Pertanyaan ini dulu muncul dalam benakku tatkala melihat promo digibank untuk pertama kalinya. Pertanyaan serupa juga muncul ketika aku memberitahukan ke teman-temanku bahwa ada produk digital banking dari DBS alias Digibank yang serba gratis tarik tunai maupun transfer. Mereka juga ragu apakah serba gratis itu cuma dalam masa promosi atau selamanya.
Menjawab keraguanku dan teman-teman, kucoba menganalisis dengan pengetahuan awam masyarakat:
Pertama, Digibank yang notabene adalah produk digital banking yang revolusioner tidak punya banyak ATM yang tersebar di seluruh Indonesia, meskipun dia adalah perbankan dengan aset terbesar se-ASEAN, DBS hanya mempunyai beberapa cabang di kota besar Indonesia, bahkan di ibukota Jakarta pun sangat jarang dijumpai. Bank-nya saja sulit dijumpai apalagi ATM-nya. Tapi itu mungkin strategi dari Digibank untuk efisiensi operasional. Bagaimana tidak investasi untuk satu mesin ATM saja bisa ratusan juta beserta dengan bangunan atau sewa tempatnya. Belum lagi biaya operasionalnya untuk listrik dan AC yang luar biaya besar, biaya sewa satelit yang tentunya luar biasa besar, biaya maintenance ATM, sampai dengan biaya jasa pengisian uang ATM, bahkan juga risiko ATM dibobol atau digondol maling juga harus diperhitungkan (mungkin diasuransikan dengan biaya yang tidak sedikit tentunya).
Biaya yang cukup besar untuk mempunyai, merawat, dan mengelola mesin ATM dirasakan semakin tidak efisien pada era digital banking dan cashless society seperti sekarang ini. Para pakar memprediksikan bahwa beberapa tahun ke depan, ATM-ATM yang ada hanya akan menjadi mesin usang seiring penggunaan uang tunai yang semakin jarang dan semakin mudahnya masyarakat mengakses fasilitas perbankan dari genggamannya , padahal biaya investasinya luar biasa besar. Nah, biaya yang besar itu serta prediksi ke depan dimana mesin ATM semakin tidak dibutuhkan, maka biaya-biaya yang pada bank konvensional digunakan untuk operasional ATM, oleh DBS dengan inovatifnya bisa dialihkan untuk menggratiskan layanan tarik tunai dan transfer, dan gratis transfer ke semua bank dan tarik tunai di semua jaringan ATM Bersama dan Alto merupakan gimmick yang ampuh untuk menggaet nasabah baru, di tengah-tengah persaingan bisnis perbankan di Indonesia yang sangat ketat.
DBS kemungkinan besar telah bekerjasama dengan provider ATM Bersama maupun Alto dengan tarif yang tentunya lebih murah daripada yang harus dibayarkan nasabah individu. Tidak punya ATM, bukan berarti tidak bisa menguasai ATM di seluruh Indonesia, ternyata DBS bisa melakukannya. Smart Bussiness Strategy!
Kedua, Dalam praktek digital banking, keberadaan sebuah kantor cabang tidaklah menjadi suatu kemutlakan, bahkan sebisa mungkin keberadaan kantor cabang (kantor fisik) seminimal mungkin. Biaya operasional sebuah kantor cabang tentunya lumayan besar. Biaya sewa atau bangun gedung, biaya listrik, air, perawatan gedung tentunya membutuhkan cost yang cukup besar. Digital banking sangat membantu biaya operasional sebuah bank menjadi jauh lebih efisien. Efisiensi biaya inilah yang dipakai DBS untuk mensubsidi biaya transfer dan tarik tunai nasabahnya. Tidak hanya kantor cabang, keberadaan jumlah SDM pun bisa jauh lebih sedikit, dan tentunnya beban gaji, tunjangan, asuransi kesehatan pegawai, dan lain-lain yang berhubungan dengan pegawai bisa jauh berkurang. Contohnya saja, pada era digital banking, keberadaan seorang teller tidak diperlukan lagi, padahal jumlah teller di sebuah bank saja berapa, kalikan dengan semua cabang bank tersebut. Beberapa Bank nasional saat ini juga terang-terangan untuk memberikan opsi kepada pegawainya untuk mengajukan pensiun dini demi efisiensi.
Di era digital banking saat ini, bank yang benar-benar fokus pada digital banking tentunya pengeluaran terbesarnya bukan lagi sisi gaji pegawai, ekspansi dan operasional ATM ataupun kantor cabang, melainkan pengeluaran di sisi pengembangan IT agar lebih stabil dan aman sistemnya dan semakin mudah diakses nasabahnya dengan menawarkan fitur-fitur yang inovatif.
Ketiga, dengan gimmick-gimmick yang menarik dari gratis tarik tunai, gratis transfer, ataupun berbagai macam promo diskon ataupun cashback dengan berbagai merchant ditambah lagi iming-iming bunga deposito yang menarik, tentunya DBS berharap semakin banyak masyarakat Indonesia yang tertarik menjadi nasabah Digibank sehingga endapan dana nasabah bisa diputar DBS dalam bentuk investasi lainnya yang tentunya jauh lebih menguntungkan.
Bagaimana ini dengan Bank nasional kita, kok sepertinya adem ayem dalam situasi gerilya maut DBS dengan produk digibank-nya yang inovatif. Jangan sampai, perbankan nasional kita nanti baru menyadarinya ketika DBS sudah menggurita dengan Digibank-nya. Sebenarnya ada perbankan nasional yang sudah mempunyai fitur digital banking mirip-mirip dengan DBS yaitu BTPN dengan produk Jenius-nya, tapi sepertinya promo Jenius tidak semasif Digibank, jadi banyak yang tidak tahu. Coba lihat iklan Digibank di Youtube dan media online lainnya, cukup masif dengan menggaet endorser si Aktor Chico Jerico. Ayo Mandiri, BRI, BNI, BCA kok masih terlena zona nyaman sih, jangan sampai kalian telat menyadari semua ini. Ayo keluarkan produk digital banking kalian yang inovatif dan revolusioner!
No comments:
Post a Comment