysia, telah membuat kalang kabut para pengusaha taksi di Tanah Air, terutama si Burung Biru yang menjadi raja taksi negeri ini.
Awal pekan ini ada demo besar-besaran sopir taksi di Jakarta agar pemerintah memblokir aplikasi UBER ataupun GRAB. Dalih yang selama ini berulangkali di ungkapkanoleh UBER adalah mereka bukan perusahaan taksi melainkan perusahaan teknologi aplikasi yang berpartner dengan rental mobil, so mereka tetap menganggap nggak melanggar undang-undang. Nah, apapun dalil kedua belah pihak, menurut saya sebagai konsumen, siapa yang memberikan keuntungan paling banyak kepada konsumen alias harganya lebih murah dan nyaman ya itulah yang akan dipilih oleh penumpang.
Zaman udah berubah bro.... perusahaan taksi harus tahu kondisi ini, perubahan itu pasti, zona nyaman dengan keuntungan besar selama berpuluh-puluh tahun sudah saatnya berubah. Bahkan Undang-undang yang mengatur keberadaan angkutan umum pun sudah selayaknya untuk ditinjau kembali, toh gunanya undang-undang kan seharusnya bisa memberikan manfaat lebih banyak kepada masayarakat umum, dan terbukti aplikasi semacam UBER itu memberikan manfaat besar bagi masyarakat pengguna transportasi umum.
Ini bukan masalah sekedar aplikasi yang memudahkan dalam pemesanan tapi yang paling besar berpengaruh terhadap suksesnya UBER dan sejenisna adalah soal tarifnya yang jauh lebih murah daripada taksi biasa. Ya jelaslah masyarakat kita yang sebagian besar masih kalangan price sensitive akhirnya memilih UBER. Berarti hal ini bisa menjadi koreksi bagi perusahaan taksi yang mana ternyata tarif mereka ternyata tergolong mahal, yang mana ada andil pemerintah dalam penentuan tarif taksi tersebut.
Sejak akhir tahun lalu aku sering menggunakan aplikasi UBER dan dari hasil ngobrolku dengan beberapa sopirnya, mereka bisa mendapatkan pendapatan yang jauh lebih murah daripada jika jadi pengemudi taksi, lagi-lagi ya karena tarif UBER yang murah sehingga frekuensi order pun juga semakin banyak. Terbukti dengan tarif murah UBER saat ini, para drivernya malah mampu meraih pendapatan yang jauh lebih banak daripada sopir taksi konvensional, dalam hal ini jelas terbukti bahwa tarif taksi saat ini MAHAL!
Gimana nggak mahal, dari rumahku saja ke Bandara jika naik taksi biasa sekitar Rp170-190rb, kalau aku naik UBER hanya sekitar Rp100-120rb. Signifikan kan perbedaannya.....
So, jika para perusahaan taksi masih pengen eksis di zaman internet ini, harus mau merubah proses bisnisnya, kalau nggak mau dan tetap resisten ya siap-siap saja gulung tikar dan hanya menjadi sejarah......
Awal pekan ini ada demo besar-besaran sopir taksi di Jakarta agar pemerintah memblokir aplikasi UBER ataupun GRAB. Dalih yang selama ini berulangkali di ungkapkanoleh UBER adalah mereka bukan perusahaan taksi melainkan perusahaan teknologi aplikasi yang berpartner dengan rental mobil, so mereka tetap menganggap nggak melanggar undang-undang. Nah, apapun dalil kedua belah pihak, menurut saya sebagai konsumen, siapa yang memberikan keuntungan paling banyak kepada konsumen alias harganya lebih murah dan nyaman ya itulah yang akan dipilih oleh penumpang.
Zaman udah berubah bro.... perusahaan taksi harus tahu kondisi ini, perubahan itu pasti, zona nyaman dengan keuntungan besar selama berpuluh-puluh tahun sudah saatnya berubah. Bahkan Undang-undang yang mengatur keberadaan angkutan umum pun sudah selayaknya untuk ditinjau kembali, toh gunanya undang-undang kan seharusnya bisa memberikan manfaat lebih banyak kepada masayarakat umum, dan terbukti aplikasi semacam UBER itu memberikan manfaat besar bagi masyarakat pengguna transportasi umum.
Ini bukan masalah sekedar aplikasi yang memudahkan dalam pemesanan tapi yang paling besar berpengaruh terhadap suksesnya UBER dan sejenisna adalah soal tarifnya yang jauh lebih murah daripada taksi biasa. Ya jelaslah masyarakat kita yang sebagian besar masih kalangan price sensitive akhirnya memilih UBER. Berarti hal ini bisa menjadi koreksi bagi perusahaan taksi yang mana ternyata tarif mereka ternyata tergolong mahal, yang mana ada andil pemerintah dalam penentuan tarif taksi tersebut.
Sejak akhir tahun lalu aku sering menggunakan aplikasi UBER dan dari hasil ngobrolku dengan beberapa sopirnya, mereka bisa mendapatkan pendapatan yang jauh lebih murah daripada jika jadi pengemudi taksi, lagi-lagi ya karena tarif UBER yang murah sehingga frekuensi order pun juga semakin banyak. Terbukti dengan tarif murah UBER saat ini, para drivernya malah mampu meraih pendapatan yang jauh lebih banak daripada sopir taksi konvensional, dalam hal ini jelas terbukti bahwa tarif taksi saat ini MAHAL!
Gimana nggak mahal, dari rumahku saja ke Bandara jika naik taksi biasa sekitar Rp170-190rb, kalau aku naik UBER hanya sekitar Rp100-120rb. Signifikan kan perbedaannya.....
So, jika para perusahaan taksi masih pengen eksis di zaman internet ini, harus mau merubah proses bisnisnya, kalau nggak mau dan tetap resisten ya siap-siap saja gulung tikar dan hanya menjadi sejarah......
Saturday, February 27, 2016
Pengalaman Pertama Naik Vespa Sprint 150
Akhirnya sabtu minggu lalu aku berkesempatan mencicipi performa si Gincu Merah yang sudah dua bulan ini kubeli. Biasanya naik matic Jepun, sekarang nyobain matic Vietnam rasa Italia. pertama-tama agak bingung ngidupinnya, ternyata nggak perlu di-gas tapi cuma di tarik salah satu tuas rem sambil dipencet gasnya. Begitu nyala, suara yang terdengar agak lebih kasar dari matic Jepun.
Saatnya mengeluarkannya dari rumah, ternyata berat juga ya, maklum body kaleng nggak plastik, so kukeluarkan dari dalam rumah dengan hati-hati, jangan sampai bodinya nyenggol kusen pintu ataupun dinding rumah, maklum si Gincu merah dikandangin kakakku di dalam rumah soalnya kalau ditaruh di carport takutnya dijaili orang, karena rumah kan nggak dihuni berbulan-bulan, cuma sesekali ditengok kakakku untuk manasin mesin si vespa.
Kucoba tarikannya ternyata enteng banget dan antep, larinya juga cukup kenceng, kalau tambah kenceng suara mesinnya juga semakin halus. Nggak ada gejala gregel-gregel seperti banyak yang dikeluhkan di forum-forum. Entah apa karena pengaruh BBM-nya kupakai V-Power Shell yang beroktan 95 atau karena mesin terbarunya memang sudah tidak gregel-gregel seperti vespa-vespa matic sebelumnya.
Suspensinya juga cukup empuk, terbukti saat kulibas garis kejut yang bertaburan di jalan Ciater Raya menuju BSD terasa empuk melibasnya, padahal di forum-forum banyak dikatakan suspensinya masih keras. Entah pa itu karena sugestiku saja atau karena memang sudah bagus ya suspensinya, kayaknya memang sudah bagus kok suspensinya, hehe.....
Vespa sprint seperti namanya memang pengen selalu diajak berlari kencang, agak sedikit repot menyesuaikan galaknya gas si sprint ketika harus berjalan lambat seperti macet, mungkin aku belum menemukan triknya saja. Sayang aku cuma bisa mencobanya beberapa hari, padahal aku belum puas juga mencobanya. Arghhh.......
Saatnya mengeluarkannya dari rumah, ternyata berat juga ya, maklum body kaleng nggak plastik, so kukeluarkan dari dalam rumah dengan hati-hati, jangan sampai bodinya nyenggol kusen pintu ataupun dinding rumah, maklum si Gincu merah dikandangin kakakku di dalam rumah soalnya kalau ditaruh di carport takutnya dijaili orang, karena rumah kan nggak dihuni berbulan-bulan, cuma sesekali ditengok kakakku untuk manasin mesin si vespa.
Kucoba tarikannya ternyata enteng banget dan antep, larinya juga cukup kenceng, kalau tambah kenceng suara mesinnya juga semakin halus. Nggak ada gejala gregel-gregel seperti banyak yang dikeluhkan di forum-forum. Entah apa karena pengaruh BBM-nya kupakai V-Power Shell yang beroktan 95 atau karena mesin terbarunya memang sudah tidak gregel-gregel seperti vespa-vespa matic sebelumnya.
Suspensinya juga cukup empuk, terbukti saat kulibas garis kejut yang bertaburan di jalan Ciater Raya menuju BSD terasa empuk melibasnya, padahal di forum-forum banyak dikatakan suspensinya masih keras. Entah pa itu karena sugestiku saja atau karena memang sudah bagus ya suspensinya, kayaknya memang sudah bagus kok suspensinya, hehe.....
Vespa sprint seperti namanya memang pengen selalu diajak berlari kencang, agak sedikit repot menyesuaikan galaknya gas si sprint ketika harus berjalan lambat seperti macet, mungkin aku belum menemukan triknya saja. Sayang aku cuma bisa mencobanya beberapa hari, padahal aku belum puas juga mencobanya. Arghhh.......
Asyiknya Pakai Paket Freedom Combo L 6GB Indosat Ooredoo
Paket Freedom Combo L 6GB |
Nah, kan nggak lucu tuh, lagi asyik-asyiknya lihat foto-foto di instagram tiba-tiba ada notifikasi paket internet habis, ya kalau adapenjual paket data terdekat dengan posisi kita, ya kalau pas kita ada pulsa cukup untuk langsung beli paket data tambahan, iya kalau kita pas bawa token untuk transaksi beli pulsa di internet banking. So, kita harus punya mitigasi risiko agar tidak terjadi kejadian tersebut.
Salah satu cara jelas kita beli paket data unlimited, tapi kendalanya paket jenis ini biasanya lebih mahal, dan kebanyakan dikenakan sistem Fair Usage Policy (FUP) yang mana setelah mencapai kuota tertentu pemakaian data maka akan dikurangi secara drastis kecepatan akses internetnya, ujung-ujungnya meskipun unlimited jika sudah melebihi kuota maka lemotnya minta ampun dan sering bikin emosi.
Solusi lainnya kita bisa beli paket internet data yang sekiranya mencukupi lah kebutuhan kita dalam satu bulan disesuaikan juga dengan kocek kita. Nah, kalau pengalaman saya, penggunaan internet di smartphone dengan lihat youtube, browsing, social media, messaging dengan frekuensi dan intensitas yang wajar jika kita beli paket 1GB untuk satu bulan biasanya habis dalam pemakaian kurang lebih satu dua minggu. Nah, menurut saya 3GB per bulan sudah cukup, dengan catatan tidak sering dipakai tethering atau dijadikan mobile hotspot dengan gadget lain dan tentunya tidak sering-sering lihat video di Youtube.
Kebetulan aku memakai kartu IM3 dan mulai awal bulan ini aku mencoba beli paket data Freedom Combo L 6GB, yang harga resminya Rp99ribu/bulan. Paket itu ternyata tidak hanya berisikan data 3GB dijaringan 3G + 3GB di jaringan 4G, juga berisikan paket SMS dan telepon gratis sepuasnya sesama indosat ooredoo. Kebetulan aku melihat ada promo paket itu di Elevenia seharga Rp64.000, so langsung saja kubeli, worth it banget kan..... Biasanya sebelumnya aku hampir tiap hari tidak lupa daftar paket ngobrol sesama indosat yang tentunya kalau saya beli paket tersebut tiap hari akan lebih dari Rp100ribu per bulan kukeluarkan untuk biaya pulsa telpon, belum lagi untuk SMS, belum lagi untuk internet, so paket ini worth it banget apalagi dapat diskon yang lumayan......
Selama ini aku puas dengan paket ini, dan sampai saat ini, sudah 3 minggu berlalu sejak aku beli paket ini, kuota datanya masih sekitar separo, ngalamat nggak habis nih satu bulan, hehe.... lebih baik kelebihan kan daripada kehabisan paket data internet di tengah bulan, hiks!
Akhirnya Beli Vespa Sprint Juga.....!
Awal Desember tahun 2015 lalu, kebetulan aku ada tugas di Jakarta selama seminggu. Sebelum aku balik ke Pontianak, kusempatkan mampir ke dealer Vespa Premier Serpong dengan maksud melihat-lihat dulu motor Italia made in Vietnam yang lumayan menguras kocek. Sesampainya di dealer yang terletak sebelah Barat Jalan Raya Serpong, tepatnya kiri jalan sebelum bundaran Alam Sutera jika diakses dari arah BSD, aku yang kebetulan bersama kakakku saat itu disuguhi etalase berbagai macam model vespa dengan warna warni ngejreng sebagai ciri khasnya. Mulai dari Vespa S125, Vespa Primavera, Vespa Sprint, Vespa GTS Super, sampai dengan Piaggio MP3 seharga hampir 200jt.
Tujuan utamaku ke situ jelas untuk melihat model Vespa Sprint 150. Saat itu warna yang kuincar adalah warna Arancio Taormina alias warna oranye yang memang identik dengan warna Vespa Sprint, karena tidak ada di model vespa lainnya kecuali dulu ada di Vespa S150 yang sudah discontinued. Aku juga penasaran dengan vespa sprint warna abu-abu yang cukup laris juga kata si salesnya untuk model vespa sprint, tapi setelah kulihat dari dekat ternyata tidak begitu menarik bagiku. Di etalase bagian belakang ada vespa sprint warna midnight blue yang menurutku cukup cantik juga. Sebenarnya ada yang menarik perhatianku selain vespa sprint, ada vespa GTS Super warna merah yang cukup ngejreng dan sangat cantik, sayangnya menurutku bodinya kelewat bahenol dan harganya terpaut sekitar 7 jutaan dengan vespa sprint. Sebelum aku memutuskan mau pilih varian vespa yang mana, ternyata aku sangat tertarik dengan warna biru doff vespa S125, sayang sekali menurut review di forum-forum, mesinnya lebih bagusan si vespa sprint, tapi aku masih galau saat itu. Akhirnya pun aku membayar tanda jadi sebesar 500rb untuk memboyong vespa yang belum kutentukan aku mau pilih mana, antara vespa sprint orange atau vespa S125 biru. Coba saja kalau ada vespa sprint yang biru doff langsung saja kuboyong saat itu.
Lewat telepon aku pun minta pendapat istriku, aku pilih vespa yang mana dengan berbagai pertimbangan yang ada. Istriku ternyata nggak suka dengan model spedometer si vespa S125, dan kalau aku sendiri kurang sreg dengan mesinnya, so kuputuskan aku memilih vespa sprint. Kegalauan tentang pilihan model hilang, sekarang ganti dengan kegalauan pilihan warna, arghhh....... mau beli motor aja kok ribet kayak gini, tapi anehnya aku sendiri yang bikin ribet, haha.....
Semula aku mantap untuk memilih warna oranye, tapi karena di kompleks perumahanku dulu aku pernah lihat vespa sprint yang warna oranye dan banyak banget yang beli vespa sprint warna oranye maka kualihkan warna pilihanku. Tinggal dua warna yang membuatku galau, aku memilih warna putih atau warna merah yang super ngejreng. Aku minta pendapat dari ortuku, istriku dan teman-teman kantor, akhirnya kuputuskan untuk memilih warna merah yang sebenarnya aku sendiri juga tidak terlalu yakin akan tidak cepat bosan dengan pilihan warna merah itu. Tapi kucoba untuk memantapkan pilihanku. Begitu kupilih model dan warnanya, segera kuhubungi kembali Mas Ikhsan si sales vespa premier serpong untuk menentukan pilihan orderku. Begitu sudah kupastikan, segera kutransfer kekurangan uang sebesar 32,5jt untuk melunasinya. Arghhh..... ini salah satu transaksi terbesarku selain transaksi rumah yang kulakukan beberapa tahun lalu.
Beberapa hari setelah pelunasan, vespa sprint-ku pun dikirimkan ke rumahku di Tangsel. Aku sendiri berada di Pontianak saat itu, jadi aku tidak bisa segera mencobanya, melainkan dicoba oleh kakakku yang kebetulan tinggal dekat dengan rumahku. Lha kok lucu, beli motor malah nggak dipakai? iya memang, mengapa aku memutuskan beli motor karena prediksiku dalam waktu dekat ini aku akan pindah tugas ke Jakarta lagi setelah selama 3,5 tahun aku berpindah tugas ke Balikpapan dan Pontianak dan tentunya motyoar ini akan kugunakan untuk mobilitasku sehari-hari di kantor yang baru nanti, hehe...... (semoga bulan depan ada kepastian pindah.....amin).
Eh ini motor pertamaku lho, selama lebih dari 7 tahun sudah bekerja sendiri, baru saat ini aku beli motor, ini saja beli motor pakai atas nama kakak iparku, maklum aku sendiri ataupun kakakku belum punya KTP Tangsel, hehe....... Setelah ngendon di rumahku aku baru berhasil mencoba vespa baruku itu hari sabtu tanggal 20 februari kemarin saat aku ada tuga lagi di Jakarta, dan ternyata memang enak banget dan galak banget tarikan motornya, nggak sabar bisa pakai si Gincu Merah (nama yang kuberikan untuk vespa sprint merahku) setiap hari.
Tujuan utamaku ke situ jelas untuk melihat model Vespa Sprint 150. Saat itu warna yang kuincar adalah warna Arancio Taormina alias warna oranye yang memang identik dengan warna Vespa Sprint, karena tidak ada di model vespa lainnya kecuali dulu ada di Vespa S150 yang sudah discontinued. Aku juga penasaran dengan vespa sprint warna abu-abu yang cukup laris juga kata si salesnya untuk model vespa sprint, tapi setelah kulihat dari dekat ternyata tidak begitu menarik bagiku. Di etalase bagian belakang ada vespa sprint warna midnight blue yang menurutku cukup cantik juga. Sebenarnya ada yang menarik perhatianku selain vespa sprint, ada vespa GTS Super warna merah yang cukup ngejreng dan sangat cantik, sayangnya menurutku bodinya kelewat bahenol dan harganya terpaut sekitar 7 jutaan dengan vespa sprint. Sebelum aku memutuskan mau pilih varian vespa yang mana, ternyata aku sangat tertarik dengan warna biru doff vespa S125, sayang sekali menurut review di forum-forum, mesinnya lebih bagusan si vespa sprint, tapi aku masih galau saat itu. Akhirnya pun aku membayar tanda jadi sebesar 500rb untuk memboyong vespa yang belum kutentukan aku mau pilih mana, antara vespa sprint orange atau vespa S125 biru. Coba saja kalau ada vespa sprint yang biru doff langsung saja kuboyong saat itu.
Lewat telepon aku pun minta pendapat istriku, aku pilih vespa yang mana dengan berbagai pertimbangan yang ada. Istriku ternyata nggak suka dengan model spedometer si vespa S125, dan kalau aku sendiri kurang sreg dengan mesinnya, so kuputuskan aku memilih vespa sprint. Kegalauan tentang pilihan model hilang, sekarang ganti dengan kegalauan pilihan warna, arghhh....... mau beli motor aja kok ribet kayak gini, tapi anehnya aku sendiri yang bikin ribet, haha.....
Semula aku mantap untuk memilih warna oranye, tapi karena di kompleks perumahanku dulu aku pernah lihat vespa sprint yang warna oranye dan banyak banget yang beli vespa sprint warna oranye maka kualihkan warna pilihanku. Tinggal dua warna yang membuatku galau, aku memilih warna putih atau warna merah yang super ngejreng. Aku minta pendapat dari ortuku, istriku dan teman-teman kantor, akhirnya kuputuskan untuk memilih warna merah yang sebenarnya aku sendiri juga tidak terlalu yakin akan tidak cepat bosan dengan pilihan warna merah itu. Tapi kucoba untuk memantapkan pilihanku. Begitu kupilih model dan warnanya, segera kuhubungi kembali Mas Ikhsan si sales vespa premier serpong untuk menentukan pilihan orderku. Begitu sudah kupastikan, segera kutransfer kekurangan uang sebesar 32,5jt untuk melunasinya. Arghhh..... ini salah satu transaksi terbesarku selain transaksi rumah yang kulakukan beberapa tahun lalu.
Beberapa hari setelah pelunasan, vespa sprint-ku pun dikirimkan ke rumahku di Tangsel. Aku sendiri berada di Pontianak saat itu, jadi aku tidak bisa segera mencobanya, melainkan dicoba oleh kakakku yang kebetulan tinggal dekat dengan rumahku. Lha kok lucu, beli motor malah nggak dipakai? iya memang, mengapa aku memutuskan beli motor karena prediksiku dalam waktu dekat ini aku akan pindah tugas ke Jakarta lagi setelah selama 3,5 tahun aku berpindah tugas ke Balikpapan dan Pontianak dan tentunya motyoar ini akan kugunakan untuk mobilitasku sehari-hari di kantor yang baru nanti, hehe...... (semoga bulan depan ada kepastian pindah.....amin).
Eh ini motor pertamaku lho, selama lebih dari 7 tahun sudah bekerja sendiri, baru saat ini aku beli motor, ini saja beli motor pakai atas nama kakak iparku, maklum aku sendiri ataupun kakakku belum punya KTP Tangsel, hehe....... Setelah ngendon di rumahku aku baru berhasil mencoba vespa baruku itu hari sabtu tanggal 20 februari kemarin saat aku ada tuga lagi di Jakarta, dan ternyata memang enak banget dan galak banget tarikan motornya, nggak sabar bisa pakai si Gincu Merah (nama yang kuberikan untuk vespa sprint merahku) setiap hari.
Sunday, January 17, 2016
Wisata Kuliner di Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta
MEnikmati Deburan Ombak Pantai Depok dari Warung Lesehan Tepi Pantai |
Hari itu, kebetulan hari senin 28 Desember 2015, hari kedua aku berada di Jogja. Bersama anak dan istriku, dan juga kebetulan ada adik iparku yang sedang libur co-ass, kami berangkat menuju Pantai Depok, yang terletak di barat Pantai Parangtritis. Kira-kira kami berangkat pukul 2 siang dari rumah pamanku di Perumahan Perwita Jalan Paris.
Mengapa aku memilih Pantai Depok, karena Pantai ini selain menawarkan panorama pantai layaknya Parangtritis tapi juga bertebaran warung makan yang menyajikan aneka ragam masakan laut. Nah, itu tujuanku, aku mau wisata kuliner sambil menikmati udara laut!
Menempuh kira-kira 25 km dari rumah pamanku, menyusuri Jalan Parangtritis (Jalan Paris) yang kondisinya cukup bagus sampailah kami ke gerbang Pintu Masuk Kawasan Pantai Parangtritis. Kami nggak masuk ke gerbangnya, melainkan belok ke arah kanan, ke jalan persis sebelum gerbang masuk Parangtrits. Melewati pedesaan Bantul yang khas dengan keteduhan pohon kelapanya. Kurang lebih 10 menit dari kami belok di dekat gerbang Parangtritis, sampailah kami di semacam pos masuk Pantai Depok yang dijaga beberapa petugas yang mungkin dari Dinas Pariwisata. Tiket masuk per orang dewasa adalah Rp5000,- sudah termasuk Jasa Raharja Rp250,-. Lumayan murah kan.....
Tiket Masuk Pantai Depok |
Parkiran utama lumayan penuh dengan mobil-mobil berplat luar kota, kami pun muter-muter ke ke bagian barat ke arah Masjid, dan berhentilah kami di depan warung makan yang tidak menghadap langsung ke Pantai. Maksud kami bukan untuk makan ke warung itu, melainkan hanya memarkir mobil kami dan mau berjalan ke arah Pantai. Belum sampai kami keluar dari mobil, kami sudah dihampiri oelh seorang wanita yang menyampaikan kalau parkir di situ harus makan di warungnya. Kontan aja kami urungkan niat kami parkir di situ, dan melajukan kembali mobil kami ke arah Masjid yang malah lengang parkirannya. Kami parkirlah mobil kami di parkiran masjid, gratis sih tapi nggak ada penjaganya. Nggak papa lah, InsyaAllah aman....
Parkiran Masjid Pantai Depok yang terlihat lengang |
Poster Dalai Lama di Dinding Warung Lesehan Ngangeni |
Kami memesan Kepiting Asam Pedas 1/2 kg, cumi-cumi masak rica-rica 1/4 kg, dan ikan Bawal Laut bakar 1/2 kg, cah kangkung, es kelapa muda dan es teh tentunya buat Manggala. Kira-kira menunggu selama 20 menit, akhirnya masakan pesanan kami pun datang.
Tampaknya masakan yang dihidangkan sangat menggoda dari sisi penampilannya. Kucoba satu persatu, ternyata luar biasa maknyusss.... terutama untuk Kepiting Asam Pedasnya, selain bumbunya yang pas, Kepitingnya juga terasa segar, nyam-nyam-nyam...... tahu gitu pesan 1 kg saat itu, mau pesan lagi pasti nunggu lama lagi...
Narsis sebelum makan |
Cumi rica-ricanya juga cukup enak, dengan rasa pedas yang pas. Ikan bawal laut bakarnya juga enak, cukup besar. Recommended lah pokoknya Lesehan Ngangeni memang bener-bener bikin kangen, Joss Gandos! Besok kalau ke Pantai Depok harus mampir lagi ke Lesehan Ngangeni terutama pesan Kepiting Asam Pedasnya.
Puas makan, kami pun bersiap untuk pulang. Menu sebanyak itu, kalau nggak salah ingat nggak sampai Rp200ribu. Worth it lah.... Sekitar pukul setengah enam sore kami pun meninggalkan kawasan Pantai Depok yang saat itu masih terang benderang, tanpa sedikitpun menyentuh air lautnya, hehe..... Kapan lagi ya bisa ke Pantai Depok???
Tuesday, January 12, 2016
Nasi Gandul "Romantis" Pak Sardi Khas Pati
Nasi Gandul Pak Sardi Khas Pati (dok. pribadi) |
Penyajiannya biasanya menggunakan piring beralaskan daun pisang, dimakan menggunakan suru (daun pisang yang dilipat berfungsi sebagai sendok).Nah, Nasi Gandul sebenarnya berasal dari Desa Gajahmati, Pati. Di Pati pun aku hanya cocok dengan Nasi Gandul "Romantis" Pak Sardi di Desa Gajahmati, tepatnya di tepi jalan Panunggulan. Menurutku rasa gurih manisnya itu pas, dan legit banget, enggak eneg, bumbunya pas. Kalau makan di situ biasanya aku habis dua porsi dengan lauk daging ataupun babat. Selain itu juga ada lidah sapi, otak, paru, maupun jerohan lainnya. Selain lauk-lauk tadi, yang patut dicoba adalah, tempe yang digoreng kering sehingga meskipun tebal tapi kemripik layaknya keripik tempe, dan nggak ada selain di penjual nasi gandul.
Nasi Gandul Pak Sardi tidak pernah sepi, apalagi saat liburan terutama libur lebaran ataupun tahun baru, dijamin membludak, susah dapat tempat duduk.
Sunday, January 10, 2016
Pengalaman Ganti Token Internet Banking Mandiri
Token Mandiri |
Sebenarnya Tokenku telah mati beberapa bulan yang lalu, tapi karena aku belum sempat pergi ke cabang bank mandiri untuk minta penggantiannya, maka kubiarkan saja. Nah, akhir tahun kemarin saat aku mudik ke Tulungagung, aku bermaksud untuk mengganti sendiri baterai token mandiri ke tukang jam. Baterainya memang habis, dan kuganti dengan baterai jam merek SONY seharga Rp25.000.
Sesampainya di rumah, kucoba tokenku ternyata nggak bisa. BErkali-kali kumasukkan PIN-ku nggak bisa. Karena penasaran maka kugooglinglah solusi terhadap tokenku itu. Ternyata, eh ternyata kasus habis baterai Token Mandiri, solusinya adalah harus ganti Token baru di cabang Bank Mandiri terdekat, kita tidak bisa mengganti baterainya sendiri, kalaupun bisa harus tidak boleh memutus aliran listrik dari baterai ke token-nya tentunya dengan proses dan mekanisme yang ribet untuk orang awam sepertiku, meskipun di internet ada tutorialnya.
Sebenarnya aku berinisiatif mengganti sendiri baterai token karena pengalaman dari apa yang kulakukan terhadap token BCA-ku (key BCA) yang berhasil kuganti baterainya dengan mudah dan bisa hidup normal lagi. Ternyata untuk token merek VASCO tidak bisa demikian, karena begitu baterai dilepas dari token maka token akan kehilangan semacam memorinya dan tidak bisa dipakai lagi.
So, akhirnya saat aku kembali ke Pontianak, kusempatkan untuk mengganti token Mandiri di Cabang Bank Mandiri Sidas. Cukup menghadap customer service dengan membawa buku tabungan, KTP, dan kartu ATM Mandiri. Token kita akan diminta pihak bank, dan kita akan diberi token baru dengan biaya Rp20.000 sama persis dengan biaya pertama kali untuk membeli token mandiri hampir 7 tahun yang lalu, harga token terbebas dari inflasi, hehe.....
Kita diminta memasukkan PIN untuk mengaktifkan tokennya. Kubuka juga internet banking mandiri untuk aktivasi tokenku melalui menu administrasi. Transaksi pertamaku menggunakan token mandiri yang baru adalah untuk top up e-cash mandiri, buat jaga-jaga beli pulsa kalau pas nggak ada sinyal internet.
Oiya, token yang baru ini meskipun bentuknya sama persis dengan token lama, tapi lebih responsif, dalam artian nggak seperti token yang lama, begitu kita memasukkan angka-angka tidak perlu lagi memencet sambil ditahan beberapa detik utnuk mendapatkan angka acak, melainkan otomatis langsung menampilkan angka acak usai kita menginput angka-angka.
Install Aplikasi Android di Blackberry OS 10
Mobomarket untuk aplikasi android |
Banyak cara untuk menginstall aplikasi android dalam bentuk file apk dalam handset blackberry, salah satunya melalui Mobomarket. Mirip dengan Play Store Google, Mobomarket ini juga merupakan toko aplikasi android yang menyediakan berbagai aplikasi android mulai dari game, messaging, social networking, ataupun aplikasi-aplikasi populer lainnya. Aplikasi Mobomarket ini merupakan buatan Baidu, raksasa internet pesaing google di China yang di Indonesia bisa didownload dengan mengakses www.mobomarket.co.id.
Aku 'terpaksa' mendownload Mobomarket karena Blackberry World ataupun Amazon Appstore yang sudah terinstall secara default di Blackberry OS 10 tidak mengakomodir beberapa aplikasi populer. Bayangkan ketiadaan Instagram, Line, Google Maps sampai dengan Uber maupun Gojek tidak ada yang khusus dibuat untuk BB OS 10, so terpaksa harus install aplikasi android.
Menginstall Mobomarket lebih mudah daripada menginstall Playstore di handset Blackberry. Mobomarket juga menyediakan notifikasi update aplikasi android yang terinstall dan menyediakan opsi untuk langsung menghapus file aplikasi begitu selesai diinstal sehingga tidak memberatkan memori.
So untuk mencicipi Blackberry rasa android nggak harus membeli Blackberry Priv yang harganya masihlebih tinggi daripada Blackberry Passport Silver Edition, cukup install Mobomarket dan download sepuasnya aplikasi android yang kamu suka.
Tuesday, January 5, 2016
Pengalaman Buruk Beli Tiket Pesawat Kalstar
Kalstar Aviation |
Keasikan liburanku kali ini terusik dengan pembatatalan penerbangan oleh Maskapai Kalstar Aviation. Bagaimana nggak gemes, sebel, jengkel sebelumnya tiket berangkatku tanggal 24 Desember 2015 dibatalkan sepihak pada H-2, eh ini tiket pulangku juga dibatalkan H-1. Bayangkan H-1 di puncak musim balik liburan Natal dan Tahun Baru. Gila!!!!! Jelas sudah susah tiket pengganti dari maskapai lain, plus kalaupun ada jelas harganya mahal sekali.
Begitu ada SMS pembatalan H-1 atau tepatnya tanggal 2 januari 2016, aku pun langsung pesan tiket tanggal 3 Januari 2016 untuk rute Surabaya - Pontianak, lagi-lagi di Traveloka seperti yang kulakukan sebelumnya saat pembatalan tiket berangkatku. Tapi sayangnya tiketnya sudah mahal banget, lebih mahal sekitar 60% dari tiket yang kubeli sebelumnya. Asemmmmmm......!!!
Nggak seperti sebelumnya pas ada promo diskon tiket Rp125ribu, kemarin promo dari Traveloka ada diskon Rp60ribu untuk pembelian tiket melalui Kartu Kredit Mandiri. Ya, lumayanlah daripada nggak dapat diskon sama sekali, haha...... dasar kalangan price sensitive, hix!
Kekecewaanku sama Kalstar mungkin nggak begitu berat jika pihak Kalstar, jauh-jauh hari memberitahukan pembatalan penerbagan. Coba banyangkan, H-2 sebelum jadwal penerbanganku balik ke Pontianak, aku berinisiatif untuk telpon Kalstar Pusat Jakarta untuk mengkonfirmasi apakah penerbanganku yang tanggal 3 dibatalkan atau masih on schedule, dan kutanyakan pula apakah pesawat yang kemarin tergelincir sudah beres diperbaiki.
Di ujung telepon yang lain, si mbak CS menjawab kalau penerbanganku tidak dibatalkan cuma digeser saja jadwalnya dari semula pukul 19.30 WIB menjadi puul 17.10 WIB, dan dia pun mengiyakan kalau pesawatnya sudah berhasil diperbaiki! Ternyata kenyataannya keesokan harinya positif CANCELLED! Tiket pun bisa di refund!
Kutelponlah pihak Kalstar Surabaya, gimana aku bisa merefundnya. Pihak Ticketing Kalstar malah balik bertanya kepadaku "Mas belinya dimana?"
"Di Traveloka!", jawabku tegas
"O, kalau gitu refund-nya langsung di Traveloka saja mas!", jawabnya enteng
Jelas saja darahku spontan mendidih, dengan nada tinggi aku marah sama mas-mas penerima telponku itu. Akhirnya dia menjawab kalau refundnya bisa dilakukan di Terminal 1 Juanda.
Sangat marah aku kala itu, keesokan harinya ketika aku sampai di Juanda Surabaya langsung aku menuju counter ticketing Kalstar yang dipenuhi para petugasnya dengan wajah-wajah panik tanpa guratan senyum sedikitpun. Mungkin mereka lelah melayani komplain para calon penumoang Kalstar yang dibatalkan.
Aku langsung saja masuk ke ruang ukuran kira-kira 2 x 4 meter itu. Aku ditanya oleh petugas Kalstar berwajah oriental dengan raut muka cemas dan tingkah yang serba keburu-buru nggak tenang. Langsung saja kuutarakan maksudku untuk refund.
"Mau refund ya Mas, boleh nggak saya minta nomor rekeningnya, nanti uangnya akan kami transfer!", jawabnya dengan alasan bla-bla-bla yang normatif.......
Naik lah emosiku seketika itu,...... dan akhirnya ada petugas lain yang bilang ke si mas yang melayaniku itu kalau mereka sudah diberi uang oleh bosnya barusan, so bisa langsung refund. Akhirnya setelah menunggu kurang lebih 10 menit, aku berhasil mendapatkan uang refund-ku sebesar Rp965.500.
Selama menunggu proses administrasinya aku sempat berbincang dengan seorang petugas lainnya,
"Iya mas, kami di sini kan cuma pelaksana, kacau banget Kalstar kali ini, jadwalnya nanti kacau terus sampai Maret, parahnya kemarin pas malam tahun baru mendadak pesawat yang mau ke Denpasar dibatalkan! celetuknya dengan wajah masam.
"Masak sih cuma satu pesawat yang trouble, efeknya bisa sedahsyat ini?", timpalku kemudian.
"Iya mas, pesawat kita kan hanya lima saja!", sahutnya dengan tanpa semangat.
Hah cuma lima pesawat, wah udah deh, nggak lagi-lagi pesan Kalstar. Mending maskapai yang jelas-jelas saja yang punya banyak armada, satu trouble bisa diganti yang lain.
Intinya Kapok beli Tiket Kalstar!!!
Baca Juga: Pembatalan Sepihak Kalstar